Kewajiban Puasa


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


MAJLIS KAJIAN INTERAKTIF TAFSIR AL-QUR`AN
(M-KITA) SURAKARTA


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183) البقرة

Allah berkalam: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat di atas terdapat dalam al-Qur`an juz 1, tepatnya pada surat al-Baqarah ayat ke 183. Ayat tersebut adalah satu-satu ayat al-Qur`an yang secara tegas menjelaskan tentang kewajiban menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Sesuai catatan sejarah, kewajiban puasa Ramadhan dimulai pada tahun ke 2 Hijriyyah.

Perintah puasa Ramadhan Allah khususkan hanya kepada orang-orang beriman dari umat ini, karena pada hakikatnya, orang yang mampu menjalankan perintah puasa Ramadhan adalah mereka yang memiliki keimanan yang benar. Bukan seperti orang-orang munafik yang suka berpura-pura.

Kewajiban berpuasa adalah bukan hal yang baru, karena Allah telah mewajibkan kepada umat terdahulu sesuai syariat yang berlaku bagi mereka. Menurut Sayyid Tanthawi dalam tafsirnya (at-Tafsir al-Wasith:1/299), bahwa salah satu faidah Allah menginformasikan demikian itu adalah agar umat ini dalam menjalankan kewajiban puasa bisa secara lebih sempurna dibanding dengan apa yang telah dikerjakan oleh umat-umat terdahulu. Karena umat ini telah mendapat predikat “sebaik-baik umat”, maka sudah seharusnya dalam menjalankan ibadah pun demikian adanya.  

Ramadhan adalah tamu agung itu yang selalu dinantikan setiap orang yang beriman. Bulan yang penuh keberkahan, ampunan dan rahmat. Tamu ini datangnya hanya satu tahun sekali, dan kalau sudah datang ia tidak akan kembali lagi, melainkan akan datang bulan Ramadhan yang baru dengan lembaran amalan baru pula. 

Bagi para salafuna sholeh, bulan Ramadhan adalah bulan training dan pendidikan, karena di dalamnya terjadi sebuah proses di mana seorang muslim dituntut untuk lebih baik dari pada bulan-bulan lainnya. Mereka betul-betul memahami nilai keagungan bulan suci Ramadhan, sehingga mereka berusaha menggunakan setiap detik yang ada untuk di investasikan dalam amal kebaikan. Oleh karena itu, dalam menjalankan kewajiban puasa Ramadhan tidaklah hanya cukup dengan menahan dari makan, minum dan bersenggama. Namun puasa harus mampu  menahan dari berbagai perbuatan yang tidak diridhoi Allah dan Rasul-Nya.

Dalam menjalankan ibadah puasa harus semata-mata untuk mentaati perintah Allah dan mengharapkan pahala di sisi-Nya. Sebagaimana Rasulullah sabdakan, “َمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ من ذَنْبِهِ , Barang siapa yang menjalankan puasa Ramadhan dengan di dasari keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang telah berlalu (HR. Bukhori). Jadi, bukan karena riya' (agar dilihat orang), sum'ah (agar didengar orang), atau ikut-ikutan orang banyak.

Agar puasa kita tidak sia-sia, jauhilah berbagai dosa, kurangi nongkrong di depan TV dan jangan berlebihan dalam buka dan sahur ataupun tidur. Sehingga kita tidak termasuk dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya dari makan dan minum." (HR. Al-Bukhari). Dalam hadits lain dikatakan: “Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga. " (HR. Ahmad, hadits hasan shahih) .

Semoga kita termasuk orang-orang yang muttaqiin dan mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، وهدانا وإياكم إلى صراط مستقيم، ونفعني وإياكم بالآيات والذكر الحكيم.
Wassaalamualaikum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194