Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 31-32

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

MAJLIS KAJIAN INTERAKTIF TAFSIR AL-QUR`AN
(M-KITA) SURAKARTA


Allah berkalam:

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا (31) وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (32)

Artinya:

31. jika kalian menjauhi/ menghindarkan diri dari dosa-dosa besar, niscaya Allah akan meleburkan kesalahan-kesalahan/ dosa-dosa kecil kalian dan memasukkan kalian ke dalam tempat yang mulia.
32. dan janagnlah kalian mengangan-anagnkan apa yang Allah lebihkan sebagian kalian atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian sesuai dengan usaha mereka, dan bagi perempuan juga ada bagian sesuai dengan usaha mereka. Dan mintalah karunia kepada Allah, sesungguhnya Allah itu mMaha Mengetahui atas segala sesuatu.

Makna umum ayat:
Dalam ayat sebelumnya diterangkan, bahwa Allah melarang kita memakan atau mengambil harta yang tidak menjadi hak milik kita, mengambil harta dengan cara yang tidak dibenarkan syara’. Allah juga melarang membunuh orang lain maupun membunuh dirinya sendiri, dan ini adalah dosa besar. 

Maka di ayat ini Allah menjelaskan macam dosa dan bagaimana manusia bisa melebur dosa-dosa kecilnya. Allah jelaskan, sekiranya kalian bisa menjauhkan diri dari dosa-dosa besar, maka Allah akan melebur kejelekan-kejelekan, atau dosa kecil yang kalian lakukan tanpa sengaja. 

Setelah itu Allah akan memasukkan kalian ke tempat yang mulia, yakni surga, dan juga di dunia dengan kehidupan hidup yang damai, mulia dan penuh barakah. Karena itu Allah melarang kita untuk iri terhadap apa yang telah Allah berikan kepada orang lain, tetapi Allah mengajari kita untuk berdoa. meminta kepada-Nya karena hakekatnya semua itu adalah milik Allah. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Hikmah dan pelajaran:
1.     Ulama membagi dosa ada dua: 1) Kabair atau dosa besar. Menurut Ibnu Abbas cirinya adalah dosa yang ada hukuman hadnya, seperti mencuri, minum khamar, zina, dsb, atau setiap dosa yg ada ancaman dari Allah, seperti ancaman masuk neraka bagi pelakunya, misalnya dosa berani kpd ortu. Atau Allah melaknat atau marah sekali dengan perbuatan itu, misalkan provokator, adu domba. atau perbuatan yang ada ancaman siksaan untuknya seperti ghibah (ngrasani). Untuk lebih jelasnya bisa membaca buku Al-Kabair oleh Syaikh Adz-Dzahabi 2) Sayyiat yaitu dosa kecil. Contoh: selain yang disebutkan di atas, memandang perempuan bukan mahram, berpikir porno. Tapi ingat, dosa kecil bila dijadikan kebiasaan akan menjadi dosa besar (Ali Imran: 135).

Kadang kita tidak meyadari bahwa kita melakukan dosa kecil. Iklan apapun sekarang memakai icon perempuan, tatkala kita melihat itu, sebenarnya tanpa sadar sudah melakukan dosa. Dosa-dosa kecil ini otomatis akan dilebur oleh Allah jika kita mampu menjauhkan diri dari dosa-dosa besar. Untuk menambah wawasan bisa membaca buku “The Power of Tobat” terbitan Tiga Serangkai.

2.     Ayat ini menunjukkan keagungan anugerah Allah yang diberikan kepada hambanya yang lemah penuh dosa. Selain dengan cara yang ada dalam ayat ini, Allah juga banyak memberikan keringanan-keringanan untuk melebur dosa-dosa kita. Seperti misalkan melangkahkan kaki ke masjid, ke majlis ilmu, atau antara jumat dengan jumat berikutnya, umroh dengan umroh berikutnya. Semua amal shaleh ini akan melebur dosa-dosa kecil jika dilakukan dengan ikhlas dan sesuai aturan syara`.

3.      Hujjatul Islam Imam Ghazali dalam (Ihya` ulumuddin: 4/16) menyebutkan ada 4 sifat yang menjadi sumber dosa kita :

Sifat rububiyyah, sifat ketuhanan misal angkuh, sombong, merasa tinggi, hebat, dll. Semestinya ini adalah sifat milik Allah, kalau kita memakainya, maka kita akan jatuh dan dimurkai Allah. Contohnya iblis membangkang, angguh dan sombong. Bedanya iblis dengan Adam, keduanya sama-sama pernah terjatuh dalam kesalahan, tapi bedanya: iblis salah, tapi tdk merasa bersalah, malah sombong. Sedangkan Adam tatkala salah, langsung bingung bagaimana cara bertaubat, ketika Allah beritahukan cara bertaubat, maka segera Adam dan Hawa bertaubat (al-`Araf: 23). Karena itu kita harus mempunyai sifat tawadlu, dan itu akan menyebabkan tingginya derajat kita. Salah satu bentuk tawadlu kita misalnya tatkala kita tidak tahu kita menjawab dengan “allahu a’lam”. Kalau memang salah tidak perlu gengsi untuk menerima kebenaran.

Sifat syaithaniyah, ini bukan sifat manusia, tapi diadopsi oleh manusia. Misal dengki, iri, bikin makar, helah atau rekayasa buruk. Mungkin diantara kita ada yang bertanya “Kenapa, ko Allah jadikan musuh untuk kita yang kita tidak bisa melihatnya tapi dia bisa melihat kita?” Allah Maha Tahu, maka Allah ajari kita untuk beristi’adzah pada-Nya. Oleh karena itu kalau ada perasaan tidak enak, tidak baik, kita berta’awudz. Bahkan dalam masalah mimpi pun kita juga diajari oleh Rasul, tatkala mimpi buruk kita doa a’udzubillahi min syarriha wa min syarri syaithanirrajim. Dan meniup tiga kali ke arah kiri.  Karena mimpi buruk itu dari setan. Adapun mimpi buruk dari Allah. walhasil, jangan sampai sifat-sifat setan itu menjadi sifat kita.

Sifatul bahimiyyah atau kehewanan. Hewan itu hanya mengejar dua hal, perut dan di bawah perut. Kalau manusia sudah mengikuti hewan maka akan menghalalkan segala cara. Islam membolehkan itu, tapi harus pakai cara, ada syariatnya dan tidak boleh berlebihan. Rosulullah mengajarkan, agar  jangan makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Sifat sabu’iyyah/hewan buas, maka akan timbul perilaku/ sifat ingin merugikan orang lain, sifat kejam, ingin memukul orang, menerkam orang, dan sebagainya.

4.       نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ  Menurut ulama ahlu ushul, ini keutamaan yang diberikan kepada kita dan Allah tidak wajib untuk melebur dosa itu. Hak untuk melebur atau tidak itu adalah hak Allah. Jangan sampai kita salah memahaminya, lalu “nggampangke” atau menyepelekan.

5.       Kalau orang bisa menjaga perilakunya maka Allah akan menjaganya. Ulama berkata: kalau orang meremehkan sunah maka akan meremehkan yang wajib, demikian juga kalau meremehkan syubhat maka lambat laun akan meremehkan yang haram. Karena sifat baik maupun buruk itu masuk pada kita secara bertahap. Oleh karena itu Rosulullah saw mengajari kita untuk menciptakan lingkungan yang baik. Kadang kita kecolongan. Anak sudah disekolahkan yang bagus, didikan orang tua juga bagus, namun kadang dibiarkan nonton tv, padahal acaranya kadang kontradiktif dengan apa yang kita sampaikan kepada mereka. Ini akan merusak anak. Jadi, tidak cukup kita hanya menjauhi lingkungan buruk, tapi kita harus ciptakan lingkungan yang baik.

6.     Dalam ayat ke 32, Allah melarang kita untuk iri terhadap kenikmatan orang lain. Baik dalam masalah duniawiyah maupun diniyyah (ilmu). Ini adalah penyakit hati dan ini bahaya karena sifat ini akan menggerogoti kita bagaikan penyakit kanker. Penyakit hasad ini mengakibatkan orang bisa berpikir buruk, dan akan mengakibatkan tekanan darah tinggi, stress dan akhirnya mati. Makanya kita diajari oleh Allah untuk berlindung dari hasad. Disamping itu hadits mengajarkan kalau melihat sesuatu yang bagus, kita ucapkan “masya Allah laa haula wa laaa quwwata illa billah” ini agar tidak menimbulkan rasa iri. Adapun ghibtoh, yaitu kita memohon Allah agar kita diberi apa yang telah diberikan orang lain, hal ini diperbolehkan. Sedangkan hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat yang dimiliki seseorang. Dan ini adalah bisikan setan yang dilarang oleh Allah.

7.     Allah ciptakan manusia ini berbeda-beda. Semua sesuai dengan ilmu dan hikmah Allah. Maka jangan protes dengan bagian kita, tapi kita harus qana’ah setelah kita melakukan usaha yang maksimal. Jangan qana’ah yang terpaksa atau disalahpahami, karena itu sebenarnya adalah kemalasan.

8.       لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ini adalah bentuk keadilan Allah. Boleh saja wajah, jenis kelamin, dan lainnya berbeda, tapi di sisi Allah kelak akan mendapat pahala yang sesuai dengan yang apa yang dikerjakan. Jangan merasa lebih dari orang lain padahal nanti di hadapan Allah tidak punya apa-apa.

9.       وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ  (Dan mintalah karunia kepada Allah). Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk memohon kepada Allah, apapun yang kita inginkan. Jangan iri, dengki, kepingin apa yg dipunya orang lain, karena hakekatnya semua ini milik Allah, maka mintalah kepada Allah. Jadi orang bisa kaya, pandai, dan lain-lain itu semua karena fadlullah atau karunia Allah. Di samping itu kita harus yakin, bahwa Allah lebih tahu dengan keadaan kita. Jadi, apa yang diberikan Allah kepada kita saat ini adalah yang terbaik untuk kita. Wallahu `alam bish-showab.

http://mkitasolo.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194