Dunia Tempat Ujian Orang Mukmin

Dr. KH. Moh. Abdul Kholiq Hasan Lc.MA.M.Ed


    Kehidupan dunia ini tidak lain bagi seorang mukmin adalah sebagai tempat percobaan dan persiapan menuju alam akherat. Allah SWT telah menciptakan seluruh alam semesta ini untuk manusia, ia ciptakan kematian dan kehidupan bagi manusia. Berbagai kenikmatan dan cobaan ia timpakan kepada manusia. Semuanya bertujuan satu yaitu sebagaimana Allah firmankan dalam al-Qur`an, "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” ( Q.S 76:2).

 

    Para ahli tafsir menerangkan tentang ayat ini, bahwa tujuan Allah mencipatakan kehidupan dan kematian adalah untuk memberikan penilaian dan balasan atas amal perbuatan seseorang. Balasan itu sesuai dengan standar keihlasan dan ketepatan amal tersebut dengan syariah ajaran Islam. Oleh karena itu, pada ayat tersebut disebut dengan ” yang lebih baik amalnya ", bukan dikatakan "yang lebih banyak amalnya”. Karena yang menjadi standar diterimanya suatau amalan ibadah adalah bukan banyak sedikitnya, tetapi kihlasan dan kesesuaian dengan tuntunan syariat (Ibnu Katsir, 4/937, al-Alusi, 29/5). Adapun menurut asy-Syaukani, bahwa lafadh yang berbentuk tafdhil (komparatif superlatif) adalah untuk menjelaskan bahwa yang dimaksud disini adalah perbuatannya sendiri. Dan tujuan utama dari suatu cobaan adalah untuk menampakakan kesempurnaan kebaikan orang-orang yang berbuat baik (asy-Syaukani,5/259)   

 

    Dengan menyadari tujuan kehidupan ini, seorang mukmin harus memahami bahwa, kehidupan di dunia ini tidak ubahnya seorang perantau yang akan kembali ke kampung halamannya. Seorang perantau yang baik, tentu tahu bahwa ia harus menyiapkan bekal yang cukup agar perjalanan pulangnya nanti menyenangkan dan dikampung halaman kembali dengan gembira. Apalagi yang jelas, perjalanan pulang menuju kampung ini sangat jauh, melewati samudera yang dalam dan gelombang yang penuh marabahaya. Sebaimana Imam Ali katakan ketika mendefinisikan taqwa "Takut kepada dzat yang agung, mengamalkan al-Qur`an, menerima yang sedikit dan menyiapkan untuk hari bepergian (kematian) (Khutob Muhktaroh, 402).

 

    Bekal yang perlu dipersiapkan dan diperbanyak terus, tidak lain kecuali amal ibadah kepada Allah. Langkah tepat untuk mencapai itu semua adalah dengan tidak tertipu gemerlapan dunia. Sebagaimana Rasulullah SAW senantiasa mengingatkan para sahabatnya tentang hakikat dunia agar mereka tidak terperosok ke dalam tipuannya. Rasulullah SAW bersabda : "Dunia ini cantik dan hijau. Sesungguhnya Allah menjadikan kamu Khalifah dan Allah mengamati apa yang kamu lakukan, karena itu jauhilah godaan wanita dan dunia. Sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa bani Israil adalah godaan kaum wanita" (H.R. Ahmad).

 

    Namun kenyataannya tetap banyak orang yang tertipu oleh kehidupan dunia sehingga mereka melupakan kehidupan akhirat yang kekal di sisi Allah. Orang seperti ini akan mendapat siksa dari Allah. Allah berfirman, ''Dan dikatakan (kepada mereka), 'Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong. Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat'.'' (QS 45: 34-35).

 

    Seorang mukmin harus sabar ketika menghadapi berbagai cobaan. Kadang cobaan itu berupa sesuatu yang tidak menyenangkan. Seperti musibah, kemiskinan, penganguran atau tidak tercukupinya kebutuhan hidup. Nah, ketika menghadapi cobaan semacam itu, lebih-lebih zaman sekarang yang semua diukur dengan materi. Banyak orang yang jatuh, bahkan mereka tidak segan menjual kenyakinannya demi materi, atau kedudukan. Banyak kasus ditemui, sebuah kampung yang dulunya mayoritas adalah berpenduduk muslim, namun dengan adanya gerakan kristenisasi, banyak orang yang pindah agama, karena diiming-imingi sarimi atau kebutuhan sembakau. Ada kasus, seorang wanita yang menjual agamanya karena tertarik dengan lelaki yang beragama kristen. Ketertarikannya bermula ketika sama-sama bekerja di Batam. Wanita ini sebernarnya hidup ditengah-tengah keluarga muslim. Kedua orang tunya dan semua saudaranya yang empat orang adalah muslim. Namun karena tertipu dengan rayuan dunia dan materi, ia akhirnya tega keluar dari kenyakinannya selama ini yaitu Islam. Nau`dzubillah min dzalik.

 

    Sikap orang yang demikian itu tidaklah memiliki keimanan kecuali seperti orang yang berdiri diatas ujung tebing yang curam. Dan mereka kelak diakhirat menjadi orang yang merugi. Sebagaimana Allah SWT firmankan, " Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi[tidak dengan penuh keyakinan.]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang[kembali kafir lagi]. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata ". (QS. 22:11)

 

    Adapula cobaan itu berupa sesuatu hal menyenangkan jiwa (kenikmatan). Seperti tercukupinya segala kebutuhan, kedudukan, kekayaan dan istri yang cantik. Tidak jarang orang ketika dicoba dengan berbagai kenikamtan ia tidak mampu bersyukur. Yang ada malahan ia tambah jauh dari Allah. Sifat kesombongan, keangkuhan dan kehidonisan serta tidak mau menerima sebuah nasehat kebenaran, adalah menjadi karakter keseharian. Orang semcam ini tentu termasuk yang tidak lolos dalam menghadapi ujian didunia ini.

 

    Pada hakekatnya dunia ini dengan segala kenikmatan dan kepiluannya, adalah merupakan penjara bagi orang mukmin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, " Dunia itu adalah tempat penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi orang kafir "( HR. Muslim).

 

    Artinya kehidupan seorang mukmin didunia ini bagaikan dalam sebuah penjara. Ia harus mengikuti segala aturan yang ada dalam penjara tersebut. Dan ia harus menyiapkan bekal yang cukup sebelum keluar dari penjara tersebut agar mendpatkan kebebasan. Dan tidak ada kebebasan dan kesenangan yang mutlaq, kecuali setelah seseorang masuk ke surga. Seorang mukmin didunia ini dibebani berbagai kewajiban syariat dan dikekang dari berbagai keinginan syahwatnya. Ketika ia meninggal ia akan terbebas dari segala beban yang ada didunia ini menuju janji balasan Allah SWT (Syarah Nawawi, 18/93).  Ia akan merasakan ketenangan dan kebebasan dari berbagai hiruk pikuk dunia, yang tidak jarang bisa menggelincirkannya dari jalan yang benar. Sebagimana Rasulullah SAW sabdakan kepada Sayyidah Fathimah ketika mau meninggal, "  Tidak ada lagi beban kesusahan, setelah hari ini (meninggal).  

 

    Sedangkan bagi orang kafir, dunia ini adalah surga bagi mereka. Apapun yang mereka inginkan tidak ada yang mengekang atau mengaturnya. Mereka benar-benar bebas dalam mengakses kehidupan dunia ini. Namun berbagai kenikmatan dan kebebasan yang mereka rasakan di dunia ini, tidak ada artinya dengan siksaan Allah yang amat sangat pedih di akhirat nanti.

 

    Al-kisah menceritakan, ada seorang yahudi miskin hidup di kota Baghdad. Penghasilannya hanya ia peroleh dari berjual minyak tanah berkeliling. Suatu ketiak ia bertemu dengan seorang Qodhi (hakim) yang sedang menaiki kereka kuda mewah. Orang yahudi tersebut mengentikannya dan bertanya, " Wahai Qodhi, bukankah Rasul anda mengatakan bahwa " Dunia itu adalah tempat penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi orang kafir ". Namun kondisi anda dengan saya sangat beda sekali. Anda seorang muslim, tapi kaya, semua kebutuhan anda tercukui. Dan aku, orang kafir. Tapi hidupku serba susah dan kekurangan. Wahai Qhodi, apa jawaban anda?

 

Text Box: Semua ayat atau hadits yang menjelaskan tentang kehinaan dunia, tujuannya adalah agar manusia tidak terlena dengannya sehingga lupa terhadap kehidupan akhirat. Pada hakekatnya dunia ini baik, apabila dipegang oleh tangan-tangan orang baik. Maka tidak benar islam mengajarkan kemiskinan, kefakiran atau keterbelakangan. Buktinya tidak ada satupun ayat dalam al-Quran yang menyuruh orang untuk menjadi pemint-minta. Yang ada adalah sebalikya, bagaimana umat mampu menjadi tangan yang diatas. Oleh karena itu ada dua syarat untuk memperoleh dunia: 
•	Mendapatkannya dengan cara yang diperbolehkan oleh syariat.
•	Tidak menjadikan dunia dalam hatinya, tetapi hanya pada genggaman tanganya. Sehingga ketika diperlukan untuk dijalan Allah, ia memberikannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Abdurrohman bin Auf. (Muhammad Nuh, 1995)

Doa yang diajarkan oleh Allah adalah, "  Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"[QS. 2:201].









    Mendengar pertanyaan dan keluh kesah orang yahudi tersebut, Qodhi menjawab, " Benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW. kalaupun kondisi saya lebih bagus dibandingkan kamu didunia ini, maka ketahuilah sesungguhnya kenikmatan dan kelapangan hidup yang dimiliki seorang mukmin di dunia ini, sungguh tidak sebanding dengan kenikmatan yang akan mereka rasakan nantinya di surga. Dan begitupula kesusahan dan kesempitan kehidupan yang dialami orang kafir didunia ini, sungguh tidak sebanding jika dibandingkan dengan kesusahnya dan kepayahan nanti kelak di neraka.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194