Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 40-42





بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

MAJLIS KAJIAN INTERAKTIF TAFSIR AL-QUR`AN
(M-KITA) SURAKARTA





Allah berkalam:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا (40) فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا (41) يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الْأَرْضُ وَلَا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثًا (42
Artinya:
40. Sesungguhnya Allah itu tidak mendhalimi sebesar dzarrah pun. Dan jika itu berupa kebaikan maka Dia akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisinya.
41. Maka bagaimana jika Kami mendatangkan saksi dari setiap umat dan Kami mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka?
42. Pada hari itu orang-orang kafir dan orang yang bermaksiat kepada Rosul amat ingin kalau seandainya bumi itu diratakan untuk mereka dan mereka tidak dapat menyembunyikan satu perkataan pun dari Allah.

Korelasi dengan ayat sebelumnya:
Pada ayat sebelumnya,  Allah mengecam orang yang bakhil, demikian juga orang yang berinfak tetapi bukan karena Allah. Kedua perbuatan ini menunjukkan kelemahan iman pelakunya. Karena itulah dalam ayat 39 disebutkan ”apa salahnya kalau mereka beriman dan berinfak karena Allah, apa ruginya?” Artinya ketika seseorang berinfak karena Allah, tentu seluruh kebaikannya akan diterima dan dibalas, baik di dunia maupun akherat.

Kisah tentang shahabat Utsman: waktu itu keadaan ekonomi di Madinah sangat kritis, harga melambung begitu tinggi. Beliau datang dengan ratusan untanya membawa perdagangan. Para pedagang di Madinah sudah mencegatnya dan menawar harganya. Tapi karena dia tahu bahwa perdagangan yang paling beruntung adalah perdagangan dengan Allah, maka dia mengatakan “saya sudah menjualnya kepada Allah”. Ini karena dia sadar dengan keimanannya bahwa kalau dia beramal karena Allah maka akan mendapatkan hasil yang berlipat.

Kisah lain: tentang Abu Dzar, dia adalah orang yang sangat perhatian dengan orang miskin. Dia sering menasehati Utsman, sampai Utsman merasa tidak enak dan akhirnya menempatkannya di luar kota. Waktu itu dia punya onta, dan membutuhkan orang untuk membantu mengurusinya. Maka ada orang ingin menjadi pembantunya. Tapi Abu Dzar berpesan “kamu jangan khianati aku. Jika ada orang memintaku harus mengeluarkan harta yang paling berharga, tunaikanlah”. Benarlah, sampai kepadanya berita bahwa ada satu kampung yang tidak pernah makan daging, maka beliau menyuruh pembantunya untuk mencarikan onta terbaiknya untuk diberikan kepada mereka. Si pembantu tahu mana yang terbaik, tapi dia tidak memberikannya kepada mereka karena dia merasa itu dibutuhkan dan lebih pantas untuk dipakai oleh Abu Dzar. Maka dia pilih onta yang lain. Ketika  Abu Dzar mengetahui hal itu, ia mengatakan bahwa dia telah mengkhianati.  Pembantu itu beralasan. Kata Abu Dzar “benar kau menyisihkan untukku? ketahuilah bahwa yang lebih dibutuhkan orang adalah harta di akherat, bukan di dunia ini. Karena itu berikan onta itu sekarang.” Begitulah, kita tahu bagaimana kefahaman Abu Dzar kepada Al-Quran dan Sunnah. Mereka menerima Al-Quran bukan hanya “lit talaqqi” (sekedar trasformasi keilmuan) , tapi untuk diamalkan.

Makna umum:
40. Semua amal itu akan kembali kepada orang yang melakukannya karena Allah itu tidak akan mendhalimi hambaNya, siapa pun, baik iman maupun kafir, kecil/besar. Allah tidak menyia-nyiakan, Allah tidak akan mendhalimi, walaupun sekecil dzarrah. Sekecil apapun kebaikan seseorang itu akan dibalas oleh Allah bahkan akan dilipatgandakan pahalanya.
41. Bahwa Allah tidak mendhalimi itu bukan hanya sekedar janji, tapi secara praktis Allah akan menghadirkan saksi-saksi atas amal manusia. Allah akan menghadirkan saksi dari tiap umat, juga Nabi Muhammad akan dijadikan saksi atas semua umat, sejak jaman Adam sampai orang terakhir, tentang sampainya risalah, ayat-ayat Allah, atau wahyu Allah kepada mereka.
42. Pada hari itu, yaitu hari Mahsyar, tatkala semua makhluk dikumpulkan oleh Allah setelah kebangkitan, orang kafir dan orang yang maksiat kepada Rasul, mereka bekeinginan seandainya mereka tidak usah dibangkitkan dari kubur mereka, mereka ingin tetap terkubur saja. Dan mereka ingin menyembunyikan aib dan perbuatan mereka, tapi itu semua mustahil, karena Allah akan membongkar semua amal mereka dan Allah menjadikan anggota badan mereka berbicara sebagai saksi atas amal mereka sendiri.

Penjelasan Dan hikmah:
1.    Dhalim: menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kemudian maknanya  berkembang menjadi: mengambil sesuatu yang bukan haknya. Orang berbuat dhalim itu karena dia tidak punya atau punya tapi dia memerlukan sesuatu. Jadi amat tidak masuk akal jika kita menganggap Allah dhalim. Bagaimana Allah akan mendhalimi, sedangkan Dia yang mempunyai segalanya, Allah yang memberi kita, yang memberi rizki kita, Yang Maha kaya, dsb?

2.    Dzarrah: kepala semut paling kecil  atau debu yang beterbangan bisa jadi yang masuk bersama nafas kita. Ini artinya dzarrah adalah sekecil apapun, yaitu amal sekecil apapun akan dibalas Allah. Kalau sekarang kita kenal “atom”, lebih kecil daripada debu, bagaimana? Lihat  Yunus 61: Tidak ada sesuatu pun yang terlewat dari Allah, sekecil dzarrah atau bahkan lebih kecil dari itu Allah mengetahuinya. Ini jaminan dari Allah bahwa Dia tidak mendhalimi hamba-Nya. Ini juga menjadi dorongan bagi kita, bahwa langkah apapun yang kita lakukan, dicatat semuanya  oleh Allah. Karena itu, jika kita menyadari hal ini, kita akan merasa ringan, rela, dalam beramal.

3.    حَسَنَةً menggunakan isim nakirah, artinya kebaikan apapun, sekecil atau sebesar apapun, maka akan dilipatgandakan oleh Allah dan akan diberikan balasan yang sangat agung.

4.    مِنْ لَدُنْهُ Ingat hamba Allah Khidlir, dia diberi ilmu laduni, ilmu dari Allah langsung. Jadi di sini  artinya pahala tersebut langsung dari Allah. Jika ada yang bertanya  bukankah semua pahala itu dari Allah? Iya, tetapi kata “ajrun”, balasan, itu sesuai amal kita. Tapi di sini menggunakan “ ’adhima ”, artinya Allah akan menjadikannya berlipat-lipat. Semestinya pahala kebaikan itu 10-700. Tapi Allah dengan anugerah-Nya akan melipat-lipatkan lebih dari itu, makanya di sini disebut مِنْ لَدُنْهُ. Dan itu tergantung keikhlasan kita. Orang yang tidak bekerja, tidak mendapat upah. Kalau bekerja, mendapat upah dan kadang mendapat bonus. Demikian juga orang beramal, dia dapat standart atau pokok pahalanya dan bisa juga dapat bonus tambahan dari anugerah-Nya .

5.    Ayat ini menjadi pendorong kita untuk  ikhlas, karena kalau tidak iklas kita akan rugi, sebab:
1.akan dibenci oleh Allah.
2. kalau pun kita dapat pujian, penghargaan, dll, itu tidak kekal, akan habis.

Makanya salah satu dari tujuh orang  yang dapat naungan di hari Qiamat adalah orang yang sedekah sampai tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Ini menunjukkan betapa ikhlasnya dia. Tapi bukan berarti kita tidak boleh beramal di depan orang lain, boleh saja, misalnya untuk memberi contoh. Dan orang ikhlas itu dipuji atau tidak sama saja. Tidak bertambah baik karena pujian, dan tidak urung dari kebaikan karena tidak ada yang memujinya.

6.    Ketidak ikhlasan itu sebabnya ada dua:
1.kelemahan iman dan yang kuat adalah nafsu. 
2. hiasan setan.

Perbedaan dua hal ini: dorongan nafsu adalah jika kita ingin sesuatu, kalau sudah terpenuhi tidak menginginkan yang lain. Adapun dorongan setan adalah menginginkan sesuatu  keburukan Dan walaupun sudah dituruti masih kepingin yang lain. Padahal setan adalah seburuk-buruk teman karena setan akan selalu membawa kepada keburukan. Para ulama mengatakan bahwa pertemanan akan mempengaruhi seseorang. Sebagaimana penyakit bisa menular, maka kalau kita berteman dengan “orang sakit” maka kita akan tertular.

7.    Dalam hadits riwayat Muslim:

مَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَعَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ وَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ عليه سيئة واحدة ( رواه مسلم )

Barang siapa yang sudah berazzam kuat ingin melakukan kebaikan tetapi karena suatu uzur maka tidak jadi dilakukan, maka sudah dicatat sebagai kebaikan.
 
Misalnya orang yang niat haji betul-betul, mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, tapi sebelum dia haji sudah mati, maka dicatat oleh Allah sebagai orang yang sudah haji. Dan jika sudah niat beramal baik lalu dilakukan dengan ikhlas maka dia mendapat pahala minimal standar 10-700, dan yang tahu besar dan berkahnya hanyalah Allah. Nah… kita sering terkecoh bahwa balasan sedekah dari Allah itu berupa uang atau materi. Seperti pemahaman yang salah dari sebagian orang: kalau beramal 10 ribu, minimal akan mendapat 100 ribu. Ini sebenarnya konsep yang salah. Karena itu bukanlah satu-satunya makna, walaupun itu bisa saja merupakan salah satu maknanya karena makna balasan Allah itu bukan hanya berupa materi. Dan tidak harus di dunia. Pemberian Allah berupa kesehatan, anak shaleh, dsb, itu kalau dinilai sudah berapa milyard? Jadi makna balasan dan berkah itu amat luas. 

Adapun orang yang ingin melakukan kejahatan, tapi tidak jadi, maka Allah tidak menulis suatu keburukan bahkan ditulis satu kebaikan. Dan jika dilakukan, maka dia cuma dibalas satu saja.”

Ini sebagai penyadaran bagi orang yg bakhil ataupun orang yg beramal tidak ikhlas, bahwa kalau kalian beramal dengan ikhlas Allah akan memeberikan berlipat-lipat, baik itu di dunia atau akherat.

8.       Harta itu terbagi tiga:
1.harta yang sudah kamu makan atau pakai, maka sudah habis.
2, harta yg kamu gunakan untuk kebaikan, maka ini untukmu.
3. Harta yang kamu tinggalkan, maka itu akan jadi warisan keluargamu.

9.   Tentang pengumpulan manusia di padang mahsyar, dalam satu hadits disebutkan bahwa manusia dikumpulkan dengan api yang berasal dari Shan’a. Menurut penelitian, Shan’a itu berada di cekungan gunung api dan ada salurannya sampai dasar laut merah. Kenapa disebut laut merah? Itu adalah pantulan dari dasar laut yang membuat laut tersebut bila dilihat dari atas kelihatan sumbunya merah. Simpanan-simpanan api itu akan membara dan menggiring manusia ke satu titik, yaitu mahsyar. Dan manusia dikumpulkan dalam keadaan telanjang. Aisyah bertanya, “Wahai Rasul, apakah di antara kami nanti saling melihat?” Rasul menegaskan bahwa semua orang akan tersibukkan dengan urusan masing-masing”. Karena jika seseorang sudah fokus dengan satu hal maka ia tidak akan memperdulikan yang lain.

10.   Dalam hadits Bukhari disebutkan bahwa ayat ini adalah salah satu ayat yang Ibnu Mas’ud diminta oleh Rasullah saw untuk membacakannya. Tatkala sampai ayat 42 ini beliau minta diberhentikan dan beliau menangis, karena beliau memahami bahwa itu tugas yang berat. Ini Rosul dijadikan saksi untuk semua umat mulai Adam sampai umat Nabi Muhammad saw, apa sudah sampai wahyu Allah, ayat-ayat Allah kepada mereka, atau belum? Sebagaimana sebagian Allah jelaskan dalam surah al-Mulk: 9 “Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar.".

11.   يَوَدُّ: mengharap, tapi harapan yang sia-sia, harapan orang yang putus asa, karena itu sudah terjadi. 

12.   Termasuk dalam pengertian وَعَصَوُا الرَّسُولَ (para pembangkang Rasulullah) adalah mereka orang yang dikenal dengan inkarus sunah. Jika mereka benar-benar menolak hadits-hadits yang disepakati oleh para ulama tentang keshahihannya. Karena itu tidak mungkin kita memahami al-Quran tanpa hadits. Bahkan para ulama mangatakan kebutuhan al-Quran terhadap hadits itu jauh lebih butuh dari pada hadits ke al-Quran. Hal itu karena Rasulullah adalah penjelas al-Qur`an (QS. An-Nahl:64). Di samping itu, sudah dijelaskan (al-Hasyr: 7) “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

Memang dalam akademik keilmuan ada beberapa hadits dha’if bahkan palsu. Tapi para ulama sudah berupaya dan bisa menilai mana hadits yang dha’if dan yang shahih. Oleh karena itu, tidak boleh hanya karena ada satu yang palsu maka semuanya dihukumi palsu, cara generelasi semacam itu biasanya dilakukan oleh kaum orientalis.

http://mkitasolo.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194