Tafsir Surat Ali ‘imron (3) Ayat 175 – 176


Allah berkalam:
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (175) وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا يُرِيدُ اللَّهُ أَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الْآَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (176)
Artinya:
175- Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu (memang benar-benar beriman)
176- Dan janganlah engkau (Rasulullah) dibuat sedih oleh orang yang bersegera (untuk menuju) di dalam kekafiran. Sesungguhnya mereka sedikitpun tidak akan mampu merugikan Allah. (itu semua karena) Allah ingin meniadakan bagian baik mereka di akhirat. Dan bagi mereka ada adzab yang besar)


MAKNA UMUM AYAT 175

Di ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang munafik dan orang-orang kafir mengendor-ngendorkan semangat orang-orang beriman ketika hendak menuju perang untuk memenuhi janji.
Maka di ayat ini, Allah memberitahukan kepada kita bahwa perang saraf dan opini yang dilakukan oleh orang-orang munafik dan orang-orang kafir untuk meredam semangat orang beriman, semua itu bersumber dari bisikan setan. Setan lah yang mengomandani perbuatan mereka.
Oleh karena itu seorang mukmin tidak boleh takut kepada selain Allah.Tidak boleh takut kepada setan dan balatentaranya yaitu orang-orang kafir, munafik dan musyrik yang selalu menakut-nakuti orang mukmin dalam memperjuangkan agamanya.

MAKNA UMUM AYAT 176
Ayat ini turun sebagai pelipur lara bagi perasaan Rasulullah. Bagaimanapun, Rasulullah tetap manusia bisa sedih bisa gembira. Kedurhakaan orang-orang kafir sedikit banyak mempengaruhi perasaan Rasulullah.
Dalam ayat ini Allah melarang Rasulullah bersedih. Allah menghibur beliau bahwa kebahagiaan mereka di dalam kekafiran itu tidak akan merugikan Allah sama sekali. Tak akan pernah menyakiti Allah sedikitpun.
Sesungguhnya apa yang mereka dapatkan di dunia ini hanya sebatas luluan saja. Kelak di akhirat mereka tidakakan mendapatkan kenikmatan sedikitpun, melainkan siksaan yang amat pedih.


PELAJARAN DAN HIKMAH AYAT 175

1.     Kalimat يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ , yang berarti dia (setan) menakut-nakuti teman-teman setianya, memiliki 3 penafsiran yang intinya sama, yaitu: setan dan bala tentaranya dari kalangan manusia –orang-orang kafir-, menakut-nakuti orang-orang yang ingin berjuang di jalan Allah. Mereka mengendori dan meredam semangat juang orang beriman.
Hal semacam ini masih saja berlangsung sampai sekarang. Hanya saja mungkin caranya berbeda. Kita lihat sekarang, orang-orang kafir itu berusaha membuat orang-orang Islam takut menjalankan agamanya sendiri secara kaffah (menyeluruh). Mereka membuat orang-orang Islam enggan mempelajari dan mengenal agama mereka sendiri dengan lebih mendalam. Caranya adalah dengan merusak Islam di mata publik. Mereka mengatakan Islam adalah agama teroris, orang memakai jubah dan cadar lalu sengaja bertindak kriminal supaya merusak kebersihan hijab, dll. Ini adalah tipu daya setan. Barang siapa yang mengaku beriman, hendaknya dia tidak takut terhadap makar atau tipu daya mereka. Hendaknya hal-hal tersebut tidak membuatnya semakin meninggalkan agamanya. Sebaliknya, fenomena semacam itu menjadi cambuk yang memperkuat semangat untuk membela dan menunjukkan esensi Islam yang sesungguhnya. Bahwa Islam adalah agama yang benar dan indah. Bahwa hanya dengan syari’at Allah-lah manusia akan hidup dengan damai dan tentram.
2.     Di ayat ini disebutkan: فَلَا تَخَافُوهُمْ . Dhamir hum kembali kepada setan dan teman-teman setianya. Allah melarang kita takut kepada mereka. Dan memberi solusinya yaitu وَخَافُونِ –dan takut lah  kepadaKu-, kita diperintah untuk takut hanya kepada Allah saja. Kalau sudah tahu seperti ini, sebagai orang yang beriman, hendaknya kita tak pernah merasa rendah di hadapan orang-orang kafir. Sekuat apapun mereka,sekaya apapun mereka, secanggih apapun peralatan meraka, semua itu tidak boleh menyebabkan kita merasa kecil hati atau minder. Bila ada dalam hati kita perasaan takut, minder, kecil hati di hadapan orang-orang kafir, maka iman dalam hati kita perlu dipertanyakan lagi. Ayat ini ditutup dengan:  إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ . Kalau benar-benar beriman, maka kita tak  akan takut kepada orang-orang kafir.Tidak takut untuk terus memeperjuangkan agama Allah, walupun harus menghadapi berbagai tuduhan miring, dikecam, dihina, diancam bahkan dibunuh.
3.     Allah ciptakan semuanya dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya, untuk memperlihatkan mana yang iman dan mana yang kafir. Begitu juga saat Allah menciptakan setan. Adanya setan ini untuk membedakan mana yang benar-benar mentaati Allah dan mana yang tidak. Kalau tidak ada setan, maka tidak ada pula surga dan neraka. Tidak bisa pula dibedakan antara orang baik dan tidak baik.
4.     Allah memberitahu kita tentang setan dan segala bentuk perilakunya lewat Al-Quran dan hadits Rasulullah. Kalau tidak ada Al-Qur`an dan hadits, kita tidak tahu bagaimana setan dan perbuatannya. Karena setan dan prilakunya adalah termasuk sesuatu yang gaib.Dan perlu diingat bahwa setan ini diberi “kelebihan” oleh Allah.Kelebihannya adalah dia punya semangat dan strategi yang luar biasa untuk menggoda manusia. Dia tahu kelemahan kita dan di kelemahan itulah kita ditembak olehnya. Misalnya muda-mudi sukanya apa? hubungan dengan lawan jenis yang bukan mahram, maka di situ lah setan menggoda. Seorang ustadz yang kebetulan kekurangan uang, di situlah setan akan menggodanya dengan uang. Orang yang gila jabatan, maka setan akan lewat pintu jabatan, dll.
6.     Yang dimaksud takut kepada setan dan balatentaranya adalah mentaatinya dan menjadikannya sebagai pelindung. Ada dua hal yang menyebabkan kita bisa takut kepada setan, yaitu cinta dunia dan takut mati. Karena cinta dunia dan takut mati akan menjadikan orang mudah terjatuh dalam perangkat setan dan menjadikan ia enggan berjuang dijalan Allah.
7.     Apakah kita tak boleh takut kepada hal-hal yang berbahaya? Boleh saja. Asal rasa takut itu tidak menyebabkan kita menduakan Allah atau menyebabkan kita mengagung-agungkan sesuatu tersebut sehingga kita mentaatinya, walaupun harus mendurhakai Allah. Adanya perasaan takut kepada selain Allah hendaknya membuat kita semakin ingin berlindung kepada-Nya dari sesuatu yang membahayakan tadi.
8.     Akhirat itu lebih baik dari dunia. Kalau kita dihadapkan di depan dua pilihan, yaitu yang diridhai dan tidak diridhai oleh Allah, maka kita akan selalu memilih yang diridhai oleh Allah, meskipun itu sulit bagi kita. Kalau kita mampu menjadikan Allah sebagai pilihan kita, maka setan tak akan mampu menggoda kita lagi.Orang yang cerdas adalah orang yang mampu memilih dan melihat apa yang dia pilih untuk akhiratnya.
9.     Sekarang setan lebih mudah untuk masuk ke hati2 kita. Sudah banyak alat yang dia gunakan untuk menggelincirkan manusia. Misalnya HP, internet, dll. Kita jangan hanya waspada saja dan tidak ada tindakan lebih lanjut untuk itu. Setelah waspada, kita harus sadar di saat-saat kita sedang digoda oleh setan. Sehingga kita bisa mengusirnya segera.
10.  Di dalam surat Al-Isro: 65, disebutkan bahwa inna ibadi laisa laka ‘alaihim sulthon wa kafa birabbika wakila, {sesungguhnya kamu (setan) tidak akan bisa menggoda hambaKu yang shalih. Dan cukup Allah-lah sebagai wakil}. Ayat ini menunjukkan bahwa bila kita tak mau digoda oleh setan, maka seharusnya kita berusaha untuk menjadi hamba Allah yang shalih. Harus bersandar hanya kepada Allah. Minta tolong selalu kepada Allah. Selalu waspada dan kembalikan pada Allah karena manusia sangat rentan terhadap godaan setan yang sangat halus.
11.   Dunia itu bukan tempat istirahat. Dunia ini bagi kita adalah penjara. Ada aturannya. Semua ditata. Adapun bagi orang kafir, dunia adalah surga. Mereka tak punya aturan di dunia ini. Seperti yang tertera dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Iman Muslim: الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ artinya: dunia itu adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang-orang kafir.




PELAJARAN DAN HIKMAH AYAT 176

1.         Ayat ini menunjukkan betapa bencinya orang-orang kafir kepada Rasulullah dan Islam. Dan betapa mereka bahagia dengan kekafirannya. Hal ini dapat disimpulkan dari يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ  yang artinya mereka bersegera di dalam kekafiran. Orang yang senang dan bahagia terhadap sesuatu, maka dia pasti akan bersegera untuk menuju ke sana.

2.        Ayat ini turun untuk menghibur Rasul dan melarang agar Rasul dan umat beliau jangan sampai sedih kalau ada di antara orang kafir itu yang bersegera, bercepat-cepat melaksanakan gerakan kekufuran mereka. Tetapi bukan berarti bila melihat kondisi umat yang tidak mau taat, kita boleh berleha-leha dan senang dengan keadaan itu. Yang dimaksud sedih di sini adalah jangan sampai jangan sampai kita lemah dan punya prasangka yang tidak benar. Seakan-akan musuh-musuh Islam itu sangat kuat dan kita tak yakin kita bisa mngalahkan mereka. bersedih boleh melihat kondisi umat yang begini tapi kalau sampai merasa bahwa mereka bisa segalanya dan kita lemah, itu
salah. Jangan sampai kita ini punya perasan seperi itu.

3.          Kenapa tidak boleh sedih dengan bersegeranya mereka melaksanakan gerakan kekufuran mereka? Karena kekufuran, kemunafikan dan kemusyrikan mereka itu tak akan memadhoroti Allah sedikitpun. Tidak akan bermanfaat apa-apa bila Allah tidak menghendaki. Allah itu maha segalanya. Bila Allah tak ingin kita celaka karena orang kafir, maka kita tak akan mungkin celaka karena mereka. maka dari itu, sangatlah pantas kita memohon kepada Allah agar Allah selalu melindungi kita dari setan dan bala tentaranya.

4.         Bila kita mengamati kejadian sekarang ini. Banyak di antara kaum muslimin yang tidak lebih kaya dari orang kafir. Bahkan mereka cenderung sukses bekerja, belajar, dll. Mereka terlihat lebih unggul dari muslimin. Apakah itu tanda kasih sayang Allah? Jangan pernah salah!!! Mereka itu bukannya di sayang oleh Allah. Malah justru dilulu. Kasih sayang Allah itu bukan ditunjukkan dengan banyaknya materi yang kita miliki.
Tetapi kasih sayang Allah yang hakiki itu dengan pemberian iman dan takwa. Karena hanya dua hal itu yang akan menyelamatkan pemiliknya dari adzab yang abadi. Allah memberikan materi kepada siapapun di dunia ini. Baik mukmin maupun kafir. Dalam ayat ini disebutkan bahwa: يُرِيدُ اللَّهُ أَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الْآَخِرَةِ Allah ingin mereka besok di akhirat itu tak punya lagi bagian yang baik karena mereka sudah memuas-muaskan diri mereka di dunia. Maka dari itu, ktia jangan sampai minder kepada orang kafir. Tetapi jangan pula dengan hal ini lantas menyebabkan kita tidak bekerja dan beranggapan bahwa miskin tidak apa-apa tanpa berusaha. Semuanya harus pada tempatnya.

5.          حَظًّا  di sini berarti bagian. Berbeda dengan nashiibun. Kata hazhzhan, biasanya untuk sesuatu yang baik dan positif. Adapaun kata nashiibun bisa untuk yang baik bisa untuk yang buruk.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194