Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

MAJLIS KAJIAN INTERAKTIF TAFSIR AL-QUR`AN
(M-KITA) SURAKARTA

Allah berkalam:
رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (192) رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آَمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآَمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ (193) رَبَّنَا وَآَتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ (194)
Artinya:
192- Wahai Rabb kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka Engkau telah hinakan dia. Dan tak ada penolong bagi orang-orang yang zhalim.

193- Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar penyeru kepada keimanan (yang mengatakan) berimanlah kepada Rabb kalian, lalu kami pun beriman. Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuslah kejelekan-kejelekan kami dan matikanlah kami bersama orang–orang yang baik.

194- Wahai Rabb kami, berikanlah apa yang Engkau janjikan kepada kami melalui Rasul-Mu dan jangan Engkau hinakan kami di hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tak akan mengingkari janji.

Makna Umum dari ayat 192-194:
192:
Doa ini merupakan kelanjutan dari doa ulul albab –orang yang mempunyai akal yang digunakan dengan benar- . Di ayat sebelumnya dikatakan bahwa mereka berlindung kepada Allah dari api neraka. Maka di ayat ini dijelasakan mengapa mereka berlindung dari api neraka? Karena orang yang masuk ke dalam neraka adalah orang yang dihinakan oleh Allah. Orang yang mempunyai akal yang sehat, dia tidak akan mau masuk neraka. Oleh karena itu, dia selalu berdoa memohon perlindungan kepada Allah darinya. Disamping itu dia juga sadar bahwa bila dia melakukan kezhaliman, dia akan masuk ke dalam neraka. Padahal tak ada yang dapat menolong orang yang masuk neraka kecuali Allah. Lantas bagaimana bila Allah tak mau menolong? Maka dari itu, dia meminta perlindungan kepada Allah dari neraka.

193:
Masih menyangkut tentang doa ulul albab. Mereka mengaku kepada Allah bahwa mereka telah mendengarkan dan menaati orang yang mengajak kepada keimanan. Mereka tunduk dan patuh tatkala diajak untuk beriman kepada Allah. Mereka berharap dengan apa yang mereka lakukan itu, Allah akan berkenan mengampuni dosa mereka, mengahapus kesalahan-kesalahan mereka dan ketika meninggal, Allah berkenan mengumpulkan bersama orang-orang yang baik dan diridhai Allah.

194:
Yang terakhir dari doa mereka adalah mereka meminta kepada Allah agar diberikan apa yang telah dijanjikan oleh-Nya melalui Rasul-Rasul Allah. Apa itu?
1. Kemenangan dalam menghadapi musuh-musuh Allah (Tafsir Ath-Thabari)
2. Pahala yang disiapkan bagi orang yang taat kepada Allah (Tafsir Fathul Qadir)
Selain itu, mereka juga mengharap agar Allah tidak menghinakannya dengan memberikan siksa di hari kiamat. Setelah berdoa, mereka juga memuji Allah dengan mengatakan bahwa Allah itu tak pernah menyelisihi janji.

Penjelasan dan Hikmah dari ayat 192-194:
192:
1.    Orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang bisa mengumpulkan antara pikir dan zikir. Dia berpikir lalu ingat kepada Allah. Berpikir tentang ciptaan Allah setelah itu mengembalikannya pada Pencipta pula. Dia mengakui bahwa dirinya lemah, banyak dosa, tidak aman dari siksa-Nya. Maka dia terus tunduk dan selalu mendekat kepada Allah dengan doa-doanya. Meskipun dia hebat dan pandai, dia tak pernah sombong dan merasa lebih dari yang lain. Dia sadar betul bahwa apa yang dia dapat dari ilmu dan segala kebaikan lainnya hanyalah berasal dari Allah, bukan dari dirinya sendiri. Bahkan dengan apa yang dia dapat, dia takut bila hal itu menyebabkan dia masuk ke dalam neraka karena kesalahan yang dia lakukan. oleh sebab itu, dia tak segan-segan meminta perlindungan kepada Allah dari neraka.

2.    Antara pikir dan dzikir harus seimbang. Bila seimbang, dia tidak hanya akan tahu bahwa Allah menciptakan saja. Tapi juga tahu apa faedah Allah menciptakan semua ciptaanNya. Sebab bila hanya pikir saja, orang akan menajdi sekuler dan tidak mengakui Allah. Bila hanya dzikir saja, orang akan menjadi rohbaniyyah (orang yang hanya mementingkan masalah ibadah/spiritual saja) padahal Islam tidak mengenal rohbaniyyah. Karena Islam adalah agama sempurna mengatur ibadah dan sosial.  

3.    Dzikir itu ada 2. Yaitu: muqayyad (yang sudah ditentukan jumlah dan lafal-lafalnya oleh Rasulullah. Misal: doa pagi sore) dan muthlak (yang tidak ditentukan oleh Rasulullah, jadi bebas berapa jumlah dan lafalnya, asal yang diajarkan oleh Rasulullah). Dzikir yang muqayyad, bila meniatkan itu karena mencontoh Rasulullah, maka tidak boleh ditambah-tambah jumlah pengucapannya. Tetapi yang muthlak, boleh saja ditambah-tambah. Tidak harus terikat oleh jumlah bilangan tertentu.

4.    Bila kita melaksanakan suatu ibadah, maka kita tidak boleh hanya taklid buta. Pokoknya hanya ikut-ikutan. Kita harus punya ilmu, mengapa kita melakukannya dan atas dalil apa. bagaimana bila tidak tahu? Kita harus berusaha untuk mencari ilmu, dengan bertanya kepada orang yang lebih paham tetnang agama atau menghadiri majlis-majlis ta’lim atau dengan cara yang lain.

5.    Mengapa dalam yat ini Allah menyebut orang–orang zhalim dan tidak orang-orang kafir? Karena orang beriman bisa juga zhalim. Oleh karena itu, dia juga bisa masuk neraka. Kalau orang kafir sudah pasti mereka akan masuk neraka dan kekal didalamnya. Adapun orang mukim, walupun ia masuk neraka, tetapi dengan rahmat Allah tidak akan kekal didalamnya. Maka, setiap kita hendaknya berhati-hati dan jangan pernah merasa aman dari neraka.

6.    Orang yang mengatakan bahwa dia sudah malas berdoa, itu berarti dia secara tidak langsung telah menutup pintu terkabulnya doa dari dirinya sendiri. manusia itu diciptakan oleh Allah dengan dibekali sifat lemah. maka tidak mungkin dia tidak membutuhkan doa kepada Allah. orang yang merasa tidak butuh doa kepada Allah adalah orang yang sombong.

7.    Ulul albab akan mengatakan kepada Allah, “Pada dasarnya orang yang Engkau masukkan ke neraka adalah orang yang Engkau hinakan. Maka jangan sampai aku masuk ke dalamnya. Jangan sampai aku menjadi orang yang zhalim karena tak ada satupun orang yang akan mnolong orang yang telah berbuat zhalim bila sudah masuk ke neraka.”

8.    Syafa’at hanya bisa didapat bila Allah mengizinkan seseorang mendapatkannya. Yang bisa memberi syafa’at juga hanyalah orang yang dizinkan oleh Allah. Maka, kita harus berusaha bagaimana caranya supaya kita bisa mendapatkan syafa’at atau pertolongan dari Allah dimana saat itu tak ada pertolongan kecuali pertolonganNya. Salah satu cara agar mendapatkan syafaat adalah dengan banyak bershalawat atas Rasulullah. Tidak hanya shalawat saja. Tetapi juga mengamalkan sunnah-sunnah beliau. Menjawab adzan dan berdoa setelahnya juga merupakan cara untuk mendapatkan syafaat di hari kiamat.

193:
1-      Sifat ulul albab berikutnya adalah sur’atul istijabah, yaitu dia selalu bersegera bila diajak kepada kebenaran. Cepat merespon kebenaran. Mengikuti dan mengamalkannya. Dia senang kepada nasehat dan tidak mengabaikannya. Oleh karena itu, kita harusnya mempunyai sifat sur’atul istijabah untuk kebaikan. Semampu kita, semaksimal mungkin. Lagipula, pada hakikatnya, kita lah yang membutuhkan untuk berbuat baik kepada diri sendiri ataupun orang lain. Kita beriman, itu untuk diri kita sendiri supaya selamat dari adzab Allah. Kita berbuat baik kepada orang lain sebenarnya itu juga berarti berbuat baik untuk diri kita sendiri.

2-      Selain itu, ulul albab berharap agar Allah mengumpulkannya dengan orang-orang yang diridhai oleh-Nya sampai saat mereka menuju pada kematian sekalipun. Orang-orang yang baik, yang diridhai oleh Allah akan meninggal dalam keadaan baik pula: husnul khotimah. Maka, ulul albab sangat mengharapkan meninggal dengan cara yang sama seperti mereka.

3-      Ada yang berpendapat bahwa munadi lil iiman atau orang yang mengajak kepada keimanan itu adalah Rasulullah saw. . Tetapi bila dilihat dari keumuman lafal, maka ulama atau orang yang mengajak kepada kebenaran sesuai perintah Allah dan Rasulullah juga termasuk dalam kata munadi ini.

4-      Kalimat وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ  (dan matikanlah kami bersama orang-orang yang baik) diambil kesimpulan bahwa sebenarnya Allah menghasung orang-orang beriman agar selalu mencari komunitas yang baik. Yang mendukung iman mereka. Dimulai dari kita membentuk komunitas paling kecil yaitu keluarga. Bila ingin membentuk keluarga yang baik, maka kita harus berusaha mencari anggota yang baik pula. Lalu mencari lingkungan hidup yang mendukung din kita.

5-      Orang yang bertakwa itu bukannya orang yang suci dari dosa atau tak pernah melakukan kesalahan apapun. Yang membuat berbeda adalah orang yang bertakwa bila melakukan dosa dan kesalahan, dia akan segera kembali kepada Allah. Dia akan segera meminta ampun dengan mengatakan: Rabbana faghfir lana dzunubana wa kaffir ‘anna sayyi`atina. Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuslah kejelekan-kejelekan kami.

6-      Mengapa di sebutkan 2 hal yang sama maknanya: ampunilah dosa-dosa kami dan hapuslah kejelekan-kejelekan kami? Apa bedanya? Perbedaannya adalah: ampunilah dosa-dosa kami berarti memohon agar tidak diberi hukuman. Sedangkan hapuslah kejelekan-kejelekan kami berarti meminta agar bekas dosa-dosa itu dihilangkan.

7-      Doa adalah silahul mu`min (senjatanya orang beriman) dan mukhkhul ibadah (intinya ibadah). Oleh karena itu, jangan sekali-kali kita meremehkan atau menyepelekan doa. Sangat lebih baik bila kita menghafalkan doa-doa yang ma`tsur (ada riwayatnya, dari Al-Qur`an atau hadits).


194:
1-      Ulul albab juga sangat berharap kepada Allah agar Dia berkenan untuk menolongnya saat menghadapi masalah termasuk musuh-musuh Allah. Dia juga berharap pahala yang akan berujung pada kejayaan yang hakiki di jannah (surga). Selain itu, dia juga meminta agar Allah tak menghinakan dirinya di hari kiamat. Orang yang hina di hari kiamat adalah orang yang mendapatkan siksa Allah dan tak mendapatkan pertolongan dariNya. Sehingga, bila meminta agar tidak dihinakan, maka berarti juga meminta agar dijauhkan dari siksa.

2-      Bila mempunyai masalah, mereka berkeluh kesah kepada Allah. Hanya Allah yang bisa mengeluarkan kita dari semua permasalahan yang ada. Dialah yang bisa melonggarkan hati kita saat ada persoalan yang menghimpit.

3-      Doa itu mempunyai tata cara. Salah satunya adalah dengan menyanjung Dzat yang kita minta kepadaNya. Akhir dari ayat ini adalah memuji Allah bahwa Allah itu tak akan mengingkari janji. Dia adalah satu-satunya yang janjinya itu tak pernah bergeser. Kata-katanya tak pernah tanpa makna.

4-      Rasa optimis bukan berarti, berlebihan menyangka bahwa amalan kita itu dapat menyelamatkan kita dari neraka. Umar bin khoththob yang amalannya luar biasa saja, masih tetap memohon untuk diselamatkan dari neraka dan dia merasa sangat khawatir. Dia tidak merasa aman dari siksa Allah. Justru semakin baik iman seseoarang, dia akan semakin tunduk kepada Allah, merasa berdosa sehingga selalu butuh kepada Allah dan meminta ampun pada-Nya.

5-      Dari ayat-ayat diatas, ada beberpa hal  yang perlu kita renungi bersama:
·         Inti zikir adalah mengingat Allah, berapa kali kita dzikir?. Berapa persen kita ingat Allah dalam shalat? Imam Ghazali mengatakan: kalau ada seseorang yang takbiratul ihram pertama tidak ingat Allah, maka dia tak dapat pahala. Nilai shalat kita adalah seberapa banyak ingat kita pada Allah. bukan seberapa banyak rakaat shalat kita. Yang lebih baik lagi adalah bila jumlah reka’at kita banyak tapi kita juga banyak ingat pada Allah di dalamnya.
·         Sudahkah kita pikirkan apa yang diciptakan Allah? Minimal diri kita. Dan apa yang telah kita karyakan untuk umat islam ini dari hasil pemikiran atau penilitian kita?
·         Sudahkah kita bersikap tawadhdhu, tidak merasa lebih dari orang lain dan menganggap orang lain tak tahu apa-apa.
·         Perbanyak berdoa memohon kepada Allah. Karena manusia yang sudah meningglkan doa adalah orang yang sombong. Dan orang yang sombong tempatnya adalah neraka.
·         Banyak taubat. Dalam al-Hadits “Kullu bani adam khaththa` wa kahiru khaththa`in at-tawwabuun (HR. al-Hakim)” Semua bani Adam itu banyak salah. Dan sebaik-baik orang yang salah itu adalah orang yang banyak taubat. Ini bukan berarti boleh menggampangkan kemaksiatan. Allah bukan anak kecil yang bisa dikelabuhi.
·         Membentuk komunitas orang yang shalih. Dan loyalitas atau kesetiaan kepada Rasulullah dan para pewaris beliau, yaitu pada ulama yang menyeru kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mengajarkan ajaran yang sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah.
·         Orang mukmin akan selalu takut terhadap neraka. Dan selalu sur`atul istijabah (segera memenuhi panggilan kebenaran) dan Cepat untuk melakukan kebaikan sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Selian itu, selalu Ikhtiyar secara maksimal. Melakukan usaha dan doa. Selalu optimis mengharap kebaikan dari Allah. Karena  sesungguhnya Allah tak akan mengingkari janji-janji-Nya. (Wallahu `alam bish-showab).

http://mkitasolo.blogspot.com/

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191