Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 195-197


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

MAJLIS KAJIAN INTERAKTIF TAFSIR AL-QUR`AN
(M-KITA) SURAKARTA

Allah berkalam:

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ (195) لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ (196) مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ (197)
Artinya:
195 – Maka Rabb mereka mengabulkan (doa-doa mereka) bahwasanya Aku tidak menyia-nyiakan amalan seseorang dari kalangan kalian, baik itu lelaki maupun perempuan. Sebagian kalian dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, dikeluarkan dari kampung-kampung mereka dan diganggu dalam jalan-Ku, dan mereka berperang dan terbunuh, sungguh akan Aku hapus kejelekan-kejelekan mereka dan akan Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. (Hal itu adalah) sebagai ganjaran dari Allah. Dan hanya ada pada Allah-lah baiknya ganjaran.

196 – Sungguh janganlah menipumu bolak-baliknya orang-orang kafir di negeri-negeri itu.

197 – (Hal tersebut hanyalah) bekal yang sedikit kemudian tempat kembali mereka adalah neraka jahannam. Dan (neraka jahannam itu adalah) seburuk-buruk tem[at kembali.

Makna Umum Ayat 195-197:
195:
Ayat ini merupakan jawaban Allah atas doa ulul albab yang disebutkan di ayat-ayat sebelumnya. Doa-doa yang mereka panjatkan kepada Allah tidaklah sia-sia. Allah mengabulkan apa yang mereka minta.
Di dalam ayat ini, Allah ingin menegaskan kepada kita semuanya bahwa antara lelaki dan perempuan itu sama di hadapan Allah. Barangsiapa berbuat baik, maka Allah akan membalasnya dan tak akan menyia-nyiakan amalannya.
Semau orang yang mau mau berhijrah karena Allah, menderita karena diusir dari kampungnya, berjihad dan meninggal di jalan Allah, maka Allah akan mengampuni semua dosanya dan memasukkannya ke surga sesuai dengan tingkat amalannya ketika di dunia.

Adanya pengampunan Allah atas semua dosa mereka dan memasukkan mereka ke surga adalah sebagai ganjaran yang Allah berikan kepada mereka karena amalan-amalan baik yang telah mereka lakukan. Tak ada yang bisa memberi ganjaran yang sangat besar itu selain Allah.

196:
Ayat ini merupakan peringatan kepada kita bahwa kita tidak boleh merasa tertipu dan  ingin memiliki apa yang dimiliki oleh orang-orang kafir. Mereka bisa keliling dunia dengan uang yang mereka miliki. Itu tidak masalah. Jangan merasa rendah karena tidak bisa keliling dunia atau pergi ke tempat-tempat yang indah seperti yang mereka lakukan. Janganlah kita menganggap mereka selamanya ada dalam kebahagiaan.

Mengapa demikian? Jawabnya ada di ayat selanjutnya:

197:
Kita dilarang tertipu oleh kesenangan dan kebahagiaan yang dimiliki oleh orang-orang kafir dan tidak boleh ingin menjadi seperti mereka karena apa yang mereka dapatkan hanyalah sesuatu yang berumur sementara saja. Hanya sedikit dan akan hilang segera. Dan lebih parahnya lagi, setelah mereka mengecap kenikmatan dan kesenangan yang sementara itu, mereka akan menempati neraka jahannam. Padahal neraka jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat tinggal. Di dalamnya hanya ada siksa. Kekal selamanya di sana. Setelah mengetahui hal ini, apakah kita ingin seperti mereka? Tentu saja tidak. Na’udzubillahi min dzalik.

Penjelasan dan Hikmah dari ayat 195-197:
195:
1.    Dalam riwayat at-Turmudzi, disebutkan bahwa penyebab turunya ayat ini adalah bahwa Ummu Salamah bertanya kepada Rasulullah dengan mengatakan,”mengapa wanita tidak disebut  Allah dalam berhijrah? Maka turunlah ayat ini. Yang intinya Allah tidak membeda-bedakan balasan-Nya berdasarkan gender (jenis kelakian atau perempuan). Tetapi Allah melihat kepada keimanan, ketakwaan dan amalan mereka. Siapapun yang mengerjakan amal kebaikan, dia akan mendapat pahala dari Allah. Tidak peduli perempuan atau lelaki.

2.    Huruf fa dalam فَاسْتَجَابَ merupakan fa` li ta’qib, yaitu fa yang menunjukkan urutan yang dekat. Dari sini dapat dipahami bahwa Allah mengabulkan doa ulul albab dengan sangat cepat. Bahkan bisa saja sebelum mereka selesai berdoa, Allah sudah mengijabahinya. Siapapun yang ingin doanya segera dikabulkan oleh Allah, maka dia harus berusaha untuk menjadi ulul albab. Menjadi orang yang dapat menggunakan akalnya dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah.

3.    Dalam ayat ini, digunakan fi’il istajaba. Padahal, di dalam bahasa Arab, sebuah kata kerja atau fiil apabila ditambah ta` dan sin diantara artinya yang popular adalah meminta. Sehingga kata istajaba seharusnya berarti minta dikabulkan. Mengenai hal ini ada dua pendapat:
-          Sebagian ahli tafsir mengartikan istajaba dengan ajaba yang berarti mengabulkan. Sin dan ta di sini bukan berarti meminta tapi untuk menegaskan (taukid).
-          Pendapat lain mengatakan bahwa istajaba di sini lebih khusus dari ajaba. Sama-sama berarti mengabulkan. Tapi istajaba mengandung respon jawaban terhadap permohonan yang diminta. Sedangkan ajaba menunjukkan adanya sebuah respon tetapi respon itu bisa menunjukkan  terkabulnya atau tertolaknya permohanan.

4.      مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى . min di sini berarti untuk menerangkan (bayaniyyah). Bukan untuk tab’idh atau menunjukkan sebagian. Jadi, dapat dipaham bahwa semua hamba Allah, baik lelaki maupun perempuan, itu sama saja di hadapan Allah. Sebagaimana dalam ayat lain diterangkan, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (an-Nahl:97).  

5.    Berhubungan dengan balasan Allah terhadap amalan laki-laki atau perempuan, ada pertanyaan yang sering dilontarkan oleh sebagaian masyarakat. Kalau laki-laki dapat bidadari, kalau perempuan apa dapat bidadara? Pertanyaan ini muncul karena pikiran kita yang menyamakan antara dunia dan akhirat. Padahal dunia dan akhirat tidaklah sama. Perempuan-perempuan shalihah akan lebih cantik dari bidadari dan mendampingi suami mereka. Tidak ada rasa iri atau tidak enak hati. Baik perempuan maupun lelaki semuanya pasti akan mendapatkan balasan dari Allah sesuai dengan amalan mereka di dunia.

6.    Salah bila orang mengatakan bahwa derajat lelaki lebih tinggi dari derajat perempuan. Bisa saja derajat perempuan lebih tinggi dari lelaki di hadapan Allah dalam kondisi tertentu. Misalnya, seorang suami tak menjalankan kewajibannya dan istrinya sabar menghadapi. Dalam kondisi-kondisi tertentu, perempuan bisa lebih unggul dari lelaki. Allah itu Mahaadil. Semua sudah ada dalam porsi masing-masing. Oleh karena itu, janganlah seorang lelaki semena-mena terhadap perempuan. Karena para lelaki juga tak akan ada tanpa perempuan. Tidak akan tegak tanpa mereka.

7.    Dalam ayat ini Allah menggunakan kata رَبُّهُمْ, hal ini untuk menegaskan bahwa seorang hamba bisa berdoa atau beramal kepada-Nya itu semata-mata karena tarbiyah atau didikan dari-Nya. Rabbun itu artinya pemelihara, pendidik, pembimbing. Jadi kata Rabb digunakan supaya pendoa sadar dan meresapi maknanya, bahwa tanpa bantuan Allah, dia tidak bisa apa-apa. oleh karena itu, kita harus selalu menyandarkan semua amalan kita kepada Allah dan memohon supaya dibimbing sehingga kita bisa beribadah sesuai dengan syariat-Nya.

8.    Salah satu bentuk amalan baik mereka sehingga berhak mendapatkan balasan pahala dari Allah adalah karena mereka mau berhijrah atau diusir dari kampung halaman untuk mempertahankan keimanan, disakiti dalam jalan Allah dan tetap sabar, membunuh atau dibunuh (dalam jihad fisabilillah).

9.     Hijrah sebenarnya memiliki 2 makna, yaitu: hissi (pindah dari satu tempat ke tempat lain) dan maknawi (hijrah kondisi atau berpindah dari kondisi buruk menuju kebaikan). Sebagaimana dalam hadits disebutkan, bahwa orang yang berhijrah adalam mereka yang mau meninggalkan dari apa yang dilarang oleh Allah (HR. Ahmad). Di dalam ayat ini, Allah memaksudkan yang pertama. Dimana Rasulullah dan para sahabat berhijrah meninggalkan kampung halaman yang sangat mereka cintai. Rasulullah dengan berat hati meninggalkan Makkah. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa tidak salah mencintai tempat kelahiran.

10. Kata  مِنْ دِيَارِهِمْ  = dari kampung-kampung mereka, menunjukkan bahwa mereka dalah penduduk asli makkah dan bukan para pendatang. Namun mereka tetap diusir karena mereka beriman kepada Allah.  Dengan demikian berhijrah itu dapat terjadi secara sukarela maupun dipaksa. Namun dua-duanya adalah untuk menyelamatkan keimanan.

11. وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي (diganggu dalam jalan-Ku), hal ini menunjukkan bahwa orang menuju kebaikan dan menyeru orang-orang untuk menjalankan syari’at Allah, tidak akan lepas dari cobaan dan kesulitan. Karenanya, bila kita mendapatkan cobaan dan kesulitan tersebut, hendaknya kita ingat bahwa apa yang didapatkan oleh Rasulullah dan para sahabat saat mempertahankan iman mereka sangat jauh lebih dahsyat daripada apa yang kita hadapi. Mereka adalah suri tauladan dimana mereka selalu bersabar dalam menanti pertolongan Allah. Tetap teguh dan tidak terpengaruh oleh banyaknya kesulitan yang mereka hadapi.

12. Dalam berperang tidak ada kecuali satu dari dua kondisi. Kalau tidak membunuh ya dibunuh. Kalau tidak mendapatkan kemenangan ya mati syahid. Karenanya dalam berjihad di jalan Allah, harus diniatkan untuk meninggikan Al-Islam. Bukan karena organisasi atau kepentingan kelompok dan politik.

13. Orang-orang yang rela berhijrah, berjihad sampai terbunuh, akan diberi oleh Allah ganjaran yang sangat besar. Yaitu diampuni semua dosa-dosanya dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Ini menunjukkan bahwa orang yang beramal dengan sangat baik pun pasti memiliki dosa dan kesalahan. Apabila bertaubat maka dosa tersebut akan diampuni oleh Allah karena Dia adalah Dzat yang maha mengampuni.

14. Disebutkan lafal جَنَّاتٍ  dengan jamak yang berarti surga-surga, menunjukkan bahwa surga itu banyak tingkatannya. Seseorang akan memasuki surga sesuai dengan tingkat amalan, keimanan dan ketakwaannya pada Allah. Semakin berkualitas seorang hamba di hadapan Allah, maka akan semakin tinggi pula surga yang dia dapat.

15. Adanya pengampunan dari Allah dan dengan dimasukkan ke dalam surga, itu adalah balasan dari Allah dan pahala dari Allah. Ayat ini mempertegas bahwa pahala itu hanya datang dari Allah. Maka jangan sampai kita mengaharap balasan dari salian Allah. dan balasan Allah adalah sebaik-baik balasan. Karenanya dalam ayat selanjutnya Allah melarang umat islam tertipu dengan berbagai gemarlapan kehidupan orang kafir didunia ini. “Sungguh janganlah menipumu bolak-baliknya orang-orang kafir di negeri-negeri itu.


196-197:
1.   Mengapa Allah berpesan kepada Rasulullah agar jangan tertipu oleh apa yang dilakukan orang-orang kafir yang bisa pergi kemanapun yang mereka inginkan? Apakah Rasulullah akan tertipu? Ada dua hal yang menjadi jawaban dari pertanyaan ini, yaitu:
a.       Hanya untuk mempertegas dan menyatakan bahwa Rasulullah tak mungkin tertipu.
b.      Rasulullah sebagai pemimpin umat maka beliau yang mendapat pesan dan maksudnya untuk semua umat beliau.

2.   Dunia ini memang merupakan surga bagi orang-orang kafir. Mereka bisa hidup enak dan seperti tak terbelenggu oleh aturan-aturan. Tetapi janganlah kita tertipu! Apa yang mereka nikmati ini hanyalah sementara. Besok di hari kiamat mereka akan mendapatkan siksa dan tempat kembali mereka adalah neraka jahannam. Kenikmatan yang pernah mereka dapat akan sirna dan mereka merasakan bahwa itu hanya seperti sesiang saja.

3.   Dalam bahasa Arab, مَتَاعٌ  adalah kenikmatan yang bisa dirasakan oleh seseorang tapi dalam waktu yang terbatas. Ditambah lagi dengan kata qalil yang berarti sedikit. Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa kejayaan orang-orang kafir didunia itu hanyalah kenikmatan yang sebentar lagi sedikit. Umur dunia saja hanya sebentar. Apalagi bagian kecil dari dunia ini.

4.   Maka dari itu, jangan sampai kita ingin menjadi seperti mereka. kita boleh ingin punya harta. Tetapi gunakan cara yang halal untuk mendapatkannya. Kita boleh pergi kemanapun yang kita suka, asal caranya dibenarkan oleh Allah. Jangan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Kita harus sadar bahwa banyak sekali hal yang menjadi ujian bagi orang mukmin. Kekurangan berbagai macam hal jangan membuat kita tergiur untuk melanggar syari’at Allah. Karena siksaan api jahannam itu sungguh lebih pedih daripada penderitaan yang dirasakan didunia. Karena apa?

5.   Karena Jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali. Dimana salah satu karekternya adalah “Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya “(al-Isra`:97). “Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kalian (penghuni neraka) selain daripada azab (an-Naba`:30). Semoga Allah menjauhkan dan menyelamatkan kita semua dari siksaan api nereka. Amiin .

http://mkitasolo.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194