Surah Al-Ikhlas: Sepertiga Al-Qur`an
Surah al-Ikhlas
بسم الله الرحمن
الرحيم
قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ
يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
1-
Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2-
Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3-
Dia
tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4- dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.
A. Profil Surah al-Ikhlas
1.
Dinamakan Surah
al-Ikhlas; karena di dalamnya mengandung
unsur peng-esa-an atau pemurnian Allah swt. Surat ini memiliki sekitar 25 nama
yang semuanya menunjukan keutamaan surat ini. Diantaranya adalah at-Tajrid
(Penafiyan segala sekutu bagi-Nya), an- Najat (Keselamatan dunia
akherat), al-Wilayah (Kedekatan kepada Allah), al-Jamaal (Keindahan)
ash-Shamad, al-Aman dan masih banyak lagi sebutan lain baginya.[1]
2.
Mayoritas para
ulama, surah al-Ikhlas tergolong surah Makiyyah.
3.
Terdiri dari 4
ayat.
4.
Urutan ke-112
dalam mushaf, dan diturunkan sesudah surah Al-Nas.
5.
Juz ke-30, Hizb
(golongan surah) ke-60, Seperempat ke-8.
B. Keutamaan Surah al-Ikhlas
1.
Dari Abu Said
al-Khudri, Rasulullah bersabda kepada para sahabat, “ Tidakkah kalian mampu
membaca sepertiga al-Qur`an dalam semalam? . Mereka Nampak keberatan dan
berkata,”Wahai Rasulullah, memang adakah diantara kita yang mampu? Rasulullah
menjawab, “Katakanlah ! Dialah Allah yang maha Esa” (Surah al-ikhlas),
adalah sepertiga al-Qur`an. (HR. Bukhori dan Ahmad).
2.
Dari Anas bin
Malik, beliau berkata, “Seseorang (sahabat) dari al Anshar mengimami (shalat) mereka
(para shahabat lainnya) di Masjid Quba. Setiap ia membuka bacaan (di dalam
shalatnya), ia membaca sebuah surat dari surat-surat (lainnya) yang ia (selalu)
membacanya. Ia membuka bacaan surat di dalam shalatnya dengan [قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ], sampai ia selesai
membacanya, kemudian ia lanjutkan dengan membaca surat lainnya bersamanya. Ia
pun melakukan hal demikan itu di setiap raka’at (shalat)nya. (Akhirnya) para
sahabat lainnya berbicara kepadanya, mereka berkata: “Sesungguhnya kamu membuka
bacaanmu dengan surat ini, kemudian kamu tidak menganggap hal itu telah cukup
bagimu sampai (kamu pun) membaca surat lainnya. Maka, (jika kamu ingin
membacanya) bacalah surat itu (saja), atau kamu tidak membacanya dan kamu
(hanya boleh) membaca surat lainnya”. Ia berkata: “Aku tidak akan
meninggalkannya, jika kalian suka untuk aku imami kalian dengannya maka aku
lakukan, namun jika kalian tidak suka, aku tinggalkan kalian”. Dan mereka telah
menganggapnya orang yang paling utama di antara mereka, sehingga mereka pun
tidak suka jika yang mengimami (shalat) mereka adalah orang selainnya. Maka
tatkala Nabi r mendatangi mereka, mereka pun menceritakan kabarnya, lalu ia
bersabda: “Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk melakukan sesuatu yang
telah diperintahkan para sahabatmu? Dan apa pula yang membuatmu selalu membaca
surat ini di setiap raka’at (shalat)?”, ia berkata: “Sesungguhnya aku mencintai
surat ini”, lalu Rasulullah r bersabda: “Cintamu kepadanya memasukkanmu ke
dalam surga”
C. Sebab Turunnya
Surah
1.
Berkata Imam Ahmad
: Sesungguhnya orang-orang musyrik, mereka berkata kepada Nabi : Nisbatkan bagi
kami Tuhanmu, maka Allah Ta’ala menurunkan : (Katakanlah ; Dialah Allah yang
maha Esa).
2.
Dan dari ibn ‘Abbas :(berkata orang-orang Quraisy ;
wahai Muhammad hadirkan untuk kami Tuhanmu yang telah dijanjikan, maka
diturunkan jualah, sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi.
Walhasil,
surat ini turun sebagai jawaban atas pertanyaan kaum musyrikin Qurasy yang
ingin mengetahui bagaimana Tuhan yang menjadi sesembahan umat Islam. Karena
sebagaimana diketahui bahwa umumnya wahyu-wahyu pertama yang turun kepada
Rasulullah adalah menggunakan kata Rabbuka (Tuhanmu wahai Muhammad),
maka surah ini memberikan kejelasan tentang siapa itu yang dimaksud Rabbuka.[2]
[1] - Lih: Mafatihul Ghoib,
Ar-Razi, h. 32/161, Tafsir al-Mishbah, Qurasy Shihab, h. 15/ 606.
[2] - Tafsir al-Mishbah, Qurasy
Shihab, h. 15/605.
Komentar
Posting Komentar