Tafsir Al-Ikhlas (ayat 3) - TERLENGKAP
3- لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia
tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
Didalam kedua ayat
sebelumnya adalah redaksi itsbat atau penetapan apa yang menjadi hak
Allah sebagai Tuhan sesembahan untuk di Esakan dan dijadikan sebagai tempat tumpuan
seluruh harapan. Sedang dalam ayat ini dan berikutnya adalah nafyun atau
meniadakan sesutu yang tidak pantas bagi Tuhan yang Maha Esa dan Maha Shomadiyyah
(tumpuan harapan) yang sepurna. Maka dalam ayat ini, Allah tegaskan bahwa Dia
Tuhan tidak beranak apapun bentuknya dan jenisnya dan tidak pula dilahirkan
dari apapun bentuknya dan jenisnya. Maka hakekat Allah itu tetap, abadi dan azali,
Dia tidak berubah-rubah dengan perubahan kondisi, sifat-Nya adalah sempurna dan
mutklaq dalam kondisi apapun.[1]
Karena Dia adalah Maha Awwal tanpa
permulaan dan Maha Akhir tanpa ujung. Allah berkalam: هُوَ
الْأَوَّلُ وَالْآَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dialah
Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu” (QS. Al-Hadid:3).
Penggunaan
(لَمْ) berfungsi
untuk menafikan sesuatu yang telah lalu. Hal ini memberikan isyarat bahwa
selama ini telah beredar sebuah kepercayaan Tuhan itu beranak dan diperanakkan.
Maka untuk meluruskan kekeliruan semacam itu yang paling tepat adalah
menggunakan redaksi yang menafikan sesuatu yang telah lalu. Seakan ayat ini
menyatakan bahwa, “Kepercayaan kalian keliru, Allah tidak pernah beranak atau
diperanakan.[2]
Oleh kerena itu ayat ini
secara tegas menafikan dan menolak kepercayaan yang menyatakan bahwa Allah itu
memiliki anak atau ayah. Apapun itu bentuknya dan macam nya. Seperti kepercayaan
batil orang Yahudi yang menjadikan Uzair anak Tuhan (Qs.at-Taubah:30) atau
orang Nasrani (Kristen) yang menjadikan Isa anak Tuhan (Qs. Al-Maidah: 73,
At-Taubah: 30) dan orang Musyrik yang
menjadikan Malaikat sebagai anak perempuan Tuhan (Qs. Az-Zukhruf:16). Semua
kenyakinan itu dan yang serupa dengannya, secara tegas ditolak oleh Islam dan
dinyatakan sebagai sebuah golongan yang sesat dan murkai Allah. Sebagaimana
Allah terangkan mereka di akhir surah al-Fatihah yang telah kita bahas
sebelumnya. wal-iyadzu billah.
[1] - Fii Dhilalil Qur`an,
Sayyid Qutub, Maktabah Syamilah, h. 8/129.
[2] - Tafsir al-Mishbah, Qurasy
Shihab, h. 15/615.
Komentar
Posting Komentar