Dunia Tempat Ujian Orang Mukmin
Kehidupan dunia ini tidak lain bagi seorang mukmin
adalah sebagai tempat percobaan dan persiapan menuju alam akherat. Allah SWT telah
menciptakan seluruh alam semesta ini untuk manusia, ia ciptakan kematian dan kehidupan
bagi manusia. Berbagai kenikmatan dan cobaan ia timpakan kepada manusia.
Semuanya bertujuan satu yaitu sebagaimana Allah firmankan dalam al-Qur`an, "Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” ( Q.S 76:2).
Para ahli tafsir menerangkan tentang ayat ini,
bahwa tujuan Allah mencipatakan kehidupan dan kematian adalah untuk memberikan penilaian
dan balasan atas amal perbuatan seseorang. Balasan itu sesuai dengan standar
keihlasan dan ketepatan amal tersebut dengan syariah ajaran Islam. Oleh karena
itu, pada ayat tersebut disebut dengan ” yang lebih baik amalnya ",
bukan dikatakan "yang lebih banyak amalnya”. Karena yang menjadi
standar diterimanya suatau amalan ibadah adalah bukan banyak sedikitnya, tetapi
kihlasan dan kesesuaian dengan tuntunan syariat (Ibnu Katsir, 4/937, al-Alusi, 29/5).
Adapun menurut asy-Syaukani, bahwa lafadh yang berbentuk tafdhil (komparatif
superlatif) adalah untuk menjelaskan bahwa yang dimaksud disini adalah
perbuatannya sendiri. Dan tujuan utama dari suatu cobaan adalah untuk
menampakakan kesempurnaan kebaikan orang-orang yang berbuat baik (asy-Syaukani,5/259)
Dengan menyadari tujuan kehidupan ini, seorang
mukmin harus memahami bahwa, kehidupan di dunia ini tidak ubahnya seorang
perantau yang akan kembali ke kampung halamannya. Seorang perantau yang baik, tentu
tahu bahwa ia harus menyiapkan bekal yang cukup agar perjalanan pulangnya nanti
menyenangkan dan dikampung halaman kembali dengan gembira. Apalagi yang jelas,
perjalanan pulang menuju kampung ini sangat jauh, melewati samudera yang dalam
dan gelombang yang penuh marabahaya. Sebaimana Imam Ali katakan ketika
mendefinisikan taqwa "Takut kepada dzat yang agung, mengamalkan
al-Qur`an, menerima yang sedikit dan menyiapkan untuk hari bepergian (kematian)
(Khutob Muhktaroh, 402).
Bekal yang perlu dipersiapkan dan diperbanyak terus,
tidak lain kecuali amal ibadah kepada Allah. Langkah tepat untuk mencapai itu
semua adalah dengan tidak tertipu gemerlapan dunia. Sebagaimana Rasulullah SAW
senantiasa mengingatkan para sahabatnya tentang hakikat dunia agar mereka tidak
terperosok ke dalam tipuannya. Rasulullah SAW bersabda : "Dunia ini
cantik dan hijau. Sesungguhnya Allah menjadikan kamu Khalifah dan Allah
mengamati apa yang kamu lakukan, karena itu jauhilah godaan wanita dan dunia.
Sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa bani Israil adalah godaan kaum wanita"
(H.R. Ahmad).
Namun kenyataannya tetap banyak orang yang tertipu
oleh kehidupan dunia sehingga mereka melupakan kehidupan akhirat yang kekal di
sisi Allah. Orang seperti ini akan mendapat siksa dari Allah. Allah berfirman, ''Dan
dikatakan (kepada mereka), 'Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu
telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka
dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong. Yang demikian itu, karena
sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah
ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari
neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat'.'' (QS 45:
34-35).
Seorang mukmin harus sabar ketika menghadapi
berbagai cobaan. Kadang cobaan itu berupa sesuatu yang tidak menyenangkan.
Seperti musibah, kemiskinan, penganguran atau tidak tercukupinya kebutuhan
hidup. Nah, ketika menghadapi cobaan semacam itu, lebih-lebih zaman sekarang
yang semua diukur dengan materi. Banyak orang yang jatuh, bahkan mereka tidak
segan menjual kenyakinannya demi materi, atau kedudukan. Banyak kasus ditemui,
sebuah kampung yang dulunya mayoritas adalah berpenduduk muslim, namun dengan
adanya gerakan kristenisasi, banyak orang yang pindah agama, karena diiming-imingi
sarimi atau kebutuhan sembakau. Ada kasus, seorang wanita yang menjual agamanya
karena tertarik dengan lelaki yang beragama kristen. Ketertarikannya bermula
ketika sama-sama bekerja di Batam. Wanita ini sebernarnya hidup ditengah-tengah
keluarga muslim. Kedua orang tunya dan semua saudaranya yang empat orang adalah
muslim. Namun karena tertipu dengan rayuan dunia dan materi, ia akhirnya tega keluar
dari kenyakinannya selama ini yaitu Islam. Nau`dzubillah min dzalik.
Sikap orang yang
demikian itu tidaklah memiliki keimanan kecuali seperti orang yang berdiri
diatas ujung tebing yang curam. Dan mereka kelak diakhirat menjadi orang yang
merugi. Sebagaimana Allah SWT firmankan, " Dan di antara manusia ada
orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi[tidak dengan penuh
keyakinan.]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan
itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang[kembali
kafir lagi]. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah
kerugian yang nyata ". (QS. 22:11)
Adapula cobaan itu berupa sesuatu hal menyenangkan
jiwa (kenikmatan). Seperti tercukupinya segala kebutuhan, kedudukan, kekayaan dan
istri yang cantik. Tidak jarang orang ketika dicoba dengan berbagai kenikamtan
ia tidak mampu bersyukur. Yang ada malahan ia tambah jauh dari Allah. Sifat
kesombongan, keangkuhan dan kehidonisan serta tidak mau menerima sebuah nasehat
kebenaran, adalah menjadi karakter keseharian. Orang semcam ini tentu termasuk
yang tidak lolos dalam menghadapi ujian didunia ini.
Pada hakekatnya dunia ini dengan segala kenikmatan
dan kepiluannya, adalah merupakan penjara bagi orang mukmin. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, " Dunia itu adalah tempat penjara bagi seorang mukmin
dan surga bagi orang kafir "( HR. Muslim).
Artinya kehidupan seorang mukmin didunia ini bagaikan
dalam sebuah penjara. Ia harus mengikuti segala aturan yang ada dalam penjara
tersebut. Dan ia harus menyiapkan bekal yang cukup sebelum keluar dari penjara
tersebut agar mendpatkan kebebasan. Dan tidak ada kebebasan dan kesenangan yang
mutlaq, kecuali setelah seseorang masuk ke surga. Seorang mukmin didunia ini
dibebani berbagai kewajiban syariat dan dikekang dari berbagai keinginan
syahwatnya. Ketika ia meninggal ia akan terbebas dari segala beban yang ada
didunia ini menuju janji balasan Allah SWT (Syarah Nawawi, 18/93). Ia akan merasakan ketenangan dan kebebasan
dari berbagai hiruk pikuk dunia, yang tidak jarang bisa menggelincirkannya dari
jalan yang benar. Sebagimana Rasulullah SAW sabdakan kepada Sayyidah Fathimah
ketika mau meninggal, " Tidak
ada lagi beban kesusahan, setelah hari ini (meninggal).
Sedangkan bagi orang kafir, dunia ini adalah surga
bagi mereka. Apapun yang mereka inginkan tidak ada yang mengekang atau
mengaturnya. Mereka benar-benar bebas dalam mengakses kehidupan dunia ini. Namun
berbagai kenikmatan dan kebebasan yang mereka rasakan di dunia ini, tidak ada
artinya dengan siksaan Allah yang amat sangat pedih di akhirat nanti.
Al-kisah menceritakan, ada seorang yahudi miskin
hidup di kota Baghdad. Penghasilannya hanya ia peroleh dari berjual minyak
tanah berkeliling. Suatu ketiak ia bertemu dengan seorang Qodhi (hakim) yang
sedang menaiki kereka kuda mewah. Orang yahudi tersebut mengentikannya dan
bertanya, " Wahai Qodhi, bukankah Rasul anda mengatakan bahwa " Dunia
itu adalah tempat penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi orang kafir ".
Namun kondisi anda dengan saya sangat beda sekali. Anda seorang muslim, tapi
kaya, semua kebutuhan anda tercukui. Dan aku, orang kafir. Tapi hidupku serba
susah dan kekurangan. Wahai Qhodi, apa jawaban anda?
Mendengar
pertanyaan dan keluh kesah orang yahudi tersebut, Qodhi menjawab, " Benar
apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW. kalaupun kondisi saya lebih bagus
dibandingkan kamu didunia ini, maka ketahuilah sesungguhnya kenikmatan dan
kelapangan hidup yang dimiliki seorang mukmin di dunia ini, sungguh tidak
sebanding dengan kenikmatan yang akan mereka rasakan nantinya di surga. Dan
begitupula kesusahan dan kesempitan kehidupan yang dialami orang kafir didunia
ini, sungguh tidak sebanding jika dibandingkan dengan kesusahnya dan kepayahan
nanti kelak di neraka.
syukron, terimakasih atas ilmunya..
BalasHapus