Tafsir Surat An-Nas 4-6 - Kejahatan Bisikan Syaitan

Dr. KH. Moh. Abdul Kholiq Hasan Lc.MA.M.Ed




 

4مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ  5- الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ 6- مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

 

Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia

 

Setelah Allah menjelas sifat-sifat keagungan-Nya; Rabbun Naas, Maalikin Naas dan Ilahin Naas, maka pantas jika dalam ayat ini Allah sebagai tempat permohonan perlindungan dari kejahatan yang setiap manusia harus berlindung darinya. Kejahatan tersebut berupa “kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia”.

Jika di dalam surah al-Falaq permohonan perlindungan menyangkut segala macam kejahatan. Disegala tempat dan waktu dan secara khusus waktu malah hari saat gelap, penyihir dan iri hati. Semua kejahatan tersebut bersumber dari pihak lain. Dan dalam ayat terakhir surah al-Falaq disebut keburukan hasad atau iri hati, dan inilah yang merupakan sumber upaya iblis menjerumuskan manusia dalam kerusakan dan hasad adalah sumber permusuhannya dengan manusia, maka wajar jika surah an-Naas dimulai dengan permohonan perlindungan dari kejahatan jin atau iblis. Di sisi lain, surah al-Falaq adalah permohonan perlindungan dari kejahatan yang bersumber dari luar, sedang surah an-Naas merupakan permohonan perlindungan keselamatan dari kejahatan yang datang dari dalam, bahkan dari diri manusia sendiri.[1]


Kata (الْوَسْوَاسِ) adalah bersal dari akar kata waswasa-yuwaswisu yang memiliki makna asal suara hiasan atau suara lirih atau suara yang sangat lirih. Kemudin makna ini berkembang menjadi bisikan-bisikan hati yang bersifat negatif. Lalu oleh ahli tafsir dalam ayat ini diarikan setan.[2] Begitu pula kata (يُوَسْوِسُ ) dimaknai setan. Adapun perbedaan penggunaannya dalam surah ini adalah bahwa kata (الْوَسْوَاسِ) menunjukan arti setan karena ia adalah wujut bisikan kejahatan. Karena itu dalam penyebutan kata (الْوَسْوَاسِ) langsung kepada sifat buruk tersebut. Berbeda dengan kata (يُوَسْوِسُ ) yang belum tentu pelakunya itu buruk, bisa jadi ia memiliki sisi kebaikan. Seperti perbedaan antara ungkapan “Dia adalah kejahatan” dengan “Dia pelaku kejahatan”. Ungkapan pertama memberikan pengertian bahwa dia adalah wujud kejahatan. sedangkan ungkapan kedua memberikan pengertian bahwa kejahatan telah dia lakukan, namun tidak menuntup kemungkinan dia juga melakuakan kebaikan.[3] Oleh karena itu pada ayat berikutnya terdapat keterangan (مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ) dari golongan jin dan manusia. Kata (مِنَ) diartikan sebagian, karena memang sebagian manusia dan jin itu ada yang baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap setan pasti buruk dan selalu memiliki sifat yang buruk. Sedangkan jin ada yang buruk dan ada pula yang baik. Yang buruk itulah kelompok yang disebut dengan jin yang memiliki nenek moyang iblis. Sebgaiaman Allah jelaskan, “Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Al-Jiin: 11).

Sedang kata (الْخَنَّاسِ) diartikan oleh ahli bahsa dengan “kembali, mundur, melempem dan bersembunyi.[4] Bentuk (الْخَنَّاسِ) yang mengikuti pola kata ((فعلانmenunjukan seringnya perbutan tersebut. Untuk itu sekilas terdapat kontradiksi antara kata (الْوَسْوَاسِ) yang berarti banyak membisikkan kejahatan untuk menyesatkan manusia, dengan kata (الْخَنَّاسِ) yang memiliki pengertian mundur, kembali atau melempem dari menyesatkan manusia. Untuk menjawabnya, Syaikh asy-Syanqithi dalam tafsirnya menerangkan,[5] bahwa setan banyak membisikkan kejahatannya ketika manusia sedang lalai dari mengingat Tuhan-Nya, dan banyak mundur dan melempem dari menggoda manusia, ketika ia selalu mengingat Allah. Sebagaimana Allah kalamkan: وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌBarangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Qs. Az-Zukhruf: 36) dan Kalam Allah dalam surah al-Hijr: 42, “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.”. Begitupula kalam Allah, “Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.” (An-Nahl: 99). Dalam hadis shahih Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setan itu bercokol di hati anak Adam. Apabila ia berdzikir, setan itu mundur menjauh dan apabila anak adam itu lengah maka setan berbisik” (HR. Bukhari).

Menurut Sayyid Qutb, kata Khonnas” (biasa bersembunyi), jika dilihat dari satu sisi, sifat ini menunjukkan bahwa ia bersembunyi. Sehinnga apabila ia mendapatkan kesempatan maka ia akan segera melancarakan serangnnya dan menyampaikan bisikan. Dan dari satu sisi menunjukkan kelamahan setan menghadapi orang-oramg yang sadar atas tipu  danyanya dan menjaga jalan-jalan masuknya kedada. Maka dari situ setan baik dari golongn jin maupun manusi, apabila diahadapai akan mundur dan kembali dari mana ia datang terengah-engah dan bersembunyi.[6]

Ayat (مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ) “ Dari golongan jin dan manusia” artinya godaan dan bisikan jahat itu bisa datang dari sebagaian golongan jin dan manusia. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa kata (مِنَ) dalam ayat ini diartikan sebagian, karena memang sebagian manusia dan jin itu ada yang baik dan ada juga yang jahat. Oleh karean itu sebutan setan sebagaimana sudah kita terangkan dipembahasan tentang “isti`adzah” tidak hanya ditujukan terhadap sosok makhluq halus yang menakutkan tercipta dari api, tetapi juga manusia yang berprilaku buruk tidak lain juga setan. Sebagaimana Allah jelaskan dalam surah al-An`am:112, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)”. Dengan demikian para pezina, penjual hukum, koruptor, pengemplang uang rakyat, mendiamkan kemungkaran, mebiarkan kemiskinan, menyebarkan paham liberal dan kekerasan, mengajak berbagai kemaksiatan, dll, semua dapat disebut dengan julukan setan. Karena itu pantas jika kita diperintahkan untuk meminta perlindungan dari kejahatan dari (golongan) jin dan manusia (Qs. An-Naas:4-6).


Walhasil, ayat ke 4-6 ini memerintahkan kepada kita semua sebagai manusia yang penuh kelemahan untuk selalu memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha segalanya dari berbagai bisikan dan rayuan kejahatan yang terus berdatangan. Baik yang datang dari nafsu buruk kita sendiri atau setan. Setan adalah makhluq yang paling kreatif dan inovatif dalam menyesatkan manusia. Dengan perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup modern, setanpun tidak mau ketinggalan dalam mengembangkan gaya rayuan dan jebakannya. Tekat untuk selalu memoderenkan gaya tipunnya telah ia ikrarkan sejak kekalahan nenek moyangnya Iblis ketika tidak mau tunduk atas perintah Allah dengan bersujud menghormati Adam. 

Diantara gaya modernitas Iblis dan setan dalam mengembangkan kekuasaan dan pengarunya terhadap manusia adalah dengan selalu memperindah segala kebatilan.  Allah berkalam, “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. (Qs. Al-Hijr: 39). Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi ini. Maksudnya aku akan menghiasai segala perbuatan maksiat, agar mereka menyenanginya.”.[7]

Ibnu Qayim mengatakan: “Di antara bujuk rayu setan adalah dengan cara menyihir akal manusia, sampai ia tersihir, sehingga tidak ada yang selamat daripadanya kecuali, yang dipelihara oleh Allah. Adakalanya setan menghias perbuatan buruk yang berbahaya, sehingga manuasia menganggap baik baginya. Adakalanya pula membujuk manusia agar tidak melakukan perbuatan baik yang semestinya berguna baginya, tetapi ia menilai sebaliknya. Berapa banyak manusia yang tersihir oleh bujuk rayu setan.  Berapa banyak pula hati manusia yang terjauh dari Islam, iman dan ikhsan. Berapa banyak kebatilan yang tampil dalam bentuk yang indah. Dan berapa banyak kebenaran yang tampil dalam bentuk yang terhina. Berapa banyak kepalsuan yang tampak indah di mata sebagian orang. Hanya setan yang mampu menyihir otak sebagian besar manusia, sehingga mereka condong kepada bujuk rayu hawa nafsu dan pemikiran-pemikiran yang membinggungkan. Mereka dibawa ke jalan yang sesat dan binasa. Semuanya diperindah oleh setan sampai manusia mau melakukannya”. Dengan kata lain, manusia itu sendiri berubah menjadi setan yang ikut mempromosikan kejahatan setan. Dan perlu diketahui bahwa godaan setan manusia bisa jadi lebih kuat dari pada godaan setan. Karena musuh yang datang dari jenis yang sama tentu lebih sulit untuk dideteksi. Karena itu menurut Sayyid Qutb “Mereka lebih jahat daripada golongan jin dan lebih samar merayapnya”[8].

Di zaman modern ini, cukup banyak bujuk rayu iblis dan setan baik yang dari jin dan manusia yang menyesatkan manusia dari jalan agama Islam yang benar. Berikut ini diantara langkah-langkah kreatifitas dan inovasi gaya setan moderan dalam memalingkan manusia dari petunjuk yang benar.

1-      Dengan memakai selogan-selogan modern yang jauh dari kebenaran agama Islam. Seperti seruan sekularisme, prularisme, feminisme, HAM, inklusif dan eklusif agama, liberalism dan isme-isme lain. Dengan nama pembebasan manusia dan kesamaan posisi, setan menyerukan kepada kaum wanita keluar dari rumah, sehingga mereka menampilkan diri mereka tanpa busana yang pantas, sehingga menjatuhkan martabat mereka dengan nama peradaban.

2-      Dengan nama pelestarian tradisi budaya dan kearifan lokal. Sehingga banyak orang yang mengaku beraga Islam, tetapi karena mengatasnamakan pelestarian budaya dan kearifan lokal, mereka melegalkan berbagai acara kemaksiatan.

3-      Lewat dunia komunikasi; muncullah berbagai lembaga negeri atau swasta berlomba-lomba untuk menjauhkan manusia dari agamanya yang benar. Berbagai program penyesatan digalakkan. Baik itu lewat TV, Internet, Surat kabar, HP dan alat komunikasi modern. Akibatnya adalah  pendangkalan keimanan umat.

4-      Lewat ekonomi dan pendidikan. Sehingga transaksi ribawi dianggap jauh labih menguntungkan dari pada non ribawi. Begitupula muncul lembaga pendidikan yang hanya memintingkan kecerdasaan IQ tanpa memperhatikan kecerdasan spiritualnya. Bahkan sekarang banyak lembaga pendidikan yang sudah beralih fungsi sebagai lembaga pendangkalan keimanan dan akhlak mulia.

Semua seruan itu adalah kelanjutan bujuk rayu setan yang pernah dilancarkan kepada Adam as sejak masa lalu. Cara itu tidak lain adalah memperindah kebatilan dan memperburuk kebenaran, sehingga manusia membencinya. Sungguh, kreatifitas gaya setan modern ini sangatlah berbahaya. Karena setan pandai menghiasi kebatilan menjadi indah, maka manusia segera mengikutinya, meskipun hal itu menjadi sebab kebinasaannya, seperti diebutkan dalam  kalam Allah. “Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yag telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Qs. Al-Kahfi: 103-104).

Oleh kerena itu peperangan antara manusia mukmin dengan setan adalah perangan yang tidak mengenal lelah. Bisa jadi kita sudah merasa kuat, namun setan tidak akan mengenal menyerah. Dia dan para pengikukutnya akan selalu mencari cara lain sampai ia mampu menundukan manusia tersebut. Kerena itu dalam ayat ke 5 terdapat kata (يُوَسْوِسُ) dengan memakai fiil mudhari` yang menunjukan bahwa godaan, bisikan dan rayuan itu akan terus berlangsung kapanpun dan dimanapun. Bisikan setan itu bisa jadi kita tidak mengetahui, tetapi kita rasakan bekas-bekasnya dalam realita jiwa dan kehidupan nyata.semua itu atas izin Allah. Allah mengizinknnya itu tentulah ada hikmahnya. Dia ketahui dan Dia tidak membiarkan manusia tanpa persiapan, maka Ia menjadikan iman sebagai perisai, zikir sebagai pembekalan, dan Isti`dzah sebagai senjata. Apabila manusia melupakan perisai perbeklan dan senjatanya maka ia  menjadi tercela.[9]

Semoga kita semua dengan izin Allah terjaga dari tipuan setan dan balatentara, baik dari golongan jin dan manusia. Sehingga kita semua nanti kembali kepada Allah tetap istiqomah, sebagaimana inti pokok doa yang selalu kita komandangkang minimal 17 kali sehari. Doa itu adalah “ Ya Allah “tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat” (Qs. Al-Fatihah: 6-7). Amiin



[1] - Tafsir al-Mushbah, Quraisy Syihab, h. 15/639.

[2] - Lih: Mufradat, h.  2/512, Lisanul `Arab, h.  6/254,  al-Kasysyaf, h. 4/819

[3] - Lih: Ensiklopedia al-Qur`an, h. 3/1077, Tafsir al-Mishbah, h. 15/639

[4] - Lih: Lisanul `Arab, h. 6/71.

[5] - Adhwaul Bayan, asy-Syanqiti, h. 9/178

[6] - Lih: Tafsir Fii Dhilalil Qur`an, Sayyid Qutub, Terjemah: As`ad yasin dan Abdul Aziz Salim, h. 12/384.

[7] - Tafsir Ibnu Katsir, h. 2/651

[8] - Tafsir Fii Dhilalil Qur`an, Sayyid Qutub, Terjemah: As`ad yasin dan Abdul Aziz Salim, h. 12/384.

[9] - Tafsir Fii Dhilalil Qur`an, Sayyid Qutub, Terjemah: As`ad yasin dan Abdul Aziz Salim, h. 12/384


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194