Surah Al-Ikhlas: Sepertiga Al-Qur`an

Dr. KH. Moh. Abdul Kholiq Hasan Lc.MA.M.Ed

Surah al-Ikhlas

بسم الله الرحمن الرحيم

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

 

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

1-   Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa

2-   Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu

3-   Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan

4-   dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

 

A.    Profil Surah al-Ikhlas

                  1.      Dinamakan Surah al-Ikhlas;  karena di dalamnya mengandung unsur peng-esa-an atau pemurnian Allah swt. Surat ini memiliki sekitar 25 nama yang semuanya menunjukan keutamaan surat ini. Diantaranya adalah at-Tajrid (Penafiyan segala sekutu bagi-Nya), an- Najat (Keselamatan dunia akherat), al-Wilayah (Kedekatan kepada Allah), al-Jamaal (Keindahan) ash-Shamad, al-Aman dan masih banyak lagi sebutan lain baginya.[1]

                  2.      Mayoritas para ulama, surah al-Ikhlas tergolong surah Makiyyah.

                  3.      Terdiri dari 4 ayat.

                  4.      Urutan ke-112 dalam mushaf, dan diturunkan sesudah surah Al-Nas.

                  5.      Juz ke-30, Hizb (golongan surah) ke-60, Seperempat ke-8.

 

B.     Keutamaan Surah al-Ikhlas

               1.      Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah bersabda kepada para sahabat, “ Tidakkah kalian mampu membaca sepertiga al-Qur`an dalam semalam? . Mereka Nampak keberatan dan berkata,”Wahai Rasulullah, memang adakah diantara kita yang mampu? Rasulullah menjawab, “Katakanlah ! Dialah Allah yang maha Esa” (Surah al-ikhlas), adalah sepertiga al-Qur`an. (HR. Bukhori dan Ahmad).

 

         2.            Dari Anas bin Malik, beliau berkata, “Seseorang (sahabat) dari al Anshar mengimami (shalat) mereka (para shahabat lainnya) di Masjid Quba. Setiap ia membuka bacaan (di dalam shalatnya), ia membaca sebuah surat dari surat-surat (lainnya) yang ia (selalu) membacanya. Ia membuka bacaan surat di dalam shalatnya dengan [قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ], sampai ia selesai membacanya, kemudian ia lanjutkan dengan membaca surat lainnya bersamanya. Ia pun melakukan hal demikan itu di setiap raka’at (shalat)nya. (Akhirnya) para sahabat lainnya berbicara kepadanya, mereka berkata: “Sesungguhnya kamu membuka bacaanmu dengan surat ini, kemudian kamu tidak menganggap hal itu telah cukup bagimu sampai (kamu pun) membaca surat lainnya. Maka, (jika kamu ingin membacanya) bacalah surat itu (saja), atau kamu tidak membacanya dan kamu (hanya boleh) membaca surat lainnya”. Ia berkata: “Aku tidak akan meninggalkannya, jika kalian suka untuk aku imami kalian dengannya maka aku lakukan, namun jika kalian tidak suka, aku tinggalkan kalian”. Dan mereka telah menganggapnya orang yang paling utama di antara mereka, sehingga mereka pun tidak suka jika yang mengimami (shalat) mereka adalah orang selainnya. Maka tatkala Nabi r mendatangi mereka, mereka pun menceritakan kabarnya, lalu ia bersabda: “Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk melakukan sesuatu yang telah diperintahkan para sahabatmu? Dan apa pula yang membuatmu selalu membaca surat ini di setiap raka’at (shalat)?”, ia berkata: “Sesungguhnya aku mencintai surat ini”, lalu Rasulullah r bersabda: “Cintamu kepadanya memasukkanmu ke dalam surga”

 

C.  Sebab Turunnya Surah

1.      Berkata Imam Ahmad : Sesungguhnya orang-orang musyrik, mereka berkata kepada Nabi : Nisbatkan bagi kami Tuhanmu, maka Allah Ta’ala menurunkan : (Katakanlah ; Dialah Allah yang maha Esa).

2.      Dan dari  ibn ‘Abbas :(berkata orang-orang Quraisy ; wahai Muhammad hadirkan untuk kami Tuhanmu yang telah dijanjikan, maka diturunkan jualah, sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi.

Walhasil, surat ini turun sebagai jawaban atas pertanyaan kaum musyrikin Qurasy yang ingin mengetahui bagaimana Tuhan yang menjadi sesembahan umat Islam. Karena sebagaimana diketahui bahwa umumnya wahyu-wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah adalah menggunakan kata Rabbuka (Tuhanmu wahai Muhammad), maka surah ini memberikan kejelasan tentang siapa itu yang dimaksud Rabbuka.[2]



[1] - Lih: Mafatihul Ghoib, Ar-Razi, h. 32/161, Tafsir al-Mishbah, Qurasy Shihab, h. 15/ 606.

[2] - Tafsir al-Mishbah, Qurasy Shihab, h. 15/605.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194