Tazkiyyah 4: Iman dan Optimisme Hidup



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Iman dan Optimisme Hidup

Oleh: DR. Moh Abdul Kholiq Hasan el-Qudsy


Jama`ah yang berbahagia,

Orang yang berimanan akan selalu memiliki optimisme dalam kehidupan. Ia tidak pernah merasa sendirian ditinggalkan oleh Rabb-Nya. Dalam kondisi sesulit apapun, ia merasa Allah selalu bersamanya dan menolongnya serta akan memberikan balasan yang adil kelak di akhirat. Oleh karenanya, Allah Swt dalam kalam-Nya melarang orang mukmin untuk berputus asa (pesimistis) dari rahmat Allah karena hanya orang kafir yang suka berputus asa. “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS.12:87).

Salah bukti bahwa seorang mukmin tidak cepat putus asa adalah kisah kejadian yang menimpa tiga orang yang terjebak di dalam gua. Dalam riwayat Muslim, dikisahkan "Ketika tiga orang sedang berjalan-jalan, tiba-tiba hujan turun. Maka mereka berteduh di sebuah gua di gunung. Sebuah batu besar tiba-tiba menggelinding dari gunung menuju pintu gua dan menutupnya. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, 'Lihatlah amal shalih yang telah kamu kerjakan karena Allah, lalu berdoalah kepada Allah dengannya! Semoga Allah memberi kemudahan bagi kalian.' Salah seorang dari mereka berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang telah berusia lanjut, istri dan beberapa anak yang masih kecil. Aku yang menggembala untuk mereka. Jika aku pulang di sore hari, aku memerah susu, lalu memberi minum kedua orang tuaku terlebih dahulu sebelum anak-anakku. Suatu hari aku menggembala cukup jauh dari desa. Aku tidak pulang kecuali hari telah sore dan aku mendapati mereka berdua telah tidur. Aku memerah susu seperti biasa. Aku membawa bejana susu kepada keduanya dan berdiri menunggu di atas kepala mereka berdua. Aku tidak ingin membangunkan keduanya dari tidur dan aku tidak ingin memberi minum anak-anakku sebelum keduanya minum. Sementara anak-anak menangis kelaparan di bawah kakiku. Aku tetap melakukan apa yang aku lakukan dan anak-anak juga demikian sampai terbit fajar. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu hanya demi mencari Wajah-Mu, maka bukalah pintu gua ini sedikit sehingga kami bisa melihat langit.' Lalu Allah membuka pintu gua sedikit dan mereka melihat langit. 

Yang lain berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai sepupu perempuan, dan aku sangat mencintainya seperti laki-laki mencintai perempuan. Aku meminta dirinya, tetapi dia menolak sampai aku bisa memberinya seratus dinar. Aku bekerja keras hingga aku berhasil mengumpulkan seratus dinar. Aku menyerahkan kepadanya. Manakala aku telah duduk di antara kedua kakinya, dia berkata, '"Wahai hamba Allah, bertaqwalah kepada Allah, jangan membuka cincin kecuali dengan haknya.' Maka aku meninggalkannya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu karena mencari Wajah-Mu, maka bukalah pintu gua sedikit.' Maka pintu gua terbuka agak lebar. 

Yang ketiga berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya aku menyewa seorang pekerja dengan imbalan satu faraq besar. Selesai menunaikan pekerjaaannya, dia berkata, 'Berikan hakku.' Lalu aku menyodorkan faraq-nya, tetapi dia menolaknya. Seterusnya aku menanamnya sampai aku mengumpulkan beberapa sapi sekaligus pengembalanya darinya. Dia datang lagi dan berkata, 'Bertakwalah kepada Allah, jangan menzhalimi hakku.' Aku berkata, 'Pergilah kepada sapi-sapi itu berikut penggembalanya. Ambillah.' Dia menjawab, 'Jangan mengolok-olokku, bertakwalah kepada Allah.' Aku berkata, 'Aku tidak mengolok-olok dirimu. Ambillah sapi-sapi itu dan pengembalanya.' Lalu dia mengambil dan pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan hal itu demi mendapakan Wajah-Mu, maka bukakanlah sisanya.' Maka Allah membuka apa yang tersisa. (HR. Muslim). 

Pembaca yang berbahagia,

Demikianlah jika seseorang mempunyai kenyakinan yang kuat, segala rintangan yang menghadangnya tidaklah berarti baginya, karena ia yakin  di sana ada pertolongan dari Allah Swt. Ia yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesusahan selama hamba itu mau berihktiar semaksimal mungkin dan selalu berhusnudhdhon kepada Allah. Sungguh rahmat Allah itu dekat dengan orang-orang yang berbuat baik. Allah berkalam, ” Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (al-`Araf:56).

http://mkitasolo.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194