Tentang Surat Al-Falaq

Dr. KH. Moh. Abdul Kholiq Hasan Lc.MA.M.Ed



Surah al-Falaq

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)

 

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

1-      Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan segala yang terbelah.

2-      dari kejahatan makhluk-Nya,

3-      dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,

4-      dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.

5-      dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.

 

A.    Profil Surah al-Falaq

            1.      Surah ini dikenal dengan nama al-Falaq. Namun karena surah ini dan sesudahnya yaitu surah al-Nas diturunkan bersamaan, maka keduanya disatukan dalam penamaan sebagai Mu`awidzatain (dua surah perlindungan). Ada juga yang menyebut dengan sebutan al-Muqosyqisyatan (المقشقشتان) yang menurut al-Qurtuby diartikan dua surah yang membebaskan manusia dari kemunafiakan.[1]

            2.      Mayoritas ulama berpendapat surah al-Falaq tergolong Makiyyah. Artinya diturunkan sebelum Rasulullah saw hijrah ke Madinah. Berdasarkan sabab nuzul yang menyatakan bahwa kaum Musyrikin Makkah berusaha menyakiti Rasulullah saw. dengan apa yang dikenal dengan istilah `Ain (pandangan mata yang menyakitkan). Ada kepercayaan sebagian masyarakat bahwa dengan melalui pandangan mata dapat menyakiti, dan ada orang-orang tertentu yang matanya demikian. Tentu semua itu atas izin Allah. Sebagian mangatakan bahwa ayat ini turun di Madinah berdasar sebuah riwayat yang terdapat pada shohih Bukhari Muslim dan lainya, dimana dikatakan bahwa Rasulullah saw disihir seorang yahudi yang bernama Labid Ibnu al-A`Sham. Sebenarnya riwayat tersebut walaupun benar adanya di shohih Bukhari Muslim, namun tidak sama sekali menunjukkan sebab turunnya surat Mu`awidzatain, walaupun bisa jadi terdapat kaitannya tentang hikmah atau keutamaan kedua surah tersebut.[2]   

            3.      Terdiri dari 5 ayat, diturunkan sesudah surah al-Fiil

            4.      Urutannya di dalam mushaf (adalah) ke-113

            5.      Juz ke-30, Hizb (golongan surah) ke-60, Seperempat ke-8.

 

B.     Keutamaan Surah al-Falaq

 

            1.      Dari `Aisyah radiyallahu `anha berkata, “Rasulullah meniupkan untuk dirinya al-Mu`awwidzatain saat menderita sakit menjelang wafatnya, dan ketika keadaan belaiau sudah amat parah, akau membaca untuknya dan mengusapkan dengan tangan beliau kiranya memperoleh keberkahan surah ini” (HR. Bukari Muslim).

            2.      Dari Uqbah ibn Amir berkata : Berkata Rasulullah SAW : Tidakkah kamu tahu ayat-ayat al-Qur`an diturunkan malam ini yang tidak ada bandingannya, yaitu, surat al-Falaq dan al-Naas (HR. Muslim, Turmudzy dan Nasa-i).

            3.      Dari Jabir r.a, berkata: Rasulullah saw besabda kepadaku, “Bacalah wahai Jabir” Saya bertanya, “Demi Ayah dan Ibuku, apa yang harus saya baca? Belaiau bersabda, Bacalah (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) dan (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ), lalu aku membacanya. Kemudian beliau bersabda, “Bacalah, karena engkau tidak akan membaca surah yang setara dengannya”. (HR. an-Nasai`).

            4.      Dari Abu Said al Khudri, “Rasulullah saw. sering mengucapkan kalimat-kalimat perlindungan dari gangguan Jin dan Manusia. Maka ketika turun surat al-Mu`aiwidzataian, Rasulullah menjadikan sebagai perlindungan diri dan meninggalkan selain kedua surat ini. (HR. al-Baihaqi).

            5.      Dari Ibnu Masud r.a. Rasulullah saw bersabda, “Sungguh telah diturunkan padaku ayat-ayat yang tidak turun kepadaku sepertinya, yaitu al-Mu`aiwidzataian”. (HR. Ath-Thabrani).[3]



[1] - Lih: Al-Jami` Li Ahkamil Qur`an, al-Qurtuby, Tahqiq: Hisyam Samir al-Bukhari, h. 20/251.

[2] - Lih:, Al-Jami` Li Ahkamil Qur`an, al-Qurtuby, 20/254, At- Tafsir al-Munir, h. 15/872 . Selanjutnya bandingkan: Tafsir al-Mishbah, Qurasy Shihab, h. 15/619.

[3] - Lih: al-Ahadits wal Atsaar fii Fadhoil Suaril Qur`an, Ibrahim Ali as-Saiyyid, h. 427-432.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194