Tazkiyyah 3: Peradaban Akhirat
Peradaban Akhirat
Oleh: DR. Moh Abdul Kholiq Hasan el-Qudsy
Pembaca yang dimuliakan Allah,
Mengimani alam akhirat tidaklah
membuat orang hidup pesimistis dan termarjinalkan dari kehidupan sosial.
Sungguh sangat salah, apabila orang mukmin menjadi seorang pemalas, pesimis dan
menarik diri dari kehidupan dunia. Hanya ibadah dan urusan akhirat yang ia
pentingkan. Berbagai kegiatan sosial dan kemasyarakatan selalu ia hindari.
Dengan dalih bahwa kegiatan tersebut akan membuat ia lupa dengan akhirat atau
terjerumus kedalam tipu daya dunia yang menyesatkan. Pandangan yang demikian
itu tentu tidak dibenarkan oleh Islam. Orang yang benar-benar percaya terhadap
kehidupan alam akhirat, tentu tidak akan menyia-nyaiakan kehidupannya di dunia.
Ia akan selalu berkarya sebanyak mungkin dan memberikan kemanfaatan seluas
mungkin. Ia akan selalu berusaha untuk menjadi sholeh baik secara pribadi
maupun sosial.
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Islam adalah agama yang menjadikan
dunia sebagai jembatan untuk menuju akhirat. Agar kita sampai dengan selamat,
tentu kita harus memperbaiki jembatan tersebut dan memperkokohnya agar mampu
mengantarkan kita ke seberang keselamatan. Hanya dengan pemahaman yang benar
terhadap kematian dan hari akhirat, kebahagiaan dunia akhirat dapat dicapai.
Salah satu doa yang diajarkan dan sebaik-baik doa bagi seorang muslim adalah
" Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka" (QS.2:201). Semua itu tidak
mungkin dapat dicapai kecuali dengan amal sholeh yang membawa kemaslahatan bagi
kehidupan dunia dan akhirat.
Pembaca yang berbahagia,
Bagi para pembaca dan pengamat
sejarah Islam, tentu tidak akan merasa asing dengan berbagai prestasi dan
keberhasilan yang diperoleh para pelaku awal sejarah Islam. Mereka adalah para
pembangun peradaban kuburan dan akhirat. Dengan pemahaman yang benar terhadap
konsep keimanan akhirat, mereka mampu menciptakan kematian yang indah dan
keindahan surga di dunia.
Keindahan kematian bukan mereka
ciptakan dengan mati di atas kasur atau di tengah-tengah keluarga. Mengapa? karena
mereka memahami bahwa kehidupan adalah amanah Allah yang diberikan hamba-Nya.
Oleh karena itu, maka mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mampu
menginvestasikan kehidupannya demi kemajuan Islam dan umatnya. Mereka tidak
gentar untuk mempertaruhkan kehidupannya demi sebuah kenyakinan. Tidak heran
banyak orang takut menguji dirinya atau berjihad di jalan Allah. Tetapi bagi
orang yang menyakini indahnya kematian tentu hal demikian itu tidak
menggentarkan jiwanya. Karena mereka menyakini bahwa kelak di akhirat akan
mendapatkan balasan atas segala perbuatan yang telah dilakukan.
Jama`ah yang dimuliakan Allah,
Salah satu hasil dari buah
keimanan yang benar terhadap akhirat adalah menjadikan seseorang akan teguh
dalam memegang amanah dan tergoyahkan dengan iming-iming yang menggiurkan.
Perhatikan sebuah kisah yang sangat populer ini. Abdullah bin Dinar berkisah “
Suatu ketika Aku pergi ke Makkah bersama Umar bin Khoththob r.a kami berhenti
di suatu tempat dan di situ kami mendapati seorang pengembala yang turun dari
bukit. Umar berkata,” Hai pengembala, juallah kambingmu kepadaku seekor saja!”.
Ia menjawab, “ Aku adalah seorang hamba sahanya, kambing-kambing ini milik
tuanku”. Umar berkata dengan maksud mengujinya. “ Katakan kepada tuanmu, bahwa
kambing itu dimakan serigala!” Ia menanggapinya, “ Bagaimana dengan Allah? Mendenagar
jawaban pengembala ini Umar menangis berurai air mata. Segera Umar mengajak
pengembala ini menghadap tuannya, lalu dibelinya dia dari tuannya untuk di
merdekakan. Umar berkata, “ Kalimat inilah (Bagaimana dengan Allah?) yang
menyebabkan engkau merdeka di dunia ini. Dan aku berharap agar kalimat itu
memerdekakanmu pula kelak di hari kiamat.
Jama`ah yang berbahagia,
Demikianlah beberapa efek positif
yang dapat dibangun oleh keimanan yang benar. Dari keimanan yang kuat mengakar
akan muncul peradaban-peradaban imani yang membawa berbagai kemashlahatan
kehidupan dunia dan akhirat. Pantaslah jika pemikir Islam Rifa`i Thohawi
mengatakan, bahwa berbagai beradaban (Islam) muncul di muka bumi ini bermulai dari peradaban kubur atau akhirat.
http://mkitasolo.blogspot.com/
Komentar
Posting Komentar