Tafsir Surat Ali-Imron: 164

Allah berkalam:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (164)
Makna umum dari ayat 164:
Di dalam ayat ini, Allah memberitahukan kepada semua umat Rasulullah saw. bahwa diutusnya seorang nabi dari kalangan manusia kepada mereka adalah satu karunia yang sangat besar dan tak pernah tertandingi oleh kenikmatan apapun.Rasul yang diutus kepada manusia itu mempunyai beberapa tugas. Diantaranya adalah: 1) Membacakan ayat-ayat Allah. 2) Mensucikan dari berbagi dosa dengan mengajak mereka untuk selalu bertaubat dan berhenti melakukan maksiat.  3) Mengajarkan Al-Qur`an dan Hadits.
Dengan adanya Rasul, manusia yang dulunya tersesat, memiliki faham yang salah, melakukan perbuatan-perbuatan asusila, mereka lantas mendapat pencerahan dan petunjuk kebenaran. Mereka mendapatkan cahaya hidayah, dimana sebelumnya mereka ada dalam kegelapan yang nyata. Mereka lantas tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang haq mana yang bathil. Karena ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. telah mampu mengubah kebiasaan buruk mereka, dan mampumengentaskan mereka dari segala bentuk kejahiliyyahan.

Penjelasan Ayat:
1.       Kata مَنَّ dalam al-Quran mempunyai beberapa pengertian, diantaranya adalah:
  •  Sejenis makanan yang turun dari langit. Seperti yang terdapat dalam surat Al-Baqarah: 57, yang berbunyi: وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى (dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa). Manna adalah sebuah makanan yang berbentuk seperti jeli atau madu.
  •  Perbuatan mengungkit-ungkit sebuah amalan. Seperti yang tertera dalam surat Al-Baqarah: 254, yang berbunyi: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى (jangan kalian batalkan shadaqah-shadaqah kalian dengan mengungkit-ungkitnya dan mengganggu orang yang diberi shadaqah).
  •  Memutus. Seperti yang disebut dalam surat Al-Qalam: 3, yang berbunyiوَإِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ (dan sesungguhnya engkau memiliki pahala yang tiada terputus).
  •  Memberikan karunia kepada seseorang tanpa mengharap balasan. Dalam ayat ini (164) adalah yang dimaksud dengan kata manna. Jadi maksudnya, Allah Ta’ala memberikan karunia berupa diutusnya seorangRasul dari kalangan manusia tanpa mengharap balasan dari hamba-Nya.
2.       Mengapa dalam ayat ini hanya disebutkan orang mukmin saja? Bukankah Rasulullah saw. itu diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam? Jawabannya adalah karena orang yang mampu menerima manfaat dari kenikmatan dan hidayah itu hanya orang mukmin. Maka disini disebutkan khusus bagi orang mukmin, sebagai bentuk penghormatan dan kemuliaan.
3.       Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai kata (مِنْ أَنْفُسِهِمْ):
  •  Min anfusihim dimaksudkan dari kalangan orang Arab. Karena kita tahu bahwa Nabi Muhammad saw. diutus pertama kali di negeri Arab. Allah mengutus beliau dari kalangan Arab sehingga mereka lebih memahami apa yang disampaikan oleh beliau. Walaupun risalah beliau tidak khusus bagi orang arab.
  •  Min anfusihim dimaksudkan dari kalangan manusia. Allah mengutus Nabi dari golongan manusia. Bukan jin atau malaikat. Karena kalau dari golongan selain manusia, umat manusia akan kesulitan memahami apa yang disampaikan.
Ibnu Katsir (1/425) memilih pendapat yang kedua. Bahwa seorang Nabi itu dari jenis manusia. Ini ditunjukkan dalam Al-Kahfi:110: قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ. (katakanlah sesungguhnya tiada lain aku juga manusia seperti kalian, diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian hanyalah Tuhan yang Maha Esa...). Dalam ayat ini disebutkan bahwa Rasul itu sama seperti umatnya, yaitu dari kalangan manusia. Yang membedakan hanyalah karena Rasul adalah manusia yang diberi wahyu. Ulama mengatakan Nabi Muhammad adalah basyarun walakin laisa kal basyari (manusia tetapi bukan seperti manusia biasa). Dikatakan seperti itu, karena Allah memberi banyak kemuliaan dan keistimewaan. Yaitu dengan memberi wahyu kepada beliau, diberikan sifat ma’shum (terjaga dari berbuat kesalahan). Nabi itu sama dengan kita, dengan arti sama dalam sifat manusianya seperti, makan, nikah, belanja, dll. Itu dimaksudkan supaya beliau bisa kita contoh dalam segala perbuatannya. Bila yang dikirim berasal dari golongan jin atau malaikat, maka hal tersebut akan menyusahkan manusia dalam berkomunikasi atau mencontohnya.
4.       Tugas seorang Rasul antara lain:
  •  يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ kata talaa-yatlu-tilawatan mempunyai 2 makna:
a.     Membacakan ayat-ayat Allah, yaitu al-Qur`an kepada umatnya secara benar. Membaca dengan tartil sesuai dengan tajwid, makhraj dan sifat-sifat hurufnya. Dan sudah menjadi kebiasaan Rasulullah saw. tadarusan bersama dengan Jibril setahun sekali. Di tahun Rasulullah meninggal, beliau tadarusan bersama Jibril sebanyak dua kali. Hal ini dilakukan untuk menjaga keaslian al-Qur`an.
b.     Rasulullah saw. membuka pengetahuan umatnya, baik melalui bacaan al-Qur`an atau sabda beliau, disamping hukum agama, juga tentang ayat-ayat kekuasaan Allah, agar manusia mengimani-Nya dan mampu meningkatkan kualitas keimanannya.
  •  يُزَكِّيهِمْ artinya: dan dia mensucikan mereka. Zakka yuzakki tazkiyatan artinya membersihkan dan mensucikan. Makna asli tazkiyah adalah membersihkan dan mensucikan dari segala noda, baik dhahir maupun batin. Yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah membersihkan dari berbagai kepercayaan-kepercayaan jahiliyah, atau pemahaman-pemahaman yang salah. Rasulullah diutus kepada umat manusia untuk meluruskan mereka dari pemahaman, pola hidup, kepercayaan, cara pikir yang tidak benar, dengan menegakkan amar ma`ruf nahi mungkar dan menyebarkan kebenaran risalah Islam.
  •  وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ artinya: dan dia mengajari Al-Kitab dan Al-Hikmah kepada mereka. Maksudnya adalah Rasul bertugas mentransfer (memindahkan) ilmu yang diberikan oleh Allah kepada beliau untuk umatnya. Ilmu tersebut ada di dalam Al-Qur`an dan hadits. Al-Kitab di sini maksudnya adalah Al-Qur`an. Al-Hikmah adalah Hadits. Secara umum, hikmah adalah setiap kalimat yang mengandung kebaikan dan berguna sepanjang masa (tidak lekang ditelan zaman).
5.       Pengutusan Nabi Muhammad saw. kepada manusia ini adalah suatu anugerah yang begitu besar. Beliau datang membawa Islam dan mengubah kebiasaan-kebiasaan jahiliyyah mereka. Mengentaskan mereka dari kegelapan berupa kesalahan cara berpikir, adat istiadat, akhlak dan sebagainya. Kita tengok sejarah. Sebelum Islam datang, mereka menganggap punya anak perempuan adalah sesuatu yang memalukan. Sehingga mereka tega membunuh anak perempuan mereka sendiri dengan cara dikubur hidup-hidup. Mereka mengelilingi ka’bah dalam keadaan telanjang bulat, sebab mereka menganggap pakaian mereka telah dilumuri dosa. Karena masalah sepele, peperangan antar kabilah bisa berkobar sampai bertahun-tahun. Contoh-contoh ini hanyalah sebagian kecil saja dari kesesatan mereka sebelum Islam datang. Maka hadirnya Islam di tengah manusia yang sangat jahiliyyah itu, seakan seperti pelita di tengah kelamnya malam. Islam sangat memuliakan wanita. Wanita di dalam Islam selalu dijaga dan dilindungi. Islam juga mengatakan bahwa setiap manusia punya aurat yang harus ditutupi. Islam mengajarkan saling memaafkan dan berbagai ajaran lainnya yang memuliakan manusia.
6.       Dalam ayat ini dapat kita ambil pelajaran tentang tiga prinsip dasar pendidikan. Yaitu:
  •  Tilawah. Hal ini memberikan isyarat bahwa dalam pendidikan perlu diajarkan sebuah skill atau yang sekarang dikenal dengan kemampuan afektif. Karena tilawah adalah salah satu bentuk skill membaca yang sungguh sangat penting. Karena denganya terbuka berbagai cakrawala pengetahuan. Dalam praktekanya, Rasulullah menghasung umatnya untuk mengembangkan berbagai skill, seperti belajar memanah, menunggang kuda, berenang, menguasai bahasa asing, dll.
  •  Tazkiyah. Hal ini menunjukkan perlu adanya pendidikan emosional atau yang dikenal dengan istilah psikomotorik. Maka tidak heran jika Rasulullah selalu membina umatnya tentang pentingnya akhlak-akhlak yang mulia, seperti jujur, pemaaf, tidak mudah marah, sabar dan ridho terhadap sebuah musibah dll.
  •  Ta’lim, bisa disebut dengan kemampuan kognitif. Yaitu dengan adanya transfer ilmu sehingga umat mempunyai kemampuan untuk berpikir dan mengamalkan.
Tiga prinsip ini harus dimiliki oleh seorang pendidik. Entah itu guru, ustadz, suami, istri, ayah, ibu atau yang lainnya.
7.   Kebanyakan orang tua hanya memikirkan bagaimana caranya supaya anak bisa mendapatkan kecerdasan IQ dan prestaasi yang luar biasa, tetapi mereka melupakan kualitas spiritual dan emosional mereka. Sehingga bila anak-anak belajar agama, mereka hanya disuruh menghafal saja tanpa adanya pengamalan dan penghayatan dari apa yang mereka lakukan. Mereka hafal cara berwudhu, shalat, dan sebagainya. Tetapi hanya sebatas hafal sehingga apa yang mereka pelajari tidak berbekas apapun dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, marilah kita didik anak-anak kita dengan baik dan benar sesuai dengan Al-Qur`an dan hadits. Sebagai orang tua, pendidik mereka yang pertama kali, kita harus mengarahkan mereka menjadi tunas-tunas Islam yang berkualitas, yang mempunyai ilmu din Islam yang dalam, disamping ilmu keduniaan. Tidak hanya berhenti sampai di situ. Tetapi juga sampai pada tingkat mereka mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. Sebagaimana dikatakan oleh ulama Al-ilmu laisa lir riwayah walakin lil amal. Ilmu itu bukan hanya diriwayatkan (ditransfer) saja. Tapi perlu adanya pengamalan. Tidak ada gunanya hanya belajar saja tetapi tidak mengamalkan ilmu tersebut.
8.   Sebagai orang tua ataupun guru, perlu adanya pemberian contoh yang benar selama mengajarkan atau memerintah kebaikan kepada anak-anak. Sebab pemberian contoh atau praktek dari seorang guru atau orang tua akan memberikan bekas yang lebih mendalam didalam kepribadian anak-anak.
9. Kata-kata jahiliyyah bukan hanya di masa sebelum Islam datang. Bahkan setelah Islam datang, banyak bentuk kejahiliyahan dilakukan. Jahiliyyah adalah bentuk-bentuk keadaan dan kelakuan di mana norma kebaikan sudah tak ada lagi di dalamnya. Di era modern ini banyak sekali perbuatan jahiliyyah dilakukan.
10. Semakin banyak ilmu din atau ilmu keduniaan seseorang, seharusnya dia semakin takut pada Allah karena bisa membaca kekuasaan-Nya. Bukan semakin sombong dan semakin jauh dari-Nya. Ibadahnya semakin banyak. Keikhlasannya selalu terasah. Kedekatannya kepada Allah semakin tidak diragukan lagi. Karena di dalam setiap ilmu itu menggambarkan betapa kuasanya Allah atas segala sesuatu. Sebagaimana Allah berkalam, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”(al-Fathir : 28).


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194