Muroqobatullah



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


MAJLIS KAJIAN INTERAKTIF TAFSIR AL-QUR`AN
(M-KITA) SURAKARTA


 









Allah berkalam, “ Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sama saja (bagi Allah), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi dimalam hari dan yang berjalan (menampakkan)”
Para pembaca setia di manapun berada,
Ayat yang baru kita baca tadi, terdapat dalam al-Qur`an juz ke 13, tepatnya pada surat ar-Ra`d, ayat ke 9-10. Ayat ini merupakan pondasi utama dalam rangka membentuk karakter kepribadian umat dan bangsa. Pondasi itu berupa kenyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu hadir dan mengawasi seluruh perilaku yang kita lakukan. Dalam istilah ulama dikenal dengan muroqobatullah.

Muroqobatullah akan melahirkan rasa malu. Malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak pernah tidur sekejap pun. Apapun caranya kita menyembunyikan suatu kejahatan atau kemungkaran, pastilah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahuinya dan merekamnya tanpa ada sedikitpun yang tertinggal.

Muroqobatullah diilustrasikan seperti kondisi orang yang sedang memburu suatu buruan. Tentu saja sang pemburu akan mengawasi buruannya dengan penuh konsentrasi tinggi. Begitulah gambarannya ketika kita merasa selalu diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan muroqobatuulah, seseorang akan selalu berkomitmen dengan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun berada. Baik di kala bersama orang lain maupun sendirian.

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda: "Sungguh saya akan memberitahukan tentang segolongan dari kaumku, mereka pada hari kiamat akan diperlihatkan pahala kebaikan–kebaikannya yang banyak menyerupai besarnya gunung Tuhamah yang putih, kemudian tiba-tiba Allah meleburkan pahala mereka. Tahukah kalian? mereka adalah dari saudaramu, sebangsamu, kalau malam beribadah seperti kalian, tetapi mereka ketika sendirian melakukan larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. (HR. Ibnu Majah dan di shahihkan oleh al-Albani).  

Pembaca setia di manapun berada,
Perlu diketahui bahwa menghadirkan muroqobatullah ini tidak hanya ketika kita sedang dalam sebuah aktivitas. Namun, ulama menjelaskan bahwa muroqobatullah ini meliputi tiga fase.
Pertama: sebelum mengerjakan, artinya kita menghadirkan Allah sebelum melakukan aktivitas, apakah aktivitas yang akan kita lakukan itu sudah sesuai dengan tuntunan syari’ah apa belum, diridhoi Allah apa tidak.
Kedua: saat sedang melaksanakan suatu aktivitas, maka ia akan menjaga amalnya agar ikhlas. Bukan karena riya` atau mencari popularitas.
Ketiga: ketika selesai dari suatu amalan, hadir dalam dirinya antara harapan dan kekhawatiran antara diterima atau tidak dari apa yang telah dikerjakan.
Imam Hasan al-Bahsri berkata, ”Semoga Allah merahmati seorang hamba yang mempunyai sebuah keinginan; apabila baik, sesuai dengan tuntunan syari’at, ia lanjutkan, dan apabila jelek, tidak sesuai dengan syari’at, segera ia tinggalkan. Oleh karena itu menurutnya, muroqobatullah dalam ketaatan adalah mencapai keikhlasan, dalam kemaksiatan adalah bertaubat, dan dalam hal yang mubah adalah menjaga akhlak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya.


Pembaca yang budiman di manapun berada,
Di antara hal-hal yang bisa melahirkan rasa muroqobatullah antara lain:
Pertama, Kenyakinan sempurna bahwa Allah maha mengetahui segalanya. Seorang ulama menggambarkan tentang ke-Mahatahuan Allah, dengan seekor semut kecil hitam yang berjalan di atas batu yang hitam di tengah malam yang gelap gulita.. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengetahuinya. Subhanalah.
Kedua, Keyakinan sempurna bahwa segala perbuatan kita akan dihisab dan diperlihatkan kepada kita. Sekecil apapun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berkalam,











Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:"Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun". (QS. al-Kahfi:49).
Ketiga, istiqomah dalam beribadah, dan selalu berteman dengan orang sholeh. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang memiliki muroqobatullah. Aamiin.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، وهدانا وإياكم إلى صراط مستقيم، ونفعني وإياكم بالآيات والذكر الحكيم.
Wassalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Kata kunci:
  • Makna muroqobatullah
  • Bagaimana melahirkan
  • Apa hikmahnya
http://mkitasolo.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194