Al-Qur'an sebagai Bekal Utama Para Da'i

Oleh: Dr. Hasan El-Qudsy, MA.,M.Ed.

Sesungguhnya Al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mumin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (QS. 17:9)


Muqoddimah
Dakwah merupakan aktifitas yang sangat mulia dan agung, ia merupakan warisan para nabi dan utusan Allah. Aktifitas berda'wah merupakan pekerjaan yang paling mulia setelah keimanan seseorang. Karena buah dari akitivitas ini adalah memberikan petunjuk kepada orang lain. Keagungan aktifitas da`wah ini sangat jelas dalam Islam, lebih dari satu ayat menerangkan tentang keagungan dan keistimewaan da`wah, di antara ayat tersebut adalah "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?' " (QS. 41:33).


Siapa Itu Dai` ?

Dai`` adalah orang-orang yang menyerukan, mengajak, dan mengingatkan pada sebuah kebenaran atau untuk meninggalkan sebuah kemunkaran. Itulah pengertian umum tentang dai`. Oleh karenanya ia dituntut mengerti dan paham tentang apa yang ia serukan kepada masyarakat. Ia tidak boleh asal ngomong tanpa mengetaui ujung pangkal dan asal-usul permasalahan. Apalagi ini menyangkut agama, tentu tingkat kehati-hatian perlu diperitungkan lebih matang. Sebab itu, keilmuan dai` tentang agama harus betul-betul luas, sehingga ia tidak terjebak pada suatu kondisi yang memaksa dia mengatakan hal yang tidak diketahuinya.

Seorang dai` harus berbekal keilmuan agama yang cukup, bagaimana ia akan mampu menjadi sinar bagi orang lain? Padahal ia tidak cukup bekal untuk menjadi cahaya bagi orang lain. Dapat dianalogikan bahwa bagaimana orang yang tidak punya sesuatu ia dapat memberi kepada orang lain?. Di antara bekal yang harus dimiliki dan sangat mendasar bagi seorang dai` adalah pengetahuannya tantang al- Qur`an.

Realita Yang Ada
Sering kita lihat para dai` atau muballigh yang tiba-tiba melejit naik daun dalam profesinya. Mereka berlatar belakang macam-macam, tidak harus mereka tamatan pondok atau berbasis agama yang kuat. Ada di antara mereka yang mantan artis, pelawak bahkan narapidana. Dengan polesan sedikit dari pihak televisi misalnya, seorang dai` atau muballigh bisa cepat melejit dikenal oleh kalayak ramai. Realita semacam ini memang tidak semuanya negatif, bahkan bisa juga menjadi sebuah kebutuhan dalam masyarakat.  

Memang sangat ironis apabila ada orang yang sudah terlajur dikenal sebagai seorang dai` kemudian ternyata keilmuan agamanya sangat minim kalau tidak dibilang kosong sama sekali, baca ayat al-Qur`an pun masih plegak-plegok alias tidak lancar. Inilah fenomena yang sering kita lihat, akhirnya banyak orang yang dikecewakan, marah bahkan bersu'udhon. Semacam hal ini tidak boleh terjadi, bagaimana orang yang seharusnya menyampaikan sebuah kebaikan malah mendapatkan kritikan negatif. Hal ini dapat diminimalisir ketika sang dai` tersebut mampu memberikan apa yang seharusnya menjadi kapasitas ia sebagai seorang dai`.

Islam memerintahkan setiap insan muslim untuk menjadi seorang dai` penyeru kebenaran dan pencegah kemungkaran. Setiap orang sesuai dengan posisinya, sesuai kemampuan dan kapasitas ilmu yang dimiliki. Seorang dai` tidak harus berceramah diatas panggung atau sebagai narasumber dalam sebuah acara agama. Dengan perilaku yang baik dan pergaulan yang sopan seseorang akan lebih bisa memberikan pengaruh lebih besar daripada sebuah ceramah yang diadakan dilapangan misalnya. Karena qudwahlah seseorang mampu memberikan pengaruh lebih mendalam pada seseorang. Oleh karena ada istilah yang dikenal dengan “lisanul hal afshohu min lisanil maqol" yang artinya adalah bahwa perbuatan kita akan lebih bermakna dan berbobot daripada sebuah perkataan.

Fungsi al-Qur`an
Fungsi utama diturunkan al-Qur`an adalah sebagai petunjuk kehidupan manusia, sebuah petunjuk kehidupan yang mampu memberi kebahagian secara universal. Banyak ayat-ayat al-Qur`an yang menegaskan fungsi utama ini. Diantaranya adalah surat al-Baqarah ayat 2 “Kitab itu (al-Qur`an) yang tidak diragukan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa “. 

Jadi kalau dapat dialogikan, al-Qur`an seperti sebuah katalog salah satu alat elektronik, sesungguhnya seseorang tidak akan berhasil mengoperasikan alat elektronik tersebut kecuali telah memahami dengan baik apa isi petunjuk katalog tersebut dan mampu menjalankannya sesuai petunjuk katalog tersebut. Begitu juga halnya dengan al-Qur`an, Allah yang telah menciptakan manusia dan alam seisinya, tentu Maha Tahu dengan kemaslahatan manusia dan alam, oleh karena itu Allah menurunkan al-Qur`an sebagai petunjuk universal bagi manusia untuk mengatur semua kehidupan di dunia ini.

Ketika seseorang menginginkan sebuah kehidupan yang penuh berkah, masyarakat yang penuh pengertian, pemerintahan yang penuh keadilan dan kewibawaan, maka jawabannya adalah al-Qur`an. Ketika al-Qur`an itu mampu dipahami dan dipraktekkan dengan benar dan universal maka permasalahan yang muncul pada diri seseorang, masyarakat dan kehidupan kenegaran tentu dapat diatasi.

Mari kita perhatikan firman Allah “petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”, ayat ini memberikan indikasi yang sangat dalam, bahwa hanya orang-orang yang mempunyai sifat taqwalah yang mampu untuk mendapatkan atau mampu melaksanakan petunjuk-petunjuk al-Qur`an.

Suatu ketika Rasulullah Saw melihat sehelai dari kitab Taurat, lalu beliau bertanya, "Apa ini, ya Umar?" Umar menjawab: " Ya Rasulullah, ini lembaran dari kitab Taurat". Rasulullah seketika itu marah, dan seranya berkata: "Apakah kalian ragu-ragu seperti halnya orang Yahudi dan Nasrani? Aku telah membawa sesuatu yang jelas dan murni untuk kalian. Kalau saudaraku Musa masih hidup, dia pasti akan mengikuti !". 

Karakteristik Al-Qur`an
Diantara karakteristik al-Qur`an adalah sebagai berikut:
1- Kalamullah, yaitu bahwa al-Qur`an kita yakini merupakan perkataan Allah, tanpa ada pengurangan, penanbahan atau penyampuran tangan manusia. Jibril as tidak melakukan sesuatu kecuali sebagai penyampai wahyu, Muhammad saw tidak lain kecuali penerima dan penghafal kemudian penyampai pada umatnya.
2- Kekal, kekalalan al-Qur`an tidak dibatasi dengan satu generasi, melainkan selama bumi masih berputar, maka al-Qur`an akan dijaga oleh Allah. Sebagaimana dikatakan oleh al-Qur`an: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya ".(QS. Al-Hijr :9)
3- Mudah; al-Qur`an merupakan puncak bahasa Arab dari semua sisi kebahasaan, walaupun begitu ia menyebut dirinya bahwa al-Qur`an itu mudah, sebagaiman disebut dalam al-Qur`an sebanyak empat kali dalam satu surah (al-Qomar; 17,22,23 dan 40). Kemudahan al-Qur`an ini terbukti banyaknya dengan orang-orang yang bisa mudah membaca al-Qur`an, bukan hanya orang Arab melainkan juga non Arab, walaupun sebagian besar mereka belum mampu memahaminya dengan baik.
4- Indah dan Sempurna; salah satu keindahan al-Qur`an terdapat pada bahasanya. Suatu bahasa pada umumnya hanya dapat dirasakan melalui pendengaran atau pemahaman ketika membacanya. Ini berbeda dengan bahasa al-Qur`an, keindahannya meliputi tiga dimensi; pertama ketika didengar, kedua dibaca dan ketiga adalah ketika ditulis.
5- Sempurna, artinya bahwa al-Qur`an merupan kitab yang sempurna, mengatur aqidah, muamalah, dan akhlaq, hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan saudaranya. Bahkan Abu Bakar pernah menyatakan, bahwa "Kalau seandainya saya kehilangan tambang ontaku, maka saya akan mendapatkannya di al-Qur`an".

Kita dan al-Qur`an
Al-Qur`an merupakan sumber pertama bagi Islam, dengan demikian ia juga sumber bagi semua ilmu pengetahuan Islam. Al-Qur`an mengandung berbagai ilmu pengetahuan, berita, nasehat, manhaj kehidupan yang maha sempurna dan universal. Namun sayang, banyak diantara kita yang tidak mampu atau belum mampu untuk mengeksplorasi semuanya itu.

Menjadi syarat mutlaq bagi seorang dai` untuk mampu membaca Al-Qur`an dengan lancar dan sesuai dengan ilmu tajwid. Apabila ia masih merasa kurang, maka hukumnya wajib baginya untuk mempelajarinya di depan guru yang amanah.

Kemudian mentadabburinya dengan benar dan serius, sehingga seorang dai` mampu mengambil pesan-pesan Al-Qur`an untuk disampaikan kepada mad'unya dengan tepat dan benar. Bisa dibayangkan bagaimana keringnya pesan-pesan yang disampaikan seorang dai` kalau hanya mengandalkan kepandaian retorika dan rasio semata. Karena ketika seorang dai` mampu menyampaikan pesannya dengan didasarkan pada kebenaran sumber Al-Qur`an dan Sunnah tentu akan memberikan pengaruh positif yang luar biasa. Al-Qur`an sendiri memiliki kekuatan yang maha dahsyat, sebagaimna Al-Qur`an mengatakan: "Kalau sekiranya kami menurunkan Al-Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir." (QS. Al-Hasyr: 21).

Al-Qur`an merupakan cahaya bagi manusia, dan merupakan modal utama bagi seorang dai`. Al-Qur`an mengatakan, "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur`an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur`an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur`an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (QS. 42:52).


Bagaimana kiat-kiat menjadikan Al-Qur`an sebagai bekal?
1- Membacanya
Dengan membaca, kita berarti berdialog dengan firman-firman Allah. Kita diajak untuk memahami apa yang menjadi pedoman dalam hidup kita ini. Kita diajak mengerti sebab akibat kemajuan dan kehancuran sebuah kaum. Membaca al-Qur`an sendiri adalah salah satu bentuk dzikrullah. Dan sebaik-baik zdikir adalah dengan membaca al-Qur`an. Oleh karena itu banyak sekali dalam al-Qur`an maupun hadits yang menerangkan keutamaan membaca al-Qur`an.

Di antara ayat al-Qur`an dan Hadist tersebut adalah:
a- “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi." (QS. al-Fatir :29)
b- Rasulullah bersabda: “Bacalah al-Qur`an sesunggunya ia di hari Qiyamat bisa mensyafaati pembacanya.” ( HR Muslim)
c- Rasulullah bersabda: “Orang yang pandai membaca al-Qur`an derajatnya sama dengan malaikat bararah (mulia dan berbakti), sedang orang yang susah dalam membaca al-Qur`an (tebata-bata) maka ia mendapatkan dua pahala”.( HR Bukhori Muslim).

Untuk dapat memaksimalkan dalam membaca al-Qur`an, seorang dai` harus memperhatikan dan menjaga etika membaca al-Qur`an. Di antara etika membaca Al-Qur`an yang telah disebutkan oleh para ulama adalah : (lihat : at-Tibyan Nawawi)
a- Niat yang benar.
b- Dalam keadaan suci.
c- Tempat yang bersih dan mulia.
d- Menguasai ilmu tajwid dengan benar.
e- Menghadap Qiblat dan bersimpuh.
f- Konsentrasi, tadabbbur dan khusyu`.
g- Dengan suara yang baik, jelas dan tidak berlebih-lebihan.
h- Tidak tergesa- gesa, sehingga banyak hukum tajwid yang hilang.
i- Menangis atau mencoba untuk menangis dengan apa yang kita baca.
j- Menjadikan wirid dan istiqomah( kebiasaan pada waktu tertentu).

2- Mentadaburinya
Kata tadabbur dalam al-Qur`an, baik dalam bentuk perintah maupun kecaman, semuanya menyerukan kepada kita untuk mempu memahami dan memperhatikan apa isi kandungan firman-firman Allah dalam al-Qur`an.

Jadi ketika kita membaca – walaupun hal ini sudah merupakan perbuatan yang baik- bukan hanya sekedar membaca, akan tetapi harus penuh dengan perhatian, konsentrasi, tadabbbur dan khusyu', mendalami segala apa yang terkandung dalam ayat tersebut. Sebab dengan cara yang demikian kalbu kita akan terbuka dan menerima sinar-sinar Allah dengan mudah. Dan inilah inti dari tadabbur itu.

Rasullullah saw suatu ketika menyuruh ibnu Mas`ud untuk membaca al-Qur`an, dan ketika sampai pada ayat: "Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)". (QS. An-Nisa`:41). Rasulullah meminta Ibnu Mas`ud berhenti dari bacaannya, pada waktu itu terlihat dari kedua mata beliau yang mulia mengalir air mata yang begitu deras sampai membasahi kedua pipi dan jenggot baginda yang mulia.

Begitulah ketika hati bersih, maka ia akan mudah mendapatkan kenikmatan membaca, hatipun menjadi sangat sensitif menerima suatu pesan.


Manejemen Mentadabburi al-Qur`an
Di antara etika yang perlu diperhatikan dalam mentadabburi Al-Qur`an agar tidak salah dalam pelaksanaannya adalah :
a- Keseriusan dan ketenangan jiwa serta kebersihan hati.
b- Memahami bahasa al-Qur`an dengan baik atau tarjamahannya.
c- Mengulang-ulang bacaan dan tidak tergesa-gesa.
d- Mempertajam kecerdasan analisa.
e- Berusaha merasakan keagungan al-Qur`an.
f- Mengankat sebuah fenomena yang ada didalam ayat kemudian di kembangkan dan di eratkan dengan realita yang ada.
g- Menaruh garis merah antara satu ayat dengan ayat lain.
h- Memperkaya pemahaman dengan membaca tafsir al-Qur`an.
i- Mendiskusikan sebuah pemahaman akan memperkaya keaneragaman pesona kandungan al-Qur`an
j- Mengamalkan pemahaman kita dalam kehidupan sehari-hari.

3- Menghafalnya

Seorang dai` harus memiliki hafalan al-Qur`an, idealnya hafal semuanya 30 juz, kalau tidak minimal ia hafal ayat-ayat yang berhubungan dengan profesinya sebagai seorang dai`. Tidak laik seorang dai` harus membawa kepean atau alat pembantu untuk menghadirkan ayat-ayat al-Qur`an. Semakin banyak orang mempunyai hafalan al-Qur`an, semakin mantap dan mudah orang menyampaikan pesan-pesannya.

Kiat-kiat Menghafal Al-Qur`an
a- Niat dan azam yang kuat
Tanpa niat dan azam yang kuat, keinginan kita menghafal al-Qur`an akan kandas di tengah jalan.
b- Bersihkan dan tenangkan jiwa
Dalam menghafal al-Qur`an, kita dituntut hati kita bersih, jiwa kita tenang, sehingga konsentrasi untuk menghafal betul – betul dapat dihadirkan.
c- Baca dan pahami dulu
Salah satu cara untuk mempermudah menghafal al-Qur`an adalah dengan cara membaca dan berusaha memahami arti dari apa yang kita baca. Karena dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa menghafal dengan paham akan lebih cepat dibandingkan dengan hanya menghafal tanpa paham.
d- Bikin jadwal dan target
Tujuan dari jadwal dan target ini adalah untuk memberikan dorongan pada kita untuk labih terpacu dalam menghafal al-Qur`an.
e- Istiqomah    
Istiqomah adalah buah hasil keikhlasan kita.
f- Memakai satu jenis mushhaf.
Berganti-ganti mushhaf sangat berpengaruh dalam proses kita menghafal al-Qur`an. Karena tidak dapat di pungkiri bahwa penglihatan kita juga mempunyai pengaruh dalam hafalan kita.
g- Pembimbing 
Kedudukan pembimbing sangat penting, terutama dalam perbaikan bacaan, pengawasan hafalan, juga dalam proses menghafal
h- Menandai` kemiripan yang ada.
i- Gunakan alat pembantu.
j- Menulis apa yang mau kita hafal.

4- Pengamalan
Dai`` adalah seorang qudwah, teladan bagi masyarakat secara luas terutama para mad'unya. Oleh karenanya ia dituntut untuk bisa melakukan dengan apa yang dikatakan, sebelum ia menyuruh atau menasehati orang lain. Allah sangat murka kepada orang yang hanya mampu menjadi penasehat tetapi ia sendiri tidak mau mengamalkan apa yang ia katakan dan serukan kepada orang lain. Dalam al-Qur`an dikatakan, "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan." (QS. Ash-Shof : 2-3).

Dalam dunia da`wah qudwah atau teladan sangat menentukan keberhasilan da`wah. Oleh karena itu para ulama mengatakan "lisaanul hal afshohu min lisaanil maqol", yang artinya bahwa perbuatan itu lebih efektif dari sekedar ucapan saja. 

Penutup
Al-Qur`an merupakan kitab yang akan selalu dipelihara oleh Allah, kaum manapun yang mau menjadikan al-Qur`an sebagai petunjuk dan manhaj hidupnya, maka Allah akan menjamin kebahagiaan untuk mereka dunia akherat. Dan ini tentu jauh untuk diperoleh, apabila mereka tidak mampu memahaminya dengan benar.

Seorang dai` harus mampu menjadikan al-Qur`an sebagai petuntuk, pembimbing, pemberi inovasi dan kreativitas. Sebuah teori yang tentu tidak akan berguna tanpa adanya praktek langsung dalam kehidupan nyata. Orang bijak mengatakan, bahwa seseorang apabila tidak memiliki keinginan maka ia telah mati, orang apabila memiliki keinginan tetapi tidak punya target maka ia seperti orang gila, orang yang punya target tetapi tidak punya usaha maka ia telah bermimpi.

Wallahua`lam bish showab

   
(Makalah ini disampaikan pada Daurah al-Qur`an III LTQ Yayasan Bakti Muslimah SOLO, Senin 19 Maret 2006)

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Surat An-Nisa' (4): Ayat 2-3

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 188-191

Tafsir Surat Ali-Imron (3): Ayat 192-194