Karakter Kehidupan Dunia

Dr. KH. Moh. Abdul Kholiq Hasan Lc.MA.M.Ed



       Ayat-ayat al-Qur`an banyak sekali menjelaskan berbagai karakter kehidupan dunia. Menurut Ahzami Sami`un (2005) karakter kehidupan dunia dalam al-Qur`an dapat disimpulkan sebagai berikut:

 

a-      Sendagurau dan Permainan.

Allah SWT. berfirman,

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka Tidakkah kamu memahaminya? "(QS. 6: 32).

 

    Kehidupan dunia ini apabila tidak dilandasi sebuah keimanan, tidak lebih dari sekedar sendagurau dan permainan belaka. Sebagaimana permainan, ia tidak mendatangkan manfaat dan hanya memalingkan aktivitas dari kerja keras kepada kesenagan belaka. Kehidupan yang demikian itu, tidak jauh seperti permainan anak-anak kecil dan sendagurau yang hanya dalam masa tertentu dan segera hilang tanpa memberi bekas yang berarti.

    Dalam redaksi al-Qur`an, biasanya kata al-la`b (permainan) disebut terlebih dahulu dari pada al-lahwu (senda gurau). Ini sebabnya karena permainan itu terjadi pada masa kanak-kanak, sedangkan sendagurau itu biasanya dilakukan ketika orang sudah dewasa. Dan karena masa kanak-kanak lebih dahulu dari pada masa dewasa. Semua ini menunjukkan bahwa kehidupan dunia itu sementara. Sedangkan kehidupan akhirat, sebagaimana disebut dalam ayat diatas (الْحَيَوَانُ) artinya kehidupan yang hakiki (Abus Sa`uud, 7/47)

 

b-     Dunia Sebagai Hiasan (az-zinah)

 

Allah SWT. berfirman,

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

"Sesungguhnya kami Telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya ".(QS.18:7).

 

    Kehebatan dunia tidak melebihi kehebatan perhiasan. Ia tidak ada artinya dan hina jika dibandingkan dengan kehidupan akherat. Sebagaimana hiasan yang mampu memoles pemakainya. Hiasan ini suka menipu pandangan mata, sehingga seakan-akan orang yang memakainya itu elok nan cantik. Namun apabila perhiasan itu dilepas, maka kelihatanlah bentuk asli dari orang tersebut. Begitu pula dunia yang hanya menyilaukan pandangan bagi orang yang bisa ia tipu. Maka ketika ia telah meninggal dan berada diakhirat, ia baru sadar wajah asli dari dunia yang dulu ia puja-puja ternyata menipu belaka. Sebagaimana disebutkan dalam hadits nabi Muhammad SAW, ketika manusia telah meninggal akan berkata " Hartaku-hartaku. Maka sesungguhnya ia mempunyai tiga macam harta, apa yang ia makan, maka telah habis, apa yang ia pakai, maka telah hancur dan apa yang ia telah sedekahkan, maka akan tetap. Selain itu semua, maka hartanya akan pergi dan sebagai peninggalan bagi ahli warisnya (HR. Muslim). Seorang syair berkata, " Kamu adalah budak harta yang kamu simpan, dan apa yang kamu sedekahkan adalah hartamu sejati" (Abu Dzar Al-Qolmuni, Fafirru Ilallah).  

 

    Sebagaimana hiasan yang menjadi sarana untuk memperindah suatu pandangan, begitu pula dunia ini adalah hanya sebatas sarana menuju akhirat, bukan tujuan kehidupan. Harta,  istri, keturunan, emas, perak, binatang ternak dan lainnya, hanyalah sebuah perhiasan, bukan suatu nilai (QS,3:14). Semuanya adalah saranan, bukan tujuan. Oleh karena itu manusia jangan sampai tertipu dengan dunia, yang menjadi temapt ujian bagi seorang hamba. Sebagaimana Allah katakan dalam ayat diatas, " agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya ".

 

    Dengan demikian perbuatan amal soleh selama didunia ini yang nantinya akan menajadi nilai yang hakiki bagi manusia diakherat kelak. Ia akan menjadi tabungan abadi bersama pemiliknya sampai diakhirat. Allah berfirman, "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.(QS.18:46).

 

c-      Dunia Sebagai Tipu Danya (al-Ghurur)

    Karakter lain dunia sebagaimana disebutkan al-Qur`an adalah sebagai tipu daya. Banyak ayat al-Qur`an yang telah menjelaskan perihal tersebut. Diantaranya firman Allah SWT:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ.

" Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan  "(QS. 3:185).  

 

    Banyak manusia tertipu dengan gemerlapan dunia. ia akan selalu menyesal pada saat sudah terlambat. Ayat diatas memberikan isyarat seperti itu. Baik manusia yang beriman atau kafir, nanti diakherat sama-sama merasa menyesal. Penyesalan orang kafir jelas, karena mereka nantinya akan mendaptkan siksaan yang pedih. Mereka meyesal karena seluruh kekayaannya, anaknya, kolega-koleganya sesembahannya, semua tidak ada manfaatnya untuk menghindarkan dari azab Allah. Bahkan mereka nantinya saling menyalahkan dan saling menuntut satu sama lain.

 

Sebagaimana Allah SWT sebutkan dalam al-Qur`an, "Berkatalah orang-orang yang Telah tetap hukuman atas mereka[masuk neraka]; "Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami Telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami".(QS.28:63)

 

Dan firman Allah SWT, " Dan orang-orang kafir berkata: "Ya Rabb kami perlihatkanlah kepada kami dua jenis orang yang Telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jinn dan manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina".  (QS. 41:29).

 

    Orang-orang mukmin kelak diakhirat juga akan menyesal. Menyesal karena setelah melihat dan merasakan betapa besarnya pahala dan balasan yang diterimanya, mereka ingin seandainya bisa beramal lebih banyak lagi. Sehingga mereka mendapatkan pahala dan balasan dari Allah yang lebih banyak dari apa yang mereka sekarang dapatkan. Karena balasan nanti akan sesuai dengan kadar amal yang mereka lakukan didunia. Allah berfirman, "Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. 6:132).

 

    Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan manusi agar jangan tertipu dengan dunia. Semua kenikmatan dunia ini akan sirna, ketika seseorang telah merasakan pahitnya kematian. Dan rialita yang ada tidak ada satupun didunia ini yang mampu mengindar dari kematian, sang pengahncur segala kenikmatan (HR. Turmudzi).

 

d-     Dunia sebagai `aradh (harta benda)

 

Allah SWT. berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ كَذَلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا.

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, Maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu[orang yang mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallah]: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, Karena di sisi Allah ada harta yang banyak. begitu jugalah keadaan kamu dahulu lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, Maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.4:94)

 

    Ayat diatas menegaskan kepada kaum mukminin dan manusia secara umum, bahwa dunia itu tidak lebih dari `aradh atau harta benda. Penyebutan dunia dengan `aradh menunjukan bahwa harta benda tersebut sifatnya sementar dan tidaklah kekal (Ar-Razi, 11/5). Kehidupan dunia akan silih berganti. Harta yang kita miliki sekarang, esok akan dimiliki oleh orang lain, begitu pula selanjutnya. Oleh karena itu jangan menghalalkan segala cara dalam memperolehnya. Tanpa ada usaha untuk mengklarifikasi atau menanyakan sumber harta tersebut. Karena hanya mengejar dunia yang fana' dan mengikuti hawa nafsu seseorang membunuh saudara seiman tanpa ada landasan yang kuat. Perbuatan seperti ini sunguh tidak dibenarkan oleh agama (az-Zamakhsyari,1/584)

 

    Disebutkan dalam hadits, "Ketika seorang mayyit dibawa ke kuburan maka akan mengikutinya tiga hal. Dua hal akan pulang dan satu hal akan tetap bersamanya. Kedua hal tersebut adalah harta dan keluarganya, sedangkan yang satunya adalah amal perbuatannya”. (HR. Bukhori Muslim). Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh imam Turmudzi bahwa kelak di akherat harta yang dimiliki seseorang akan dihisab dari mana ia peroleh dan untuk apa harta tersebut digunakan.

 

    Demikianlah karakter umum dunia sebagaimana disebutkan dalam al-Qur`an. Dengan memahami dan menyadari karakter kehidupan dunia seperti itu, kita akan terhindar dari tipu dayanya dan rayuannya.

 

    Pertanyaannya, kenapa masih banyak orang tidak mempersiapkan hari esok yang sudah tentu datang? Untuk menjawab pertanyaan ini tentunya banyak faktor. Namun yang jelas orang yang semacam itu cenderung tidak menyakini bahwa besuk ada kehidupan setelah meninggal. Mereka beranggapan bahwa mati hidup itu hanya sekedar proses alami yang akan dialami setiap makhluk hidup. Tidak harus ada keterkaitan dengan adanya suatu alam kehidupan lain, selian kehidupan dunia ini.

 

    Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur`an, " Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja " ( QS. 45:24).

Tiga Kunci agar tidak tertipu dunia:Pertama: Memahami secara benar karakter kehidupan dunia.Kedua: Menyakini bahwa semua yang kita miliki adalah titipan Allah, yang mana suatu ketika akan diminta kembali, tersuk diri kita.Ketiga: Mengingat bahwa besok akan ada peradilan super adil.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194