Tafsir Al-Falaq (ayat 2) - TERLENGKAP
2. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
dari kejahatan makhluk-Nya,
Kita
memohon perlindungan kepada Allah dari seluruh kejahatan makhluq yang ada. Baik
jahatan itu muncul dari diri kita, atau dari manusia lain, dari Jin, Setan,
hewan, mara bahaya alam semesta dan apapun yang memiliki kejahatan atau berpotensi
kejahatan dari seluruh
makhlauq ciptaan Allah. Makhluk-makhluk itu memiliki kejelekan-kejelekan dalam
bermacam-macam keadaan yang saling berhubungan satu dengan lain, sebagaimana
juga mereka memiliki kebaika-kebaikan pada keadaan yang lain. Sedang permohonan
perlindungan-Nya disini dari kejelekan atau keburukan agar kebaikan itu tetap
eksis.[1]
Permohononan
untuk keselematan dari kejahatan ini sifatnya umum. Apapun bentuknya dan
dimanapun kejahatan itu berada. Hal ini karena kita tidak mungkin dapat memperoleh
perlindungan secara sempurna dan pasti dari berbagaia kejahatan yang ada kecuali dari yang
menciptakan dan menguasi makhluq-makhluk tersebut. Allah yang menciptakan,
menguasai dan mengendalikan mereka serta yang mampu merubah segala keburukan mereka dengan kebaikan atau
menghindarkan keburukan mereka dari kita.
Sebagai contoh dalam kisah nabi Ibrahim, keburukan api
yang membakar, Allah rubah menjadi sesuatu yang mendinginkan
(Qs. An-Anbiya`: 69). Begitu pula sebuah
kisah yang diriwayatakan oleh Syeikh Al Ashma’i radhiallahu anhu`, beliau
menceritakan bahwa, Satu masa ketika ia mengikuti perjalanan rombongan haji ke
Mekah dengan mengendarai unta ditengah padang pasir, tiba tiba muncul seekor
singga yang menghalangi perjalanan rombongan haji itu. Rombongan haji itu
terpaksa berhenti, tidak berani meneruskan perjalanan. Orang dalam rombongan
itu semuanya panik dan kalang kabut, mereka takut melihat singa yang duduk
menghadang jalan mereka. Al Ashma’i berinisiatif memanggil seorang pengawal untuk
menghalau singa itu, namun pengawal itu juga takut menghadapi singa itu. Ia
berseru pada semua anggota rombongan, adakah diantara mereka yang berani dan
mampu mengusir singa itu?.
Tidak ada satu orangpun yang berani maju, semua diam
ketakutan. Tiba tiba ada satu suara yang menjawab :” Jika yang kau maksud seorang laki
laki memang diantara kami tidak ada satupun yang berani menghadapi singa itu,
namun aku kenal diantara kami ada seorang wanita yang mungkin dapat menghalau
singa itu, tanpa pedang atau senjata apapun. Wanita itu ada bersama kita dalam
rombongan ini”
kata orang itu. ”Dimana orang itu?” kata Al-Ashma’i bingung ” Ia ada dalam tandunya ” kata orang itu.
Al-Ashma’i pun pergi mendapati wanita itu dalam tandunya,
dan berkata:” Ummi , jika tidak keberatan turunlah dari tandumu, tolonglah
rombongan ini, ada seekor singa yang menghalangi perjalanan rombongan kita”.
Wanita itu menjawab: ”Takutkah kalian pada singa itu?
Sedang kalian semua orang laki –laki dan sekarang kalian minta tolong pada
seorang wanita ” sindir wanita itu.
Semua orang terkesima mendengar jawaban wanita itu,
mereka mengakui kebenaran kata wanita itu. Karena
rombongan tersebut terus menerus meminta tolong kepadanya, maka wanita itupun
berkata,”Baiklah” jawab
wanita itu :”Tapi aku ini seorang wanita. Apakah kalian suka jika aku dilihat
oleh singa itu, padahal singa itu singa jantan sedang aku seorang wanita ?
”Wanita itu melanjutkan: ”Katakan pada singa itu bahwa Ummu Fatimah
menyampaikan salam padanya, dan dia bersumpah demi Zat yang tidak pernah
mengantuk dan tidur, menyingkirlah dari jalan rombongan ini”. Al Ashma’i
berkata : ”Demi Allah, belum selesai ucapan wanita itu, singa tersebut telah
berdiri dan langsung lari menghilang dari pandangan mata”.(dinukil dari:
http://www.fadhilza.com/2009/02/).
Begitulah
Allah subhanahu wata`ala ketika berkehendak kepada sesuatu. Tidak ada
yang mustahil bagi-Nya. Karena Dia adalah yang menciptakan dan mengusai seluruh
makhluk-NYa. Dia mampu merubah sesuatu yang berbahaya menjadi keselamatan
Diantara doa-doa Rasulullah saw yang berkaitan dengan pemahaman kita terhadap ayat ini adalah:[2]
أَعُوْذُ بِكَلِمَـاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ
وشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ
Aku
berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemurkaan-Nya,
siksa-Nya, kejahatan para hamba-Nya, dan dari godaan setan, serta jangan sampai
setan mendatangiku (HR. Abu Daud
dan Turmudzi).
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ،
الَّتِي لاَ يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلاَ فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ، وَبَرَأَ
وذَرَأَ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ
فِيْهَا، وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي اْلأَرْضِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ
مِنْهَا، وَمِنْ شَرِّ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ طَارِقٍ
إلاَّ طَارِقاً يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَارَحْمَنُ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat
Allah yang sempurna, yang tidak dapat ditembus oleh orang baik dan orang
durhaka, dari kejahatan apa yang diciptakan dan dijadikan-Nya, dari kejahatan
apa yang turun dari langit dan yang naik ke dalamnya, dari kejahatan yang
tumbuh di bumi dan yang keluar daripadanya, dari kejahatan fitnah-fitnah malam
dan siang, serta dari kejahatan-kejahatan yang datang (di waktu malam) kecuali
dengan tujuan baik, wahai Dzat Yang Maha Pengasih.” (HR. Amad).
أَعُوْذُ
بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Aku berlindung dengan
kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk ciptaan-Nya.” [3]
[1] - Tafsir Fii Dhilalil Qur`an, Sayyid Qutub, Terjemah: As`ad
yasin dan Abdul Aziz Salim, h. 12/380.
[2] - Lih: Hisnul
Muslim (Doa dan Wirid Harian Rasulullah), Said bi Ali Al-Qohthani,
Terjamah: Ashfa Muttaqina, Editor: Hasan elQudsy, Ad-Da`wah, Solo, 2006.
[3]- Barangsiapa membacanya tiga kali
di waktu sore, tidak akan membahayakan baginya sengatan (binatang berbisa)
malam itu. Dikeluarkan oleh Ahmad 2/290, Nasai di dalam ‘Amalul Yaum wal
Lailatuhu No. 590, Ibnu Sunni No. 68. Lihat Shahih At-Tirmidzi 3/187.
Komentar
Posting Komentar