Fiqh Surat Al-Fatihah TERLENGKAP

Dr. KH. Moh. Abdul Kholiq Hasan Lc.MA.M.Ed

 

1-      Bacaan Basmalah; Mayoritas para ulama menyatakan bahwa Basmalah diawal surah al-Fatihah adalah bagian dari ayat surah al-fatihah. Hal ini berdasarkan Ijma` para shabat dan orang setelahnya meletkakan bacaan Basmalah diawal setiap surah kecuali awal surah al-Barao`ah. Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menjelaskan bahwa Rasulullah memulai surah al-Fatihah dengan Bismillahru.ir rahmaa nirrohiim. Begitu pula yang terdapat dalam riwayat ad-Daruqudny. Dalil lain adalah Ijma` kaum muslimin yang menyatakan bahwa apa yang terdapat diantara dua sampul mushaf adalah al-Quran, dan Basmalah adalah terdapat didalamnya. Terlepas dari perbedaan yang ada, semua sepakat bahwa Basmalah yang ada dalam surah an-Naml adalah bagian dari al-Qur`an.

Adapun pembacaan Basmalah dalam shalat, maka sebagian ulama ada mengeraskan dalam bacan Basmalah di waktu –waktu shalat jahriyah (waktu dimana disunahkan untuk mengeraskan bacaan seperti ketika shalat malam). Dan melirihkan bacaan diwaktu shalat sirriyah (lirih). Sebagian ulama ada yang tidak mengeraskan bacan Basmallah sama sekali. [3] Tentu perbedaan semacam ini adalah perbedaan dalam masalah ijtihadiyah yang tidak boleh saling menyalahkan atau mengklaim pendapatnya paling benar. 

2-      Bacaan Amiin;  sepakat para ulama mengatakan bahwa ucapan “amiin” setelah bacaan surah al-Fatihah adalah bukan termasuk ayat al-Qur`an. Begitu pula para ulama sepakta bahwa disunnahkan membaca amiin bagi orang yang shalat sendirina. Sedangkan bagi Imam pendapat yang benar adalah membaca keras pada shalat jahriyyah, begitu pula makmum. Hal ini berdasarkan pada riwayat Bukhari dan Muslim.[4]

Bacaan ”Aaamiin“ adalah bacaan optimis dan kebersamaan. Yang artinya adalah semoga Allah mengabulkan doa-doa yang kita lantunkan dalam bacaan al-Fatihah. Sebagaimana Rasulullah saw ajarkan apabila selesai membaca surah Al-Fatihah, mengucapkan, ”Amin” dengan suara keras dan memanjangkan suaranya.”(HR. Bukhari). Beliau juga memerintahkan kepada para makmum untuk mengucapkan “Amin” setelah selesainya bacaan imam. Hal itu karena “Barangsiapa yang bacaan amin-nya  bersamaan dengan bacaan malaikat, (Dalam redaksi lain, ‘Apabila salah seorang dari kalian mengucapkan amin dalam shalatnya, sedangkan para malaikat di langit juga mengucapkan amin, hingga masing-masing meniru bersamaan dengan lainnya) maka dia diampuni dosanya yang telah lalu.(HR. al-Bukhari dan Muslim).   

Disamping bacaan “Amiin” akan membuat terkabulnya doa (HR. Muslim), bacaan tersebut ternyata membuat semakin dengkinya orang-orang Yahudi terhadap Islam. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah, saw, ullah saw juga bersabda :“Tidak ada sesuatu yang oleh orang-orang Yahudi membuat iri hati kepada kalian, selain ucapan salam dan amin (di belakang imam).”(HR. al-Bukhari).

Hal itu tidak lain karena mereka mengatahui rahasia “amin” yang dibaca bersama imam. Sebuah bacaan yang tidak sekedar mengandung doa, tetapi mengajarkan optimisme dalam menjalani berbagai siatuasi kehidupan dan kebersamaan di antara umat Islam. Sanyang makna semacam ini masih dipahami sebatas ritual yang sempit. Sehingga banyak umat Islam yang mudah putus asa dan menyerah dalam mengarungi berbagai cobaan hidup dan asyiknya umat Islam dengan aneka perbedaan dan perselisihan.

3-      Dengan “ar-rahman ar-rahiim” manusia melatih memiliki kepekaan terhadap siapa saja termasuk linggunganya. Belajar dari sifat Allah “ar-rahman ar-rahiim” manusia mu`min harus lebih sensitive untuk meningkatkan empatinya terhadap lingkungan. Ia tidak boleh hanya sholeh secara pribadinya saja, tetapi juga dalam social kemasyakatannya. Tidak hanya pandai mengkonsumsi lingkungan, tetapi juga melestarikannya dan membudidayakannya. Dengan “ar-rahman ar-rahiim” manusia dapat menyelamatkan dunia dari berbagai kerusakan. Karena “ar-rahman ar-rahiim” mengjarkan kita untuk sayang terhadap sesama dan alam semesta.

4-      Ketika seorang hamba mengucapkan “al-hamdulillah”, maka harus diingat bahwa hanya Allah yang berhak mendapatkan pujian. Ketika seseorang mendapatkan pujian apapun bentuknya, maka sesunggunya pujian itu hanya tertuju bagi Allah. Dengan demikian seseorang akan merasa nyaman dan hidup tanpa beban sedikitpun, karena ia tidak lagi mengharapkan pujian dari siapapun. Ia akan bekerja sepenuh hati, ihklas dan professional. Hasil pekerjaan yang lahir dari tangannya akan berkualitas dan membawa keberkahan bagi seluruh manusia bahkan alam semesta. Sebagaimana sifat Allah “ar-rahman ar-rahiim” sebuah belas kasih yang tidak pilih kasih. 

5-      Dalam ayat ke 5 terdapat petunjuk bagai seorang hamba untuk memperbanyak ibadah kepada Allah, ketika sedang menghadapi sesuatu masalah.[5] Allah berkalam, “Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”. (Qs. Al-Hijr: 97-99).

Karena itu Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah setiap mengahadapi suatu masalah untuk mengembalikan kepada Allah dan memohon petunjuk-NYa dengan mengerjakan shalat. Rasulullah bersabda, “Dan dijadikan penyejuk hatiku ada dalam shalat (HR. An-Nasai). Dalam hadits lain, “Wahai Bilal dirikanlah (azankan) shalat, agar kita tenang dengan menjalankanya” (HR. Abu Daud).

6-      Menurut Muhammad al-Ghozali, bahwa kita diperintahkan untuk membaca surat al-Fatihah dalam setiap melakukan ibadah sholat. Minimal dalam lima waktu. Dan kita mengulang-ngulang doa yang terkandung didalamnya. Sebagaiamana kita membersihkan anggota tubuh kita setiap hari. Hal itu kita lakukan karena tubuh kita dipenuhi sesuatu yang perlu dibersihkan. Mandi tidak cukup hanya satu kali atau dua kali, tetapi kita lakukan setiap hari dan sepanjang hidup. Begitu pula kejiawaan manusia, tidak cukup dengan satu dua kali pencerahan agama atau da`wah. Kebutuhan jiwa terhadap nilai-nilai spiritual adalah sepanjang masa. Setiap saat kita perlu menghadap kepada-Nya, karena kenistaan nafsu dan godaan syaitan tidak pernah berhenti. Karenanya sholat diwajibkan pada setiap muslim dengan cara dan waktu yang telah ditentukan.[6]

B-          Korelasi Antar Surah

1-      Surat al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, kemudian dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat al-Quran yang 113 surat berikutnya.

2-      Persesuaian surat ini dengan surat al-Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat al-Fatihaah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat al-Fatihaah dan surat-surat yang sesudahnya.

3-      Baik dalam surah al-Fatihah maupun al-Ihlas, di dalamnya  disebutkan beberapa sifat-sifat agung yang Allah miliki, sehingga hanya Allah-lah yang berhak disembah, dimintai pertolongan dan tempat harapan seluruh makhluq.

4-      Di bahagian akhir surah al-Fatihah disebutkan dua kelompok yang dimurkai dan sesat, diantaranya karena mereka menyekutukan Allah dan menisbatkan Allah memiliki anak, maka dalam surah al-Ihlas diterangkan tentang ke Esaan Allah dan tidak ada yang menyamai atau menyerupai-Nya.

5-      Dibahagian akhir surat al-Faatihah disebutkan permohonan hamba supaya diberi keistiqomah dalam petunjuk Allah, disurah al-Falaq dan an-Naas  Allah perintahkan kepada seluruh manusia untuk selalu memohon perlinduangan kepada Allah dari berbgai kejahatan agar tetap istiqomah di jalan Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 31-32

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 20-21