Tafsir Surat Ali-Imron: 145-146


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

MAJLIS KAJIAN INTERAKTIF TAFSIR AL-QUR`AN
(M-KITA) SURAKARTA

Allah berkalam:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآَخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ 145 وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ 146

A. Makna umum:


Ayat 145:
1. Umur setiap makhluk yang bernafas itu sudah ditentukan oleh Allah. Semua yang bernyawa itu pasti mati sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan oleh-Nya. Ayat ini turun sebagai sindiran kepada orang-orang yang beriman yang tatkala itu mereka ikut Perang Uhud tetapi lari mundur dari perang tersebut. Seakan-akan Allah mengatakan, Kenapa kok malah lari dari medan laga? Ajal itu sudah ditetapkan oleh Allah! Kehidupan sudah ada jatahnya sendiri-sendiri. Dalam keadaan yang genting seperti itu kalau jatah kalian belum mati ya tidak akan mati.
2. Hidup adalah pilihan. Orang kafir akan memilih dunia. Target dan incaran mereka adalah dunia. Tetapi orang beriman, sasaran, landasan dan tujuan mereka adalah akhirat. Mereka ingin menggenggam dunia untuk mendapatkan kemuliaan di akhirat. Mereka mencari dunia sebagaimana orang kafir juga mencari dunia. Tetapi orientasi keduanya berbeda. Orang beriman menjadikan dunia sebagai sarana untuk mendapatkan akhirat. Orang kafir mencari dunia untuk kepuasan hawa nafsu mereka. Maka barang siapa yang ingin dunia, Allah akan memberinya sebagian saja dari kenikmatan dunia ini. Tetapi barang siapa yang ingin akhirat, Allah akan memberinya bahkan akan melipatgandakannya.
3. Mengapa Allah Taala mengulang kalimatوَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ  (dan Kami akan membalas orang-orang yang bersyukur) di tempat yang tidak berjauhan sama sekali? Karena Allah ingin memberikan pujian bagi para shahabat yang tetap bertahan untuk melindungi Rasulullah sas. saat perang sedang genting-gentingnya. Tapi umumnya, pujian ini juga diberikan kepada siapa saja yang bertahan saat musibah menimpa. Masih tetap bersyukur meski diuji oleh Allah. Perlu diingat, bahwa derajat syukur itu lebih tinggi dari derajat sabar saat musibah datang.
Ayat 146:
Allah ingin mengangkat kejiwaan muslimun, bahwa sebenarnya jihad itu bukan sesuatu yang baru. Umat-umat terdahulu pun juga membantu nabi mereka saat jihad melawan musuh. Dalam penyampaian dakwah ini, butuh pengorbanan baik jiwa, raga, harta ataupun waktu. Orang yang mengaku beriman tidak akan lemah baik secara fisik atau mental dan juga tak akan menyerah kepada musuh. Sikap orang-orang beriman dalam menghadapi musuh itu adalah penuh kesabaran, artinya selalu tetap bertahan. Dan dengan kesabaran itu Allah akan senantiasa mencintai mereka.

B.  Penjelasan Ayat

Ayat 145:
1.  Allah menurunkan ayat ini untuk meluruskan kesalahan-kesalahan yang terjadi saat Perang Uhud sehingga semua umat Islam sampai kapanpun dan di manapun bisa melihat sejarah dan mengambil pelajaran darinya.
2.  Allah ingin memberi pengertian bahwa kekalahan itu sebenarnya cenderung diakibatkan oleh kesalahan kita sendiri. Dalam Perang Uhud ini muslimun kalah karena sebagian pemanah tidak mau mentaati perintah Rasulullah sas.
3.  Jangan takut jadi orang Islam! Kalau berada dalam kebenaran, jangan sekali-kali takut untuk menampakkannya kepada orang lain.
4. Ayat ini menerangkan bahwa umur sudah ditetapkan oleh Allah. Tak bisa dipanjangkan tak bisa pula disegerakan. Lalu bagaimana dengan hadits yang menjelaskan bahwa kalau banyak silaturrahmi maka akan ditambah umurnya oleh Allah? Di sini ada dua pendapat:
  • Dipanjangkan barakah umurnya. Seperti yang terjadi pada Imam Nawawi. Beliau berumur -+ 45 tahun, tetapi beliau menyusun kitab-kitab yang menyebabkan namanya tetap ada meski beliau sudah meninggal.
  • Dipanjangkan umurnya secara nyata. Misalnya aslinya berumur 25 bisa menjadi 35. Menurut hadits-hadits yang menopang pendapat ini, maka pendapat ini juga bisa diambil.
Kesimpulannya adalah dua pendapat ini bisa dipakai. Untuk kaitannya dengan pendapat kedua yaitu memang ajal sudah ditetapkan oleh Allah, tetapi bila orang suka menyambung kekerabatan, maka Allah bisa saja memberinya balasan berupa bertambahnya umur.
5.   Kalau kita sudah yakin bahwa mati itu ada di tangan Allah, maka hendaknya hal ini jangan malah membuat kita lemah semangat dan pasrah begitu saja pada takdir. Seharusnya hal ini membuat kita semakin bersemangat untuk membuat mati kita itu sebaik mungkin dan seistimewa mungkin karena mati adalah gerbang pertemuan kita kepada Allah, Kekasih kita. Orang Islam harus punya semangat membara untuk melakukan kebaikan.
6.  Dilarang meminta mati kepada Allah untuk kepentingan duniawi, misal karena terlilit hutang. Boleh meminta mati kepada Allah bila takut imannya terfitnah. Kalau terpaksa, maka hendaknya berdoa dengan mengatakan, Kalau mati itu baik untukku, maka matikanlah aku.
7. Bunuh diri hukumnya haram. Walaupun semua itu juga atas kehendak Allah, tetapi segala hal yang dikehendaki Allah belum tentu diridhai oleh-Nya. Allah hanya menridhai kebaikan tapi berkehendak untuk memberikan kebaikan atau keburukan. Jadi bedakan antara kehendak dan ridha Allah.
8.   Doa orang beriman adalah : رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  artinya: wahai Rabb kami, berikanlah kebaikan kepada kami di dunia dan di akhirat dan jagalah kami dari adzab neraka. Artinya di sini, bahwa seorang muslim itu tidak dilarang untuk mencari dunia. Mencari dunia tidak apa-apa tetapi jangan menjadikannya sebagai tujuan nomer satu. Dunia bukan tempat untuk memanjakan diri, tetapi untuk mengumpulkan sebanyak mungkin pahala yang akan digunakan sebagai sarana mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
9.  Allah mengancam orang-orang yang murtad, yang keluar dari agama Allah. Kebanyakan manusia itu murtad karena masalah ekonomi. Maka jagalah diri kita dan anak-anak kita! Persiapan individu yang dimulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga, jauh lebih penting dan lebih baik daripada ceramah kemana-mana tapi melupakan diri dan keluarga.
10. Jangan dikira bahwa ujian itu hanya berupa kesusahan saja. Kenikmatan juga bisa merupakan ujian. Apakah kita mau bersyukur atau tidak? Apa kita masih mau ingat Allah atau melupakannya? Orang beriman akan selalu ingat pada Allah. Dalam kondisi apapun. Hanya dengan mengingat Allah-lah hati jadi tenang.
11. Kalau dapat kesusahan, boleh sedih. Sedih itu manusiawi. Tapi jangan berlarut-larut. Jangan sampai merobek-robek baju, menjambak rambut, atau teriak-teriak. Rasulullah ketika Ibrahim, putranya meninggal, beliau juga menangis sedih. Karena di dalam hati beliau ada kasih sayang yang besar.
12. Mengapa di ayat 144 di sebutkan  وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ  (dengan disebut Allah) dan di ayat ini di sebut  وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ  (dengan disebut nahnu yang berarti Kami) ? Kaidah umumnya (dalam bahasa Arab) adalah dhamir nahnu itu adalah dhamir mutakallim maal ghair (kata ganti pertama bentuk jama`). Artinya, Allah melibatkan makhluk-Nya dalam memberikan balasan, dalam kata lain: yang akan memberikan balasan bukan hanya Allah saja. Bahkan nanti akan dilewatkan melalui makhluk-Nya juga. Misalkan melalui pembagian ghonimah, zakat dan sedekah  Seperti halnya dalam ayat إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ  (sesungguhnya Kami menurunkan Adz-Dzikr Al-Qur`an- dan sesungguhnya Kami akan selalu menjaganya (QS. 15: 9). Bentuk penjagaan Allah di sini bukan dimaksudkan Allah turun langsung, tetapi diantaranya dengan mempersiapkan para ulama yang akan menjaga keaslian Al-Qur`an dan menghafalnya. Contoh balasan dari makhluk adalah ghanimah (harta rampasan perang).
Ayat 146:
1.وَهَنُ  artinya lemah yang menjurus kepada kejiwaan. ضَعُفُ  artinya lemah yang menjurus pada fisik. اسْتكَانُ  artinya mental kuat tetapi di depan musuh gampang sekali menyerah.
2. Allah Taala mengingatkan para shahabat Rasulullah bahwa dahulu pengikut para nabi terdahulu itu juga mendampingi nabi mereka dalam berjihad. Mereka tak pernah merasa lemah. Fisik dan jiwa mereka kuat. Mereka tak pernah lari dalam peperangan. Tak pernah meyerah kepada musuh. Oleh karena itu, hendaknya para shahabat Rasulullah sas. mencontoh mereka.
3. Masalah qadha` dan qadar adalah tanggungan Allah. Kewajiban kita hanya berusaha semaksimal mungkin dan berdoa.
4. Banyak orang yang cacat fisiknya tapi dia punya karya yang luar biasa. Itu artinya, fisik seseorang yang tak sempurna bukan merupakan halangan seseorang untuk sukses. Asalkan di dalam diri ada semangat yang membara untuk maju dan menggali potensi diri, dia akan menciptakan karya yang tak dimiliki orang yang punya kesempurnaan fisik.
5. Pandai-pandailah mengoreksi diri! Lakukan muhasabah! Sensitiflah bila terasa mengalami penurunan dalam ibadah lalu segeralah bangkit kembali! Misalnya karena capek lalu tidak bisa melakukan shalat malam lagi. Memang manusiawi, tetapi manusiawi itu harus didorong oleh iman. Jangan tunduk dan menyerah pada keadaan!
6. Perjuangan itu harus hanya di jalan Allah! Harus hanya diniatkan karena Allah. Jangan karena ingin mendukung komunitas tertentu.
7. Rasulullah sas. mendidik umat beliau untuk menguatkan fisik. Buktinya beliau menyuruh kita untuk belajar memanah, naik kuda, dll. Olahraga yang dianjurkan oleh Rasulullah bukan oleh raga murahan!
8. Imam Fakhrud Dien Ar-Razi berkata yang artinya: setiap orang wajib berusaha mengambil sebab-sebab yang mutabar (semaksimal mungkin). Sebisa mungkin kita berusaha berikhtiyar untuk menggapai cita-cita.
9. Sabar adalah kunci kesuksesan apapun. Kesabaran juga butuh waktu dan latihan. Di dalam kesabaran itu ada tawakkal, ada husnuzhzhan kepada Allah, qanaah (menerima apa adanya), istiqamah, dll.
10.   Sebagian ulama membagi menjadi 3, yaitu: 
     - Sabar saat menghadapi musibah  
     - Saat menjalankan perintah  
     - Menghindari apa yang diharamkan oleh Allah

    * * *

    http://mkitasolo.blogspot.com/

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

    Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

    Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194