Tafsir Al-Falaq (ayat 4) - Kejahatan Orang Hasud atau Pendengki Baik
1. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
dan
dari kejahatan pendengki bila ia dengki
Adapun
kejahatan ketiga yang secara khusus dalam surat ini kita diperintahkan untuk
memohon perlinduangan adalah kejahatan orang hasud atau pendengki baik secara
ucapan maupun tindakan. Karena pendengki pasif yang tidak melakukan tindakan
apapun terhadap obyek yang ia dengki, tentu madharatnya hanya kembali
kepada dirinya.
Apa
itu hasud? Hasud atau dengki adalah
penyakit yang mungkin pertama kali muncul dialam semesta ini. Muncul sejak
diciptakannya adam. Adalah iblis makhluq pertama kali yang terkena dan
memperkenalkan penyakit hasud. Ia tidak rela dan tidak bisa menerima kalau ada
makhluq lain mendapatkan kenikmatan lebih darinya. Dengan penyakit hasud inilah
Iblis membangun kerajaan kejahatannya untuk memusihi Adam dan keturunannya. Karena
itu Rasulullah saw memperingatkan kepada umatnya untuk menghindari tiga hal
yang menjadi sumber dari segala doa, yaitu keangkuhan, karena dengan
keangkuahan iblis enggan sujud kepada adam, tamak, karena tamak menjadikan Adam
memakan buah terlarang, kemudian iri hati yang menjadikan kedua anak Adam salah
satu diantaranya membunuh saudaranya karena hasud (iri hati). (HR. Ibnu Asakir-
Tafsir al-Mishbah).
Menurut Syaikh Ibnu Taimiyyah “Hasad adalah sekedar benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada
pada orang lain yang ia lihat.[1] Penyebabnya adalah lemahnya iman atas keputusan
Allah, kecintaan yang berlebihan kepada dunia dan tidak pandai bersyukur atas
nikmat yang telah dimiliki. Juga karena keangkuhan yang merasa bahwa apa yang
dimiliki seseorang tidak wajar untuk yang bersangkutan tetapi itu hanya wajar
untuk dirinya. Disamping perasaan rendah diri yang tersembunyi didalam jiwa
seseorang. Rasa tersebut lahir karena tidak memiliki percaya diri, akibat
kurangnya iman. Orang yang beriman akan merasa optimis dan memiliki sikap penuh
harap kepada Allah.[2] Penyakit
hasad ini muncul dari watak yang buruk, rusaknya bangunan jiwa dan lemahnya
akal. Karena itu orang yang hasud akan selalu meradang dan tidak tenang dalam
hidupanya.[3]
Penyakit
ini biasanya muncul diantara orang yang sama dalam satu profesi, seperjuangan atau pekerjaan. Maka tidak
jarang atar pegawai dikantor, antar pejabat, antar guru, antar pedangang, antar
petani, antar soper bahkan antar ustad dan ulama sering diantara mereka muncul
penyakit hasud. Penyakit hasud ini merasuknya ke hati sangat halus dan
bertahap, dimulai dari respon yang tidak senang terhadap nikmat saudaranya,
merasa tersaingi, kemudian benci dan punjaknya adalah permusuhan. Apabila
penyakit ini tidak segera di potong, maka berbagai kerusakan apapun bisa
terjadi.
Dalam ayat ini kata (حَاسِدٍ) bentuk
nakirah yang sifat masih umum.
Hal itu karena tidak semua hasud itu diharamkan. Ada dua hal yang diperbolehkan
atau bahkan dianjurkan untuk berhasud, kedua hal tersebut adalah Pertama;
kepada seseorang yang telah diberi harta kekayaan oleh Allah dan ia habiskan
dijalan yang benar, yang kedua; kepada
seseorang yang telah diberi hikmah (ilmu) oleh Allah dan ia memutuskan perkara
dengannya serta mengajarkannya (HR.Bukari Muslim). Hasad dalam kondisi semacam
itu para ulama menyebut dengan istilah ghibtâh. Yaitu ingin mendapat kenikmatan
seperti yang diperoleh oleh orang lain dengan tanpa mengharapkan nikmat
tersebut hilang darinya. Jika ghibtâh tersebut adalah perkara dunia, maka
hukumnya adalah mubâh (boleh). Jika perkara tersebut termasuk perkara ketaatan,
maka hukumnya adalah mustahab (sunnat).[4]
Selaian dalam dua hal diatas dan yang menyerupainya, hasad dimurkai Allah.
Karena itu Islam menginginkan adanya hubungan harmonis antar anggota
masyarakat, jauh dari penyakit hasud. Rasulullah saw bersabda,“Janganlah
kalian saling mendengki, janganlah kalian saling memutuskan hubungan, janganlah
kalian saling membenci, janganlah kalian saling memperdaya, dan jadilah kalian
hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari). Dan beliau
memperingatakan bahaya hasud dalam sabdanya “Dengki itu memakan kebaikan
sebagaimana api memakan kayu bakar” (HR. Abu Daud). Kenapa demikian? Karena
orang yang hasud itu sama dengan orang yang berbuat ghibah (menggunjing).
Sama-sama berbuat dhalim kepada saudaranya. Apabila ia tidak bertaubat, maka
kelak diakherat kebaikan orang yang berbuat hasud akan diberikan kepada orang
yang dihasudi, sedangkan keburukan orang yang dihasudi akan ditimpakan
kepadanya. Mereka itu adalah termasuk orang-orang al-Muflisun (orang yang
bangkrut) kelak diakherat (HR. Muslim).
Menurut penjelasan Imam Ghazali, penyakit hasad akan melahirkan
delapan keburukan. 1). Mengharapkan hilangkan nikmat yang ada pada orang yang
ia dengki. Ia sedih dengan kenikmatan yang di terima saudaranya dan senang
dengan musibah yang diterima. Dan itu
adalah prilaku orang munafiq. 2). Atau bahkan mengucapkan kata-kata kotor atas
musibah yang menimpanya. 3). Melecehkannya dan menghinakannya. 4). Menceritakan
aibnya dengan berbohong. 5). Menggunjing dan mengumpat 6). Menyebarkan
rahasianya. 7). Menodai kehormatannya atau memukulnya dan menyakiti secara
badan. 8). Berbuat berbagai kedhaliman dan memutuskan silaturrahmi dengannya.[5]
Semua keburukan itu timbul lantaran iri hati dan kebencian yang mendalam dalam
hati. Karena itu, sifat dengki ini sangat berbahaya bagi kesehatan jiwa
seseorang. Ia akan sering depresi, sakit hati, kecewa, kesal, dendam. Hidupnya
tidak akan penah nyaman, hatinya akan selalu dipenuhi dengan berbagi
kegelisahan yang terus menerus. Akibatnya berbagai penyakit akan menemaninya.
Atau terkena 3S (stress, setrok dan sedo/mati).\
Solusi untuk membebaskan dari hasud adalah membasmi
penyakit hasad dari diri kita dengan: 1-
Memperkuat keimanan kepada Allah, bahwa semua yang terjadi sudah ditentukan
oleh Allah. 2- Selalu pandai bersyukur atas nikmat Allah 3- Selalu melihat
orang yang di bawahnya dalam masalah dunia. 4- Memperbanyak doa kepada orang
yang memiliki kenikmatan. Karena dengan mendoakannya, kita akan memperoleh
kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. 5- Selalu berdoa memohon perlindungan
kepada Allah dari bahaya penyakit hasad sebagaimana diperintahkan dalam ayat
ini. Semoga kita dan seluruh keturunan kita dijaga oleh Allah dari penyakit
hasad. Amin yaa Rabbal `Aalamin.
[1] - Majmu` al-Fatawa, Ibnu Taimiyyah, h. 10/111
[2] - Tafsir al-Misbah, h.
15/631.
[3] - Tafsir Imam Syafii,
Tahqiq; Ahamad bin Mustafa al-Farran, h. 3/1470
[4] - Syarh
an-Nawawi `ala Shahih Muslim,
An-Nawawi, h. 6/97.
[5]-
Ihya` Ulumuddin, Abu Hamid al-Ghazali, h. 3/181
Komentar
Posting Komentar