Tafsir Surat An-Nas 4-6 - Kejahatan Bisikan Syaitan
4مِنْ شَرِّ
الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ 5- الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ 6- مِنَ الْجِنَّةِ
وَالنَّاسِ
Dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,yang membisikkan (kejahatan)
ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia
Setelah Allah menjelas sifat-sifat keagungan-Nya; Rabbun Naas, Maalikin Naas dan Ilahin Naas, maka pantas jika dalam ayat ini Allah sebagai tempat permohonan perlindungan dari kejahatan yang setiap manusia harus berlindung darinya. Kejahatan tersebut berupa “kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia”.
Jika
di dalam surah al-Falaq permohonan perlindungan menyangkut segala macam
kejahatan. Disegala tempat dan waktu dan secara khusus waktu malah hari saat
gelap, penyihir dan iri hati. Semua kejahatan tersebut bersumber dari pihak
lain. Dan dalam ayat terakhir surah al-Falaq disebut keburukan hasad atau iri
hati, dan inilah yang merupakan sumber upaya iblis menjerumuskan manusia dalam
kerusakan dan hasad adalah sumber permusuhannya dengan manusia, maka wajar jika
surah an-Naas dimulai dengan permohonan perlindungan dari kejahatan jin atau
iblis. Di sisi lain, surah al-Falaq adalah permohonan perlindungan dari
kejahatan yang bersumber dari luar, sedang surah an-Naas merupakan permohonan
perlindungan keselamatan dari kejahatan yang datang dari dalam, bahkan dari
diri manusia sendiri.[1]
Kata
(الْوَسْوَاسِ) adalah bersal dari akar kata
waswasa-yuwaswisu yang memiliki makna asal suara hiasan atau suara lirih atau
suara yang sangat lirih. Kemudin makna ini berkembang menjadi bisikan-bisikan
hati yang bersifat negatif. Lalu oleh ahli tafsir dalam ayat ini diarikan
setan.[2]
Begitu pula kata (يُوَسْوِسُ ) dimaknai setan. Adapun perbedaan penggunaannya
dalam surah ini adalah bahwa kata (الْوَسْوَاسِ)
menunjukan arti setan karena ia adalah wujut bisikan kejahatan. Karena itu
dalam penyebutan kata (الْوَسْوَاسِ)
langsung kepada sifat buruk tersebut. Berbeda dengan kata (يُوَسْوِسُ )
yang belum tentu pelakunya itu buruk, bisa jadi ia memiliki sisi kebaikan.
Seperti perbedaan antara ungkapan “Dia adalah kejahatan” dengan “Dia pelaku
kejahatan”. Ungkapan pertama memberikan pengertian bahwa dia adalah wujud
kejahatan. sedangkan ungkapan kedua memberikan pengertian bahwa kejahatan telah
dia lakukan, namun tidak menuntup kemungkinan dia juga melakuakan kebaikan.[3]
Oleh karena itu pada ayat berikutnya terdapat keterangan (مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ) dari golongan jin dan manusia. Kata (مِنَ) diartikan sebagian, karena memang
sebagian manusia dan jin itu ada yang baik. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa setiap setan pasti buruk dan selalu memiliki sifat yang buruk. Sedangkan
jin ada yang buruk dan ada pula yang baik. Yang buruk itulah kelompok yang
disebut dengan jin yang memiliki nenek moyang iblis. Sebgaiaman Allah jelaskan,
“Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada
orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian
halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Al-Jiin: 11).
Sedang kata (الْخَنَّاسِ) diartikan oleh ahli bahsa dengan “kembali,
mundur, melempem dan bersembunyi.[4]
Bentuk (الْخَنَّاسِ) yang mengikuti pola kata ((فعلانmenunjukan
seringnya perbutan tersebut. Untuk itu sekilas terdapat kontradiksi antara kata
(الْوَسْوَاسِ) yang berarti banyak
membisikkan kejahatan untuk menyesatkan manusia, dengan kata (الْخَنَّاسِ) yang memiliki pengertian mundur, kembali
atau melempem dari menyesatkan manusia. Untuk menjawabnya, Syaikh asy-Syanqithi
dalam tafsirnya menerangkan,[5]
bahwa setan banyak membisikkan kejahatannya ketika manusia sedang lalai dari
mengingat Tuhan-Nya, dan banyak mundur dan melempem dari menggoda manusia,
ketika ia selalu mengingat Allah. Sebagaimana Allah kalamkan: وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا
فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah
(Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah
yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Qs. Az-Zukhruf: 36) dan Kalam
Allah dalam surah al-Hijr: 42, “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada
kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu
orang-orang yang sesat.”. Begitupula kalam Allah, “Sesungguhnya syaitan
itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada
Tuhannya.” (An-Nahl: 99). Dalam hadis shahih Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya setan itu bercokol di hati anak Adam. Apabila ia berdzikir, setan
itu mundur menjauh dan apabila anak adam itu lengah maka setan berbisik” (HR.
Bukhari).
Menurut
Sayyid Qutb, kata Khonnas”
(biasa bersembunyi), jika dilihat dari satu sisi, sifat ini menunjukkan bahwa
ia bersembunyi. Sehinnga apabila ia mendapatkan kesempatan maka ia akan segera
melancarakan serangnnya dan menyampaikan bisikan. Dan dari satu sisi
menunjukkan kelamahan setan menghadapi orang-oramg yang sadar atas tipu danyanya dan menjaga jalan-jalan masuknya
kedada. Maka dari situ setan baik dari golongn jin maupun manusi, apabila diahadapai
akan mundur dan kembali dari mana ia datang terengah-engah dan bersembunyi.[6]
Ayat
(مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ)
“ Dari golongan jin dan manusia” artinya godaan dan bisikan jahat itu bisa
datang dari sebagaian golongan jin dan manusia. Sebagaimana telah dijelaskan di
atas, bahwa kata (مِنَ) dalam ayat ini
diartikan sebagian, karena memang sebagian manusia dan jin itu ada yang baik dan
ada juga yang jahat. Oleh karean itu sebutan setan sebagaimana sudah kita
terangkan dipembahasan tentang “isti`adzah” tidak hanya ditujukan
terhadap sosok makhluq halus yang menakutkan tercipta dari api, tetapi juga
manusia yang berprilaku buruk tidak lain juga setan. Sebagaimana Allah jelaskan
dalam surah al-An`am:112, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi
tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan
jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)”. Dengan
demikian para pezina, penjual hukum, koruptor, pengemplang uang rakyat,
mendiamkan kemungkaran, mebiarkan kemiskinan, menyebarkan paham liberal dan
kekerasan, mengajak berbagai kemaksiatan, dll, semua dapat disebut dengan
julukan setan. Karena itu pantas jika kita diperintahkan untuk meminta
perlindungan dari kejahatan dari (golongan) jin dan manusia (Qs.
An-Naas:4-6).
Walhasil,
ayat ke 4-6 ini memerintahkan kepada kita semua sebagai manusia yang penuh kelemahan
untuk selalu memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha segalanya dari berbagai
bisikan dan rayuan kejahatan yang terus berdatangan. Baik yang datang dari
nafsu buruk kita sendiri atau setan. Setan
adalah makhluq yang paling kreatif dan inovatif dalam menyesatkan manusia.
Dengan perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup modern, setanpun tidak mau
ketinggalan dalam mengembangkan gaya rayuan dan jebakannya. Tekat untuk selalu
memoderenkan gaya tipunnya telah ia ikrarkan sejak kekalahan nenek moyangnya Iblis
ketika tidak mau tunduk atas perintah Allah dengan bersujud menghormati
Adam.
Diantara gaya modernitas Iblis dan setan dalam mengembangkan
kekuasaan dan pengarunya terhadap manusia adalah dengan selalu memperindah
segala kebatilan. Allah berkalam, “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya. (Qs. Al-Hijr: 39). Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi ini. Maksudnya
aku akan menghiasai segala perbuatan maksiat, agar mereka menyenanginya.”.[7]
Ibnu Qayim mengatakan: “Di antara bujuk
rayu setan adalah dengan cara menyihir akal manusia, sampai ia tersihir,
sehingga tidak ada yang selamat daripadanya kecuali, yang dipelihara oleh
Allah. Adakalanya setan menghias perbuatan buruk yang berbahaya, sehingga
manuasia menganggap baik baginya. Adakalanya pula membujuk manusia agar tidak
melakukan perbuatan baik yang semestinya berguna baginya, tetapi ia menilai
sebaliknya. Berapa banyak manusia yang tersihir oleh bujuk rayu setan. Berapa banyak pula hati manusia yang terjauh
dari Islam, iman dan ikhsan. Berapa banyak kebatilan yang tampil dalam bentuk
yang indah. Dan berapa banyak kebenaran yang tampil dalam bentuk yang terhina.
Berapa banyak kepalsuan yang tampak indah di mata sebagian orang. Hanya setan
yang mampu menyihir otak sebagian besar manusia, sehingga mereka condong kepada
bujuk rayu hawa nafsu dan pemikiran-pemikiran yang membinggungkan. Mereka
dibawa ke jalan yang sesat dan binasa. Semuanya diperindah oleh setan sampai
manusia mau melakukannya”. Dengan kata lain, manusia itu sendiri berubah
menjadi setan yang ikut mempromosikan kejahatan setan.
Dan perlu diketahui bahwa godaan setan manusia bisa jadi lebih kuat dari pada
godaan setan. Karena musuh yang datang dari jenis yang sama tentu lebih sulit
untuk dideteksi. Karena itu menurut Sayyid Qutb “Mereka lebih jahat daripada
golongan jin dan lebih samar merayapnya”[8].
Di zaman modern ini, cukup banyak bujuk rayu iblis dan setan baik yang dari jin dan manusia yang menyesatkan manusia dari jalan agama Islam yang benar. Berikut ini diantara langkah-langkah kreatifitas dan inovasi gaya setan moderan dalam memalingkan manusia dari petunjuk yang benar.
1-
Dengan
memakai selogan-selogan modern yang jauh dari kebenaran agama Islam. Seperti
seruan sekularisme, prularisme, feminisme, HAM, inklusif dan eklusif agama,
liberalism dan isme-isme lain. Dengan nama pembebasan manusia dan kesamaan
posisi, setan menyerukan kepada kaum wanita keluar dari rumah, sehingga mereka menampilkan diri mereka
tanpa busana yang pantas, sehingga menjatuhkan martabat mereka dengan nama
peradaban.
2-
Dengan nama pelestarian tradisi budaya dan
kearifan lokal. Sehingga banyak orang yang mengaku beraga Islam, tetapi karena
mengatasnamakan pelestarian budaya dan kearifan lokal, mereka melegalkan
berbagai acara kemaksiatan.
3-
Lewat dunia komunikasi; muncullah berbagai
lembaga negeri atau swasta berlomba-lomba untuk menjauhkan manusia dari
agamanya yang benar. Berbagai program penyesatan digalakkan. Baik itu lewat TV,
Internet, Surat kabar, HP dan alat komunikasi modern. Akibatnya adalah pendangkalan keimanan umat.
4-
Lewat ekonomi dan pendidikan. Sehingga
transaksi ribawi dianggap jauh labih menguntungkan dari pada non ribawi.
Begitupula muncul lembaga pendidikan yang hanya memintingkan kecerdasaan IQ
tanpa memperhatikan kecerdasan spiritualnya. Bahkan sekarang banyak lembaga
pendidikan yang sudah beralih fungsi sebagai lembaga pendangkalan keimanan dan
akhlak mulia.
Semua seruan itu adalah kelanjutan bujuk rayu setan yang pernah dilancarkan kepada Adam as sejak masa lalu. Cara itu tidak lain adalah memperindah kebatilan dan memperburuk kebenaran, sehingga manusia membencinya. Sungguh, kreatifitas gaya setan modern ini sangatlah berbahaya. Karena setan pandai menghiasi kebatilan menjadi indah, maka manusia segera mengikutinya, meskipun hal itu menjadi sebab kebinasaannya, seperti diebutkan dalam kalam Allah. “Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yag telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Qs. Al-Kahfi: 103-104).
Oleh kerena itu peperangan antara manusia mukmin dengan setan
adalah perangan yang tidak mengenal lelah. Bisa jadi kita sudah merasa kuat,
namun setan tidak akan mengenal menyerah. Dia dan para pengikukutnya akan
selalu mencari cara lain sampai ia mampu menundukan manusia tersebut. Kerena
itu dalam ayat ke 5 terdapat kata (يُوَسْوِسُ) dengan memakai fiil mudhari` yang menunjukan bahwa
godaan, bisikan dan rayuan itu akan terus berlangsung kapanpun dan dimanapun. Bisikan
setan itu bisa jadi kita tidak mengetahui, tetapi kita rasakan bekas-bekasnya
dalam realita jiwa dan kehidupan nyata.semua itu atas izin Allah. Allah
mengizinknnya itu tentulah ada hikmahnya. Dia ketahui dan Dia tidak membiarkan
manusia tanpa persiapan, maka Ia menjadikan iman sebagai perisai, zikir sebagai
pembekalan, dan Isti`dzah sebagai senjata. Apabila manusia melupakan perisai
perbeklan dan senjatanya maka ia menjadi
tercela.[9]
Semoga kita semua dengan izin Allah terjaga dari tipuan setan dan
balatentara, baik dari golongan jin dan manusia. Sehingga kita semua nanti kembali
kepada Allah tetap istiqomah, sebagaimana inti pokok doa yang selalu kita
komandangkang minimal 17 kali sehari. Doa itu adalah “ Ya Allah “tunjukilah
kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau
beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat”
(Qs. Al-Fatihah: 6-7). Amiin
[1] - Tafsir al-Mushbah,
Quraisy Syihab, h. 15/639.
[2] - Lih: Mufradat, h. 2/512, Lisanul `Arab, h. 6/254,
al-Kasysyaf, h. 4/819
[3] - Lih: Ensiklopedia
al-Qur`an, h.
3/1077, Tafsir al-Mishbah, h. 15/639
[4] - Lih: Lisanul `Arab, h. 6/71.
[5] - Adhwaul Bayan,
asy-Syanqiti, h. 9/178
[6] - Lih: Tafsir Fii Dhilalil Qur`an,
Sayyid Qutub, Terjemah: As`ad yasin dan Abdul Aziz Salim, h. 12/384.
[7] - Tafsir Ibnu
Katsir, h. 2/651
[8] - Tafsir Fii Dhilalil Qur`an,
Sayyid Qutub, Terjemah: As`ad yasin dan Abdul Aziz Salim, h. 12/384.
[9] - Tafsir Fii Dhilalil Qur`an,
Sayyid Qutub, Terjemah: As`ad yasin dan Abdul Aziz Salim, h. 12/384
Komentar
Posting Komentar